ABANG SAYUR
Pak Tyqnue Azbynt
Sebungkus paket sayur sop kubeli dari mas ganteng tukang sayur. Dia yang selalu menjajakan sayur di perumahan Poncogati Regenerasi selalu diserbu ibu-ibu. Tak karena sikapnya yang ramah, tampilan rapi, serta bodi machonya menjadi daya tarik tersendiri.
Seringkali ibu-ibu muda ngerumpi perihal mas penjual sayur yang biasanya mereka memanggilnya Abang sayur. Walaupun tampilannya sederhana tapi pesonanya itu lho bikin kami-kami tak lelap tidur. Sebagai mahasiswi aku tak gampangan mengakrabinya biar ada bedanya antara ibu-ibu dengan aku yang mahasiswi. Demi menjaga imej aku hanya bisa mencuri fotonya via phone. Tapi dipandang-pandang ternyata memang macho dan tampan juga. Aku rela jadi istrinya, begitu pikirku. Ah gak lah masa dengan Abang sayur sih?, pikiranku mulai kacau.
Suatu pagi mas ganteng itu mengalami naas, gebaknya berantakan gegara tertabrak pemotor yang lagi mabok. Dia tak sadarkan diri, dan ramailah ibu-ibu komplek itu membopongnya ke teras di dekatnya. Aku tak berani mendekat takut kena semprot ibu-ibu yang ceriwisnya minta ampun itu. Sebuah dompet kulit bertuliskan 'lacoste' kuambil dari semak dekat selokan. Dompet itu milik si Abang Sayur. Aku nekat segera menyembunyikannya, demi mengenal jati dirinya. Di dalam hanya berisi SIM C, beberapa kartu ATM dan KTP atas nama Johan Ahmad. Aku menyangsikan identitasnya karena dia ternyata seorang polisi. Yah pasti hanya untuk gagah-gagahan pikirku, dia kan hanya tukang sayur?!. Demi menjaga rahasia bahwa dompetnya ada padaku, sampai berbulan-bulan aku bungkam. Tak ada nomor HP yang bisa dihubungi, dan kabar keberadaannya pun lenyap begitu saja.
3 bulan lebih si Abang sayur tak ada lagi di kompleks kami, kebanyakan ibu-ibu belanja online pasca kejadian itu. Sementara aku lebih suka belanja di pasar induk karena lebih murah dan banyak opsi. Munkin karena kepikiran tugas kampus, saat aku pergi belanja justru menerobos lampu merah dan kena tilang.
Rabu pagi aku segera pergi ke polres demi mengurusi tilangku. Dilalah aku bertemu dengan mas Johan Ahamad si tukang sayur. Aku ragu apakah dia tukang sayur atau memang benar polisi?. Akhirnya kuberanikan diri tuk memancing jati dirinya. " Selamat pagi pak pol... bisa minta bantuan gak?, saya kena tilang neh?", pintaku.
"Hus saya bukan Polisi", jawabnya. Dari raut mukanya dia seperti hendak menelisikku. Dan benar saja aku ditarik ke area sudut baca. Sambil basa-basi dia bertanya banyak hal tentang komplek perumahan itu. Aku pun balik nanya kenapa gak jualan lagi. Kini kami bermain logika, dia atau aku yang akan mengaku. Dia ngaku polisi atau aku mengaku perihal dompetnya.
" Dik...asal kamu jujur, aku kan jadikan kamu pacarku ", katanya memberi umpan.
" Gak mau ah masa mau pacaran ma tukan sayur?", Pancingku.
" Mangnya kenapa kalau tukang sayur?",
" Yaaa kan pas-pasan hidupnya", celetukku.
" Oh yaa deh..", sepertinya dia tak curiga perihal dompetnya.
" Mas... boleh minta sesuatu gak?", Manjaku.
Dia mengatakan boleh asal tak terlalu ribet katanya.
" Mas polisi boleh kan aku benar-benar jadi pacar mas polisi sayur?".
Aku ceritakan perihal dompetnya yang masih aku simpan itu. Dia kaget gegara jati dirinya aku ketahui, dan dia menyangka warga komplek juga tahu. Kupastikan bahwa hanya aku yang tahu. Dari situlah dia baru bercerita kalau dia sedang menyamar demi memata-matai peradaran sabu di kompleks itu. Dia pun berjanji untuk memacariku asal jati dirinya dirahasiakan. Niatnya tuk berjualan sayur kembali aku cegah takut tergoda ibu-ibu glowing di komplek itu. Dan dia pun akan tetap memata-matai pergerakan peredaran sabu di komplek kostku dengan cara apel ke kostanku. " Kalau begitu tiap apel harus siap diawasi Bu Kostku yang super ketat itu. " Mas ..apa buktinya kalau mas Sudi tuk memacariku?". Dia pun menarik tanganku sembari meminta HP-ku dan difotonya kami dengan pose dia mencium keningku. " Ah mas sayur kok romantis yaach", kataku.
"Tenang saja aku akan melamarmu pekan ini ke orang tuamu di Surabaya, pas Hari Pahlawan, soalnya aku ada misi ke Surabaya untuk beberapa pekan ini".
" Iyalah?".
" Yaa...selepas ini aku antar kamu tuk mengambil dompetku, sekalian minta ijin ke Bu Kostmu untuk memacarimu and meminangmu ".
Perasaanku bagai diajak terbang ke langit ke 3 saja, bahagia dan ....
__
Bondowoso, 11 11 22