Total Tayangan Halaman

Sabtu, 26 November 2022

SAAT ITU TANGGAL 25 NOVEMBER

 


SAAT ITU TANGGAL 25 NOVEMBER

Pak Tyqnue Azbynt


Kudapati Icha Hikmaya sedang mematung sepi, gurat di wajahnya tampakkan kesedihannya. Dia tak sesumringah para guru yang sedang mendapat banyak perhatian dan penghargaan dari semua warga sekolah apalagi ada upacara anugerah para pendidik. Bu Icha Hikmaya tak mendapat atensi apa pun dari warga sekolah. Dia memilih duduk menyepi sembari bermain gadgetnya dengan terpaksa.


Aku hanyalah seorang operator sekolah yang tak mau ribet dengan prosesi penganugerahan para pendidik itu. Memilih tempat untuk ngopi di kantin adalah rutinitas keseharian yang tak boleh terlewatkan. Menampak bu guru cantik yang sedang bermuram durja niat hatiku tuk menelisiknya muncul jua. Tanpa disuruh aku gaspol saja mendekat ke mejanya sembari memesankan dua kopi Raung Arabica. Satu untukku dan satu untuknya. Dari sanalah barulah aku mengerti kalau statusnya hanya sebagai GTT. Karena itulah dia lepas dari perhatian publik sekolah padahal inovasi pembelajaran yang dilakukan lebih kekinian dan aplikatif tinimbang mereka para 'budak' negara itu. 


"Bu jangan cemberut gitu dong, penghargaan dari mereka boleh tak ada, tapi perhatianku jangan dianggap nihil belaka dong...", godaku. Dia tetap saja tak bergeming dan tetap saja mermain HPnya. Upacara di halaman sekolah meleluasakanku untuk bisa berduaan saja di kantin. Lho ibu kantin? Aah dia kan hanya pelengkap saja.  Kuraih tangannya sembari kuucapkan kata cinta padanya. Cilakanya, dia diam saja, namun saat kukecup punggung telapak tangannya dia terhenyak. " Apaan sih ", katanya marah. Aku menyangka dia menolakku, tapi saat mencubit pinggangku seraya berbisik, " ada Bu kantin...aku malu". Namun gilaku muncul saja, " Bu kantin...cocok gak kalau dia jadi permaisuriku?". Dia hanya tersenyum dan memberi kode jari jempol pada kami. Kulihat air mata Icha menetes karenanya kurangkul dia seraya berkata, " aku serius kok sayang". Bibirnya bergetar seperti hendak mengatakan sesuatu tapi tertahan. Saat aku seka air matanya dengan dasiku. " Aku bahagia pak hari ini  melebihi dari mereka yang di halaman itu".


____

Bondowoso, 25 11 22

Sabtu, 19 November 2022

Pawana Senja

 


PAWANA SENJA

Pak Tyqnue Azbynt


7 km menikmati laju matic tungganganku. Motor tua yang masih setia temaniku saat berangkat kerja ngantor. Pagi itu langit sedang asyik mencumbu bumi. Airnya memesrai wajah bumi yang pasrah dalam basahnya. Di atas motor hujan menderaku tanpa ampun. 


Tak enak saat di kantor baju dingin gegara air hujan memaksa-maksa menerobos lewat celah mantelku. Seorang guru olahraga mendekatiku seraya menyodorkan sebuah jersi yang masih perawan. " Pakai saja Bu itu masih baru kok ", pintanya dengan sapaan yang hangat. Aku ragu, akankah aku pakai jersi itu?, aku kan wanita, dan ngajar di sebuah pesantren pula. " Oh yaa biar tak jadi sorotan publik jenengan nanti luarnya pakai sweater ini,   biar tak kelihatan lekuk tubuh ibu", sambungnya lagi. Akhirnya aku pakai juga daripada kedinginan.


Jersi dan sweater pak guru olahraga itu memang menghangatkanku. tapi ketampanan dan keramahannya justru yang menjadikanku lebih merasa tak sekedar hangat, lebih dari itu. Seperti biasanya kami baru pulang kantor selepas ashar, tapi karena masih hujan lebat kami semua lebih memilih diam di kantor. Baru pukul setengah lima  aku beranjak pulang, namun baju yang kupakai kan milik guru olahraga itu. " Pak bagaimana dengan sweater ini ?", Kataku. 

" Oh pakai saja biar ibu hangat, yaa anggap saja sehangat pelukanku", gombalnya. Ah tapi kok aku malah kesenengan yaa?. inikah yang sering dikata para tua 'jangan keluar saat senja biar tak terkena pengaruh pawana senja!'. 

" Ih si bapak.., tak samalah, sweater dengan pelukan aslinya ", godaku.


___

Bondowoso, 19 11 22

Pesan Malam Cinta

 


PESAN MALAM CINTA

Pak Tyqnue Azbynt


Jelang pukul 24 tetiba ada pesan haru dari cah lanangku di perantauan. " Abah doakan aku lagi demam, agar segera sembuh ...". Pesan itu memaksaku tuk mengusir lelap. Teringat kala kecil yang biasa menggelayut dan bersandar ke tubuhku. Perasaan menjadi tak lega, mengingatnya yang hanya sendiri di bilik kostnya. Demi meraih cita harus mukim sementara di kota Malang. 


Dia tak mengirim pesan pada bundanya, karena tak ingin menjarah perasaan cemasnya. Sebagai lelaki aku berlagak tegar walaupun dadaku terasa layu dan haru. Pada sang Ilah kupohonkan semua rasa,  demi anakku yang sedang menjalani takdirnya. Terpaksa aku kabarkan pada bundanya, karena doanya tanpa sekat tanpa tirai, bagai doa nabi pada umatnya.


Selepas subuh kulihat si Ragil yang masih bocah itu, sembunyi-sembunyi mengambil air sembahyang. Dalam kepura-puraan aku tak melihatnya. Ternyata dia sedang mengaji dengan suara yang teramat pelan. Semula aku anggap itu rutinitas menjaga hafalan juz 30nya, tapi saat kulihat di  story WAnya barulah aku tahu betapa dia juga cemas pada saudaranya. " Aku ngaji untuk mas.aku sayang mas",saat aku membacanya, tanpa permisi air mataku terjun bebas di pipi tuaku.

___

Bondowoso, 19 November 2022

Senin, 14 November 2022

14 NOVEMBER DI KOTANYA



 14 NOVEMBER DI KOTANYA

Pak Tyqnue Azbynt


Kabar kemasyhuran Blue Fire telah menggugah minatku tuk menuju kawah Ijen Bondowoso. Walaupun hujan sering menyapa, kupaksakan jua karena pas bersamaan dengan survey disertasiku tentang masyarakat pemetik kopi di kota itu.

Di sebuah hotel kecil dengan tarif Rp.175.000, permalam menjadi tempat mukimku selama sepekan di Bondowoso ini. Kuusahakan agar segalanya sesuai jadwal demi penghematan biaya. Ranah penelitianku adalah di desa Sumber Wringin yang sebagian besar masyarakatnya sebagai pekebun. Jadwal terpaksa banyak mulor karena hujan mendera kota kecil itu. 14 November 2022 adalah hari yang sangat menjengkelkanku, mobil Jeep ku tergelincir dan harus diderek keesokan harinya. Akhirnya aku terpaksa mencari tempat penginapan di rumah warga. Rumah Pak sekdeslah tempat kubermalam selama aku tak bisa turun ke hotel. Hanya rumah beliau yang ada fasilitas solar cell yang bisa sebagai penuntas kebutuhan baterai laptopku. Alhamdulillah walaupun super dingin berada di puncak setidaknya ada kopi panas ala Raung Arabika, dan kudapan singkong rebus yang menemaniku. 

Saat aku mengetik laporan, samar-samar terdengar lantunan wanita sedang mengaji. Kuhentikan aktifitas demi menelisik sumber suara merdu itu. Ternyata suara Aisyah anak Pak Sekdes yang siswi madrasah Aliyah itu. Semula aku anggap itu adalah hal yang biasa, tapi kok sampai larut malam tetap saja mengaji. Usut punya usut ternyata dia murid yang ikut ekskul Tahfiz.

Usai subuhan dinginnya tetap saja menusuk-nusuk hingga terasa ke sumsum tulangku. Kopi hangat yang dihidangkan Aisyah lumayanlah sebagai penjelajah rongga mulutku. Pisang goreng sebagai penyelaras kian membawaku ke suasana asli alam lereng gunung. Sun rise menyelinapkan cahayanya di pucuk-pucuk lamtoro si peneduh kopi itu. Sementara si Aisyah bersiap tuk berangkat sekolah yang jaraknya kurleb 20km. Jauh memang, tapi itu sudah menjadi habitual yang tak menyurutkan langkahnya. Tapi hari itu sang ayah tak bisa mengantarnya gegara kemaren terkilir saat membantuku menyiasati Jeepku yang tergelincir. Karena aku telah dibantunya, tak enak hati jika aku tak membantu mengantar Aisyah ke kota. Dengan Suzuki TS 125 trail warna kuning itu aku mengantar Aisyah ke madrasahnya di kota. Di perjalanan Aisyah justru curhat dengan lepas. Dari situlah aku tahu kalau dia ingin bersuamikan orang kota yang bisa mendukung karir sekolah juga karir ngajinya. Wah dapat mangsa neh, begitu pikirku. Aku menawarkan diri untuk menjadi calon imamnya, tapi jawabnya tergantung bapaknya. " But...adik Sudi kan kalau dapat lelaki macam aku?", Dan dia pun hanya mengangguk yang bisa kulihat dari spion motor trail itu. Ya trail pakai spion sepertinya aneh tapi kalau tujuannya tiap hari ke kota wajar juga sih.

___

Bondowoso, 14 11 22


Minggu, 13 November 2022

RUAK-RUAK

 


RUAK-RUAK

Pak Tyqnue Azbynt


Pasca kematian qyu-qyu kepodang emasku serasa ada yang kurang dalam keseharianku. Demi mencari gantinya kusempatkan tuk mencari gantinya di Pasar Hewan Ambarketawang Sleman namun tak ada yang menggoda hatiku, kepodang yang kucari adalah kepodang Sumbawa tapi yang ada hanya kepodang emas Jawa dan Sulawesi. 


Kecewa?, Ya pastilah tapi saat berada di Pasar Hewan pikiran dan mata selalu menelisik yang imut dan eksotik. Niat tuk beli kepodang tak kesampaian, namun kusempatkan tuk beli kroto buat si jalak suren di rumah. Dari kejauhan tampak seorang gadis yang rela berdesak di kerumunan para lelaki. Saat kudekati ternyata Anik Susanti yang pernah kukenal di dunia maya. Rupanya kecintaan pada hewan bukan hanya tuk postingan di dumay saja.  Padahal baru beberapa hari saja dia sembuh dari operasi usus buntunya. Yah dasar pencinta hewan.


Niat usilku muncul tuk mengerjainya, tapi dihalangi oleh cowok ganteng yang katanya sedari tadi memperhatikannya. Usut punya usut ternyata dia lagi kesemsem pada si pencinta hewan itu. Akhir cerita aku bisikkan padanya agar dibelikan baby ruak-ruak hitam yang imut and lucu. Kudekati si Anik dan kukatakan bahwa ada cowok yang sedang gandrung padanya. " Ah masa sih?, Apa buktinya". Keponya.

"Mas ...ini lho bidadarimu sedang menunggu binatang kecil persembahan cintamu". Dia pun menuruti pintaku. Yassalam si Anik kegirangan sembari berucap terima kasih dan tanpa sadar memeluknya manja. Sementara sang cowok hanya heran dan tercengang. Yah dasar animal lover, ruak-ruak saja bisa lupa situasi, sementara cowok itu ragu tuk mendekapnya walaupun kelihatan tangannya gemetaran menahan gejolak hatinya.

___

Bondowoso, 13 11 22

Hujan November

 


HUJAN NOVEMBER

Pak Tyqnue Azbynt


Sudah biasa di bulan ke sebelas ini langit selalu mencumbu bumi lewat derai tirtanya. Hendak berangkat ngantor sudah dijajah hujan, airnya asyik bermaina di jalan jalan utama jalananku. Banyak pemotor memilih menepi di trotoar yang tinggi, begitu pun aku yang berteduh di halte depan SMKN 1 kotaku. Berkali angin menyingkap jas hujanku, pun wanita di sebelahku. 


Entah marah apa langit pada bumi, petirnya menghardik-hardik marah, angin mencumbu dedaun dengan kasarnya. Wanita sebelahku berusaha meneduhkan laptop di balik mantelnya, tapi berkali pula angin menakalinya. Kutawari dia agar menaruh di jok motorku agar tak kecipratan air. Dia pun menyanggupi lalu menganggukkan kepala dan mengatupkan kedua tangan isyarat terima kasihnya. Tapi lagi-lagi angin kian nakal hingga tampaklah dia cemas bahkan ketakutan. " Mendekatlah adik...cuaca sedang tak bersahabat", tawarku. Dia pun memilih merapat tanpa banyak kata. 


Saat hujan mereda dan air mulai surut gadis itu bergegas menaiki motornya tanpa peduli laptopnya. Saat kukejar lampu merah di simpang kantor pengairan itu mencegatku dan dia pun berlalu tanpa ada jejak yang bisa menuntun ke arahnya. 


Tiba ngantor sudah pukul  11.05, aku lap laptopnya yang masih ada sedikit basah. Saat kubuka langsung disambut wallpaper gadis manis senyum sumringah. Aku hanya memastikan laptopnya itu nothing wrong, tak ada file yang kubuka, and switch off setelah saya foto dulu gambar wallpapernya. Berbekal wajah manis itu, kucari-cari jejaknya di Instagram, Facebook ataupun di media lainnya.

And finally aku dapatkan jati dirinya. Izmy Nur Badriyah seorang mahasiswi jurusan Sastra Indonesia di Universitas Brawijaya Malang. Setelah berkali-kali mem-follow akhirnya aku dapat follow back nya. Kukirim pesan agar diberitahu alamatnya demi mengembalikan laptopnya, dan kupastikan tak ada maksud lain. Posisikan kamera pantaunya di tempat mukimnya agar yakin bahwa niatku adalah baik. Atas ACC nya akhirnya kudatangi Villa Emas Sumbersalam tenggara kota Bondowoso. Jelang sore kurapatkan motorku ke main gate untuk menitipkan id cardku di pos pengamanan. Yassalam senyum manis si pemilik laptop menyambutku dengan ramah dan hatiku langsung saja terkapar tanpa daya. " Mari mas masuk!", sambutnya. 

" Yap thank...saya panggil bak Izmy atau bak Badriyah neh?",  

"Owh panggil adik saja biar akrab, soal nama terserah mau ambil Izmy ata u Badriyah terserah masnya". 

"Owh gimana kalau dhiajeng Badriyah?", Nakalku kumat.

" Hemmm...boleh boleeeh mas Ano ", imbunya sembari rekahkan senyumnya. Dia tanyakan tentang imbalan apa yang hendak aku pinta atas pengembalian laptopnya itu. " Owh ga usah, cukuplah aku mencium punggung tangan kananmu..., he he ngarep", imbuhku nekat. 

" Hmmm gak ah..., aku gak mau ah, maunya kecup di kening ", dia mulai genit manja.

" But itu tandanya apa?, persahabatan, persaudaraan atau apa kok langsung ke kening?". 

" Yaaach tanda jadian lah, bahkan kalau ada ijin dari Nya, mas bisa jadi imamku!". 

" Yap...I like it, and tanpa basa basi aku mendekat.

" Eit....sabar yang lembut dan romatis dong ", cegahnya tapi menarik lengan bajuku ke sisi kirinya. 

___

Bondowoso, 13 11 22

Sabtu, 12 November 2022

Paviliun Anggrek


Gambar milik RSUD Dr. Koesnadi Bondowoso

 PAVILIUN ANGGREK

Pak Tyqnue Azbynt


Megap-megap dan dada seperti terhimpit begitulah kekata bidadari titipan mertuaku. Tanpa banyak ulah langsung saja kularikan ke Rumah Sakit sore itu. Gerimis yang membersamai kami kuacuhkan saja dinginnya. Tak seberapa lama kami pun tiba di ruang IGD dan segera  diberikan bantuan oksigen. Dia tampak lega dan matanya kembali berbinar. Hanya butuh 5 menitan dia pun sudah bisa senyum manis dan bisa kembali bercanda. Demi memastikan trouble mana yang mengganggu kesehatan istriku, check darah, rongten pun dilakukan. And nothing wrong, selain leukositnya yang over hingga membuatnya sesak napas.

Semalam rehat RSU serasa berpacaran kembali, tak ada orang lain, anak pun tinggal di rumah bareng Bu Liknya. Di ruang private serasa ngehotel aja, istri nyantai nonton TV sementara aku lebih banyak bermain laptop tuk menulis blog. Malam terlawati dengan santai, hingga bangun pagi, mandi sebelum menghadap kala subuh. Demi mencari 27° kusengaja melangkah ke Masjid di sisi utara RSU itu. Tenang selepas dedoa, kumelangkah keluar, tetiba kulihat sesosok wanita cantik bersandar di pilar Utara Paviliun Anggrek. Matanya sembab gegera lama menangis. Saat kutanya barulah kutahu kalau dia sedang butuh donor darah untuk anaknya pasca kecelakaan saat Bhakti sosial di hari Pahlawan itu.


" Mas aku mohon bantuanmu, bukankah darahmu golongan AB?", pintanya sok akrab.

" Lho kok tahu?", Penasaranku.

" Mas kan pernah terjatuh dan masuk rumah sakit saat dulu kita masih pacaran, dan aku tahu golangan darah mas AB, karena akulah yang mengusahakannya. Oh ya kita dulu sempat pacaran tapi putus dan memilih jalan masing-masing...", Imbuhnya. Barulah aku sadar kalau dia adalah Ratna mantan pacarku yang karena aku tak punya kerja ditolak oleh orang tuanya. Kini dia berhijab yang membuatku pangling. Kini dia sudah menjadi single parent, suaminya telah menceraikannya. Tangannya meraih tanganku, memohon agar dihiraukan pintanya. Saat aku iyakan, tanpa sadar dia malah bersandar ke bahuku. Kubiarkan dia bermanja walaupun perasaanku nyeri-nyeri sedap takut bidadariku keluar ke beranda paviliun itu. Aku berjanji saat mentari sepenggalah untuk mendonorkan darahku. Sempat kucium keningnya agar tenang dan aku pun mencari cara untuk setengah siang nantinya agar bisa berdonor pada anaknya yang lagi butuh darah.

___

Bondowoso, 12 11 22

Jumat, 11 November 2022

ABANG SAYUR

 



ABANG SAYUR

Pak Tyqnue Azbynt



Sebungkus paket sayur sop kubeli dari mas ganteng tukang sayur. Dia yang selalu menjajakan sayur di perumahan Poncogati Regenerasi selalu diserbu ibu-ibu. Tak karena sikapnya yang ramah, tampilan rapi, serta bodi machonya menjadi daya tarik tersendiri.

Seringkali ibu-ibu muda ngerumpi perihal mas penjual sayur yang biasanya mereka memanggilnya Abang sayur. Walaupun tampilannya sederhana tapi pesonanya itu lho bikin kami-kami tak lelap tidur. Sebagai mahasiswi aku tak gampangan mengakrabinya biar ada bedanya antara ibu-ibu dengan aku yang mahasiswi. Demi menjaga imej aku hanya bisa mencuri fotonya via phone. Tapi dipandang-pandang ternyata memang macho dan tampan juga. Aku rela jadi istrinya, begitu pikirku. Ah gak lah masa dengan Abang sayur sih?, pikiranku mulai kacau. 


Suatu pagi mas ganteng itu mengalami naas, gebaknya berantakan gegara tertabrak pemotor yang lagi mabok. Dia tak sadarkan diri, dan ramailah ibu-ibu komplek itu membopongnya ke teras di dekatnya. Aku tak berani mendekat takut kena semprot ibu-ibu yang ceriwisnya minta ampun itu. Sebuah dompet kulit bertuliskan 'lacoste' kuambil dari semak dekat selokan. Dompet itu milik si Abang Sayur. Aku nekat segera menyembunyikannya, demi mengenal jati dirinya. Di dalam hanya berisi SIM C, beberapa kartu ATM dan KTP atas nama Johan Ahmad. Aku menyangsikan identitasnya karena dia ternyata seorang polisi. Yah pasti hanya untuk gagah-gagahan pikirku, dia kan hanya tukang sayur?!. Demi menjaga rahasia bahwa dompetnya ada padaku, sampai berbulan-bulan aku bungkam. Tak ada nomor HP yang bisa dihubungi, dan kabar keberadaannya pun lenyap begitu saja. 


3 bulan lebih si Abang sayur tak ada lagi di kompleks kami, kebanyakan ibu-ibu belanja online pasca kejadian itu. Sementara aku lebih suka belanja di pasar induk karena lebih murah dan banyak opsi. Munkin karena kepikiran tugas kampus, saat aku pergi belanja justru menerobos lampu merah dan kena tilang.


Rabu pagi aku segera pergi ke polres demi mengurusi tilangku. Dilalah aku bertemu dengan mas Johan Ahamad si tukang sayur. Aku ragu apakah dia tukang sayur atau memang benar polisi?. Akhirnya kuberanikan diri tuk memancing jati dirinya. " Selamat pagi pak pol... bisa minta bantuan gak?, saya kena tilang neh?", pintaku. 

"Hus saya bukan Polisi", jawabnya. Dari raut mukanya dia seperti hendak menelisikku. Dan benar saja aku ditarik ke area sudut baca. Sambil basa-basi dia bertanya banyak hal tentang komplek perumahan itu. Aku pun balik nanya kenapa gak jualan lagi. Kini kami bermain logika, dia atau aku yang akan mengaku. Dia ngaku polisi atau aku mengaku perihal dompetnya. 

" Dik...asal kamu jujur, aku kan jadikan kamu pacarku ", katanya memberi umpan. 

" Gak mau ah masa mau pacaran ma tukan sayur?", Pancingku. 

" Mangnya kenapa kalau tukang sayur?",

" Yaaa kan pas-pasan hidupnya", celetukku.

" Oh yaa deh..", sepertinya dia tak curiga perihal dompetnya. 

" Mas... boleh minta sesuatu gak?", Manjaku.

Dia mengatakan boleh asal tak terlalu ribet katanya. 

" Mas polisi boleh kan aku benar-benar jadi pacar mas polisi sayur?". 

Aku ceritakan perihal dompetnya yang masih aku simpan itu. Dia kaget gegara jati dirinya aku ketahui, dan dia menyangka warga komplek juga tahu. Kupastikan bahwa hanya aku yang tahu. Dari situlah dia baru bercerita kalau dia sedang menyamar demi memata-matai peradaran sabu di kompleks itu. Dia pun berjanji untuk memacariku asal jati dirinya dirahasiakan. Niatnya tuk berjualan sayur kembali aku cegah takut tergoda ibu-ibu glowing di komplek itu. Dan dia pun akan tetap memata-matai pergerakan peredaran sabu di komplek kostku dengan cara apel ke kostanku. " Kalau begitu tiap apel harus siap diawasi Bu Kostku yang super ketat itu. " Mas ..apa buktinya kalau mas Sudi tuk memacariku?". Dia pun menarik tanganku sembari meminta HP-ku dan difotonya kami dengan pose dia mencium keningku. " Ah mas sayur kok romantis yaach", kataku.

"Tenang saja aku akan melamarmu pekan ini ke orang tuamu di Surabaya, pas Hari Pahlawan, soalnya aku ada misi ke Surabaya untuk beberapa pekan ini". 

" Iyalah?".

" Yaa...selepas ini aku antar kamu tuk mengambil dompetku, sekalian minta ijin ke Bu Kostmu untuk memacarimu and meminangmu ". 

Perasaanku bagai diajak terbang ke langit ke 3 saja, bahagia dan ....

__

Bondowoso, 11 11 22

Rabu, 09 November 2022

Malam Semenjana




 MALAM SEMENJANA

Pak Tyqnue Azbynt


Malam 10 November jelang ziarah ke Astana syuhada bangsa. Taman Makam Pahlawan Bondowoso begitulah nama Astana itu tempat yang akan kami ziarahi esok pagi. Sebagai pembina OSIS ( OSIM ) aku pastikan persiapannya sudah benar-benar ready. Bareng 1000 santri ( siswa kami ) lumayan banyak juga jika semuanya berangkat bareng dengan bersepeda onthel. Seperti tahun-tahun sebelumnya pastinya jadi sorotan publik ketika di jalanan.

Merapat ke rest area tepatnya di Waroeng Bu Kadir tuk sekedar ngopi malam itu. Suguhan lagu-lagu Tempo Doeloe membawaku pad nuansa era perjuangan. Adik-adik dari Viper band yang tampil begitu menjiwai adalah kelebihan tersendiri di Waroeng dengan nuansa kafe itu. Di meja sebelahku tampak seorang mahasiswi sedang mengerjakan tugasnya. Demi WiFi gratisan terpaksalah dia kerja sendiri di tempat itu. 


 Ternyata mahasiswi cantik itu berasal dari Kota Pahlawan yang sengaja ngampus di Universitas Negeri Jember kampus Bondowoso. Alasannya cukup sederhana demi ketenangan dan biaya hidup yang murah. Di kota kecil Bondowoso memang menyajikan banyak ketenangan, alamnya yang asri serta kehidupan masyarakatnya yang masih guyub menjadikan tawaran yang menyenangkan. 


Berapa kali tangannya dikepalkan dan menghela napas panjang seperti sedang menahan kepedihan. Karena tak tega terpaksalah dihampiri jua. Dari sanalah baru kutahu kalau ada info bahwa kakeknya yang veteran itu meninggal beberapa saat yang lalu. Sementara tugas kuliyahnya harus tuntas sebelum pukul 24.00 malam itu. Kutawarkan tuk membantunya karena tugasnya bertemakan tentang sejarah kebudayaan yang kebetulan sama dengan mata ajar yang kuberikan pada murid-muridku.

Tinggallah bagian kongklusi dan penutup saja. Niat menghilangkan penat kumerapat ke anak band. 'Selendang Sutera' kulantunkan lagu perjuangan itu. Tetiba gadis tadi collapse dan tak sadarkan diri. Barulah kutahu saat dia siuman ternyata lagu itu adalah lagu kenangan yang biasa diinstrumenkan kakeknya dengan biola kesayangannya. Aku menyesal dan merasa bersalah atas lakonku. Kudekati dia sembari pohonkan ampunan darinya. Dia menangis sesungukan dan memelukku tanpa sadar aku ini siapanya. Sejenak aku diam, tapi kehangatan badannya menggugah setan belangku. Beruntungnya aku sedang dalam nafsu damai. 

___

Bondowoso, 10 11 22

Selasa, 08 November 2022

Langit Merah di Kaki Argopuro

 



LANGIT MERAH DI KAKI ARGOPURO

Pak Tyqnue Azbynt


Sore itu aku dibersamai kakak sedang mengambil 19 foto hitam putih di sebuah rumah tua desa sebelah. Foto diri seorang veteran yang diminta negara untuk dijadikan database LVRI. Begitu pun hari-hari berikutnya aku dan kakakku disibukkan untuk mengumpulkan 19 dan 19 foto dari 5 orang veteran angkatan 43 yang masih tersisa di kecamatanku. 


Mencetak foto bagi masyarakat desa kala itu tidaklah mudah butuh biaya ekstra plus harus ke kota untuk mencari studio foto. Apalagi berhadapan dengan beliau-beliau yang sudah sepuh seringkali diskonek saat kami wawancara. Lanjut ke kecamatan dengan membawa foto dilengkapi data dan catatan-catatan tentang memori perjuangannya sebagai penguat data yang kami kirim. Sebagian lagi kami kirim ke LVRI. Janji pemerintah  kala itu ( era ORBA ) akan  diberikan SK untuk mendapatkan gaji sebagai veteran RI.

Bulan berganti hingga tahun pun purna sudah, kabar usaha kami tak kunjung entas. Banyak barang terjual demi mendapat sebuah pengakuan dan gaji bagi para veteran itu. Di kecamatan lain ada yang sudah mendapat kabar bahkan gajian pertama pun sudah didapatkannya. Sebagai rakyat kecil kami bisanya hanya bertanya. Biaya yang tak sedikit bagi orang jelata itu membuat mereka sakit hati karena usahanya nol besar sedang biaya habis sudah. 


Aminah salah seorang cucu dari veteran itu menangis sesungukan karena kakeknya justru telah berpulang beberapa hari yang lalu. Dia yang hanya dibersamai sang kakek kini telah menjadi sebatang kara. Tangisnya meruntuhkan hatiku. Saat keharuan yang mendalam itu ternyata ada kiriman surat dari Pak Pos yang isinya ternyata datanya dianggap invalid. Namun yang membuatku benar-benar marah dalam hati saat Pak Pos membisikkan kekata, " Apa bapak-bapak yang sedang diurusi itu ikut partai selain partai pemerintah?... Biasanya sulit pak untuk Goal ", katanya. Benar saja mereka yang sedang kuurusi itu adalah para simpatisan P3.


Atas saran kakekku agar menjadikan Aminah sebagai adikku. "Yaah terlalu berat kek, tak mungkin lah ". Tapi kakek bersikukuh karena embahnya  teman seperjuangan katanya. " Mangnya kenapa kok dikatakan berat?". Sambungnya. Kalau jadi saudara aku takut usil, dia kan dah besar dan cantik pula. Kakek yang sebagai guru ngaji rupanya menangkap apa yang kumaksud. Beliau justru takut nakalku kambuh, dan bermain-main dengan anak perawan orang.


Belum sampai 40 hari meninggal mbahnya Aminah, kini kami justru menggelar prosesi pernikahanku dengan dia yang super gemoy itu. Tak lupa semua teman veteran kakekku diundang semuanya. Gegara itulah kami dicurigai hendak melakukan kup pada pemerintah. Maklumlah jaman orba, pergerakan apa pun selalu dipantau. Tapi para mantan serdadu itu justru menunjukkan kekuatannya yakni dengan menghadirkan Letnan Untung komandan peletonnya dulu. Walaupun harus dengan iuran untuk bisa menghunginya di kota Malang. Dan pernikahan kami dimatai matai pihak pemerintah. 


Aminah terlalu polos untuk diajak ke langit ke 8. Dia hanya menunduk dan seperti boneka saja. Akhirnya aku tak sabar juga, kupangku dia saat di depan para veteran itu. Embah Mustakim salah seorang veteran yang lucu itu malah berseloroh, " Awas le... Jangan sampai peluru habis sebelum musuh terkapar". Ucapnya sembari melemparkan kudapan di depannya padaku. Ternyata Aminah tersenyum seraya nyeletuk", iih .. ". Lalu kutanya ", kenapa Diajeng ?". " Sabar bang ajari aku dulu ", bisiknya sambil tersipu. 

___

Bondowoso, 81122

Senin, 07 November 2022

MISI RAHASIA

 


MISI RAHASIA

Pak Tyqnue Azbynt


Dalam keadaan kurus gegara sakit yang menahun membuat Pak De Mislan tampak kering dan cekung di kolopak matanya adalah gambaran penderitaannya. Sebagai seorang veteran ketegasannya masih saja terlihat, dalam keadaan lemah tetap saja semnagatnya menyala, karenanya aku suka bercerita banyak dengan Pak De-ku ini.


Saat tensi darahnya anjlok dan kondisinya kian melemah, akulah yang selalu diminta menemaninya. Ada hal yang aneh kala suatu pagi beliau berbicara denganku begitu serius dan memastikan tak ada pihak lain yang menguping. Dari situlah aku tahu kalau salah satu penyebab deritanya afalah karena dia memikirkan anaknya yang ditinggal di Ambarawa pasca kemenangan pasukan yang dipimpin Letkol Isdiman. Beliau pulang ke Jawa timur karena harus membantu laskar Hizbullah melawan Sekutu di Surabaya. Tanpa pikir panjang dengan beberapa temannya dari Jawa Timur pulang kampung dan meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi. Kartika Mislani begitulah nama bayi kecil yang ditinggalkannya itu. Berpuluh tahun tiada kabar tiada  berita telah menyisakan luka di dalam hati sang ayah. 


Saya diminta untuk melacak dan membawanya ke hadapannya karena jika tidak dia tidak akan tenang jika kelak meninggal. Misi yang teramat berat, dan harus rahasia agar tak merusak  keharmonisannya di tempatnya kini berada. " Carilah adik sepupumu itu, dan bawa bintang gerilya ini sebagai bukti bahwa engkau adalah suruhanku", katanya dengan penuh harap. Bukan hanya karena kasihan sama Pak De-ku, tapi beliau telah menyisihkan gaji pensiunnya sejak lama untuk biaya pencarian putrinya. 60 juta cukuplah untuk biaya pelacakan dan ongkos pulang ke Jawa timur. 


Aku benar-benar terbebani oleh misi ini, dan harus memeras otakku keras-keras agar temukan solusi yang tepat. Berbekal teman penulis dari Sleman ( Anik Susanti ) kulakukan korespondensi  dengan intens sebelum aku tiba di Ambarawa dan mencari tempat kost sementara hingga adik sepupuku itu ditemukan. 


Dunia ini terasa sempit, berkat bantuan teman penulis itu Kartika bisa dilacak keberadaanya. Belum berangkat sudahlah ada kabar, dan bahkan sudah bisa Video call dengannya. Masya-Allah adikku itu ternyata cantik sekali, sorot matanya tajam, hidung mancung seperti punya Pak De, kulitnya kuning Langsat serta rambut hitam lurus sebahu menggambarkan kecantikan wanita Jawa.


Senin 7 November aku pun ikut travel menuju Semarang demi misi rahasia itu. Kukatakan pada semua orang rumah untuk menunaikan tugas kampusku. Tiba di sebuah rumah Joglo sederhana aku telah ditunggu oleh beberapa orang di sana. Rupanya dia adalah kakek dan neneknya karena bundanya telah meninggal setelah terkena sakit malaria. 


Hatiku terjerat keelokan wajah adikku ini, niatku untuk minta bagian dari 60 juta berubah seketika.  Niatku justru hendak mempersuntingnya. 


Berbekal amanat Pak De akhirnya kubawa gadis manis itu ke desaku. Di hadapan Pak De kukatakan agar keberadaan adik sepupuku itu senantiasa berada di dekatnya kupinta untuk dijadikan sebagai istriku. Kan misi berhasil, rahasia terjaga. 


Melalui teman ustazku di sebuah pesantren aku sempaikan hendak melangsungkan akad nikah yang tentunya persyaratan administrasi nya kulakukan dalam gerak silent, begitupun dengan pihak KUA, yang memaklumi keadaanya.

Pada hari yang direncanakan  kami bertiga berangkat bareng dengan tujuan utama melangsungkan akad nikah di sebuah pesantren di kotaku.

Banyak tetangga berprasangka bahwa kami kumpul kebo karena kami tiap hari sangat romantis, apalagi saat kupangku dia di teras rumah, jawabku " ini adalah istriku yang aku nikahi saat ke Semarang ", selorohku. Yaa masyarakat memaklumi jika kami nikah tak pakai ramai karena aku hanya hidup dengan embah dan Pak De-ku.

__

Bondowoso, 7 11 22

Minggu, 06 November 2022

SEPEKAN DI LOJI BELAWAN



 SEPEKAN DI LOJI BELAWAN

Pak Tyqnue Azbynt


Tugas kilat melakukan penelitian sekitar kehidupan masyarakat pemetik kopi adalah hal yang sangat tak kuinginkan. Bermukim di daerah puncak yang dingin sama sekali bukan hal yang menggembirakan. Tapi tuntutan akademiklah yang memaksaku melakukan jua. 


Sore menjelang, kabut pun mulai menjajah area sekitar Loji. Dingin membuatku mengalami hipotermia. Ini adalah hal yang sudah kuduga sebelum menjalani tugas akademikku. Seorang perempuan tua mendatangiku membawakan seteko teh  panas dan kudapan ketela rebus. Tapi gigilku kian menjadi-jadi hingga Mbok Mina perempuan tua itu panik dibuatnya. Dengan bermodal handy talky dia mencoba mengontak seseorang. 


Pukul 21 seorang perempuan berambut pirang mendatangiku. Kulitnya yang agak kemerahan menunjukkan bahwa dia bukan orang pribumi. " Tenang mas, jangan panik saya Danique yang akan membantu masnya ...", Katanya dengan fasih berbahasa Indonesia. Dari penjelasannya baru kutahu kalau dia adalah salah satu keturunan Belanda yang memilih menjadi WNI pasca kepulangan papanya ke Nederland saat peristiwa reformasi 98 dulu. Dia memlilih bersama mamanya penduduk lokal yang kini telah meninggal. Penduduk lokal tetap menganggapnya sebagai anak kompeni hingga sulit tuk mencari pendamping hidup walaupun usianya sudah 30 lebih. Usia kepala 3 membuatnya semakin cemas dalam hal asmara. Karenanya walaupun aku 5 tahun lebih muda darinya kuberanikan diri tuk menawarkan jasa asmara. Genggaman erat pada tanganku dan tetesan bening dari mata birunya menunjukkan keharuan atas tawaranku. Dia yang semula bersemuka denganku, mengubah posisi bersebelahan dan menjatuhkan kepalanya di pahaku. Tak ada lagi hipotermia karena aliran hangat darahku menjalar ke seluruh tubuhku. Kucium keningnya sembari berucap, " jangan cemas bidadariku  aku akan menjadi pendampingmu hingga di surgaNya nanti". 

____

Bondowoso, 6 11 22

Sabtu, 05 November 2022

KIRAP BOCAH BERSARUNG

 


KIRAP BOCAH BERSARUNG

Pak Tyqnue Azbynt


Lantunan shalawat nabi menyeruak semarak kala bocah-bocah bersarung itu diarak menuju balairung markas Batalyon 514 Raider. Gelaran khitanan massal yang diadakan dalam rangka menyambut Hari Pahlawan tahun ini, begitu meriahnya karena antusiasme masyarakat yang tinggi. Sebagai salah satu undangan aku pun turut menyaksikan betapa meriahnya dan megahnya gelaran itu. Hadrah dan parade drumband milik mas-mas tentara menjadi penyemarak gelaran itu.

Di deretan kursi para bocah yang hendak dikhitan tampak beragam ekspresi, mulai dari cemas, riang, dan bahkan nangis ketakutan. Duduk di sebelahku seorang ibu muda yang tampak begitu cemas, hingga tak sadar meremas-remas ujung bajuku. Dia tak sadar, dan bahkan lepas kontrol gegara kecemasan yang mendalam. Kubiarkan saja, aku tak ingin mengganggu keasyikan dalam cemasnya. Tetapi kala mulai bersandar ke tubuhku, aku mulai sadar bahwa dia sudah mulai over, barulah dia menyadari saat HP-ku terjatuh. Kemaafan yang dia pinta kukabulkan semata, bahkan kucoba menepuk-nepuk punggung tangannya agar tenang dan bersabar. Dan kembali dia malah menyilih silangkan jemarinya pada jemariku karena lepas kontrol dalam kecemasannya. 

Barulah kutahu kalau dia seorang anggota Persit Kartika Chandra Kirana, tetapi sudah menjanda karena suaminya gugur dalam sebuah operasi melawan sepratis KKB di Papua. " mas...maukan mendampingi anakku saat dikhitan karena aku takut pada sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan medis, suntik apalagi khitan...", katanya memohon penuh harap. Sementara anaknya masih belum tahu sosok sang ayah karena ditinggal gugur semenjak usia 4 bulan pasca kelahirannya. " Jangan cemas anakku ini ada ayahmu yang akan menyampingimu nanti...", Bujuknya. Sang anak tampak ceria dan mengacuhkan kecemasannya karena menemukan sosok ayah yang lama idamkan. Aku turuti saja pinta dari bundanya, tapi yang justru menjadi kacau hatiku karena justru ibunya sesungukan nangis bersandar ke dadaku. Tanpa sadar aku rangkul dan mencium keningnya. " Mas ...aku bahagia hari ini walaupun engkau bukan sesiapaku." Aku tepuk-tepuk punggungnya sembari berucap aku siap jadi ayahnya. Senyum dan saat mengambil bros kecil di jilbabnya dan ditaruh di sakuku adalah bukti hasratku tak bertepuk sebelah tangan. 

___

Bondowoso, 5 11 22

Jumat, 04 November 2022

Lorong Terakhir

 


LORONG TERAKHIR

Pak Tyqnue Azbynt


Mau tertawa atau nangis atau marah tak bisa kupilih mana yang tepat saat mengingat masa ABG-ku yang sering bermain dengan bahaya. Hampir tiap hari bermain di skip lapangan tembak hanya untuk mencari selongsong peluru panas dari muntahan di atas picu senapan. Panas pun direbut daripada diambil teman sepermainanku.


Nasip sial sore itu semua  temanku dihalau paksa oleh Pak Tarigan yang orang Batak begitu tegas dan lugasnya di lapangan. Lagi dan lagi kami berebut mencari selongsong peluru yang berbahan kuningan itu. Harga jualnya lumayan bisa membantu uang saku saat sekolah. " Heh kau, lagi dan lagi kesini, kutembak kau terkapar ", katanya begitu dongkolnya. Berondongan senapan ke dekat kaki kami, karena itu semuanya kabur tunggang-langgang menyelamatkan diri. Saking marahnya semuanya dikejar hingga ke gang-gang di perumahan warga. Semua warga ketakutan saat pak Tarigan dan kedua rekannya mengejar kami. 


Gang buntu?, ah ini kan gang buntu pikirku. Tapi di belakang tampak pak tentara itu mengejar kami. Memanjat pohon pisang dan loncat ke genteng penduduk etnis China Om Han Han. Dilalah kebetulan pada genteng kamar mandi yang di dalamnya tante Meylin sendang mencuci baju. Dengan daster yang basah membuat dadaku double dag-dig-dug der. Yang pertama gegara pak tentara yang kedua gegara pemandangan di depanku. " Tante.....plis jagan teriak aku mau ditembak tentara di sana...", jelasku. Dia mau marah tapi aku mendekapnya agar jangan teriak. Aku tak tahu saat itu, mau dikatakan panik justru tak panik karena justru Tante Meylin mendekapku memberi rasa tenang. Tapi kok justru teramat tenang yaa....? Wah perasaanku kacau. " Yaah kamu malah diem, manfaatin situasi yaa?", bisiknya. 

_____

Bondowoso, 4 November  2022

Kamis, 03 November 2022

RUMAH KOSONG

 


RUMAH KOSONG

Pak Tyqnue Azbynt


Sekitar 10 meter sebelah selatan Skip ( gudang mesiu ) yang dulu milik kompeni itu ada rumah kosong yang tampak angker. Kadang rumah itu dijadikan basecam Pak Kino orang dengan gangguan jiwa yang rambutnya bak sarang tupai itu. Tak ada yang sudi mendekat ke rumah itu baik saat ada Pak Kino maupun saat kosong. Rumput ilalang yang tinngi lebat di sekeliling rumah itu menambah seramnya atmosfer di sekitarnya.


Entah karena lokasinya yang berdekatan dengan area gudang mesiu yang dijaga ketat pak tentara atau karena tampak angker tak ada warga yang berani mendekatnya. Tapi suatu  sore pas 10 November 2022 ada rombongan 1 keluarga yang katanya dari Medan sedang dibersamai Pak Lurah mendekati rumah itu. Dilalah aku yang sedang diperjalanan menuju tempat mengajar di SMP 10 November kotaku dan kebetulan melintas di daerah itu di cegat agar menjadi saksi warga. Yaa terpaksalah aku mangkir tugas mengajar. 


Lelaki tua yang dulu kuanggap ODGJ itu ternyata bukanlah seorang gila. Pak Kino ternyata seorang Intel yang selalu menjada area rahasia di tempat itu, tapi anehnya dia malah tak tahu point' centernya. Berdasarkan sebuah Notula yang dibawa keluarga dari Medan itu di ketemukan sebuah guci yang tertanam di sebelah kiri tiang utama bagian depan rumah kosong itu. Masih tersimpan rapi sebuah document keeper  yang berisi surat wasiat untuk mengakuisisi kepilikan harta itu. Bill check jaman kompeni, tapi apakah bisa dicairkan di Dutch Bank? Kan sudah usang dan mungkin saja sudah expired. Karenanya Pak Lurah tak semangat untuk membantunya, ya lagian mereka bukan warganya. Dan akulah yang didapuk sebagai pendampingnya. Yaa bagiku ini sangat menguntungkan agar bisa mendekati salah satu dari keluarga itu. Anneke namanya gadis indo Belanda-Medan yang wajahnya menggoda hasratku. 


Berbekal kemampuan Englishku dan juga koneksitasku di Ome Tv Internasional, akhirnya aku bisa mendapatkan akses tatacara pengurusannya dan ternyata cukup berkorespondensi dengan Kedubes RI di Amsterdam. Belum sepekan sudah ada info bahwa bill check itu masih berlaku bahkan bernilai berkali-kali lipat. Dan tak lama setelah itu liquidasi bisa via Bank Indonesia. Nilai milyaran itu telah membuat keluarga Anneke mendadak menjadi 'Sultan'. Mungkin karena akulah yang serius membantunya aku pun kebagian Rp. 75.000.000,- . Semula aku tolak asal bisa mempersunting Anneke, tapi sayangnya dia menolakku, tapi mencoba menghubungi saudara kembarnya  Annelise yang ada di Jampit House Ijen Bondowoso agar bisa menerimaku sebagai calon suaminya. Alhamdulillah justru dia mau padaku. Bukan karena 75 juta itu dia mau, dia mau padaku karena ingin dibimbing keagamaannya. Dia seorang muslimah beda dengan Anneke yang seorang Kristian. Annelise diasuh oelh bapak asuhnya seorang Mandor kopi yang menjaga perkebunan milik mendiang ayahnya. And Finally, tak dapat Anneke , Annelise bisa kupersunting. 

___

Bondowoso, 3 11 22

Rabu, 02 November 2022

Beranda Kantin

 


BERANDA KANTIN

Pak Tyqnue Azbynt


Riuh rendah suara murid saat rehat pertama bermula, di halaman penuh dengan keceriaan ala anak-anak sekolahan. Karena tak ada program mengajar hari itu kusempatkan ngopi kental buatan bibi kantin.   Goreng pisang plus kripik talas garing renyah  melengkapi suasana di beranda yang ditata ala cafe sekolah.


SMP Islam As Syuhada 45 begitulah nama sekolah itu. Sebuah lembaga di bawah naungan Yayasan Karya Dharma milik Ligiun Veteran RI di kotaku. Sebagai sekolah yang berada di bawah naungan Ligiun Veteran, ia banyak menekankan nilai kejuangan dan patriotisme. Sejatinya sekolah itu adalah merupakan tetenger sebuah palagan yang terjadi di tempat itu. Kini tempat kejadian perkara sejarah itu dibangun gedung yang kami tempati untuk berjuang di bidang keilmuan.

 Belumlah sempat aku menyeruput kopi tahu-tahu ada kunjungan dadakan dari pengurus LVRI Pusat. Ada 6 orang yang turun dari mobil Jeep warna hijau tua, bergegas menuju sekolah kami. Tak hanya aku, semua dewan guru, bahkan Kepala Sekolah kaget ketika mendapat kunjungan dadakan itu. Tampak seorang wanita yang membawa kamera sedang membersamai rombongan itu. Samar-samar tergambar di mata pikiranku, sepertinya aku pernah kenal. Yap, Karmila dia adalah anak komandan Kodim yang dulu sekampus denganku di UGM. Masih tampak cantik gadis yang dulu pernah kutembak dengan kekata cinta, tapi aku ditolaknya karena sudah berpacaran dengan seorang kopral di kesatuan 514 Raider.  Perasaanku hancur bak dibombardir AK47 saja. Sejak saat itu aku perlahan menjauhinya dan menghilangkan semua mimpiku untuk bisa menjadi imamnya. Duh kenapa dia yang datang, perasaanku menjadi kecut seketika, apalagi Karmila justru yang menjadi juru bicara rombongan itu. Kuposisikan diriku sebagai orang tak kenal dengannya. Dia yang menjadi juru bicara sekaligus juru foto, lebih aktif dalam kegiatan kunjungan itu. 

Karena di beranda kantin suasananya Instagramable menjadi spot foto, ya aktifitas jeprat jepret banyak di tempat itu. Tetiba ia memesan 2 gelas kopi kental, sementara yang lain ada di auditorium bersama kepala sekolah dan dewan guru yang sedang dijamu dengan tape manis khas Bondowoso. 

"Bak tolong 2 gelas kopi kental ", katanya. Sementara aku pura-pura membaca buku kumpulan cerpen Pak Tyqnue Azbynt dengan judul yang menggodaku ' Memburu Perawan di Kampung Janda'. Tahu-tahu dia menarik lengan bajuku " Sini doooong jangan acuh gitu! ", pintanya. 

" Hari ini bulan November  bulannya para pahlawan kita, .. mereka telah berjuang untuk menunjukkan harga diri bangsa, trus ...kamu sebagai lelaki jangan Cemen dong. Masa baru ditolak sekali, lalu menjauh, mana sikap patriotismemu?, tunjukkan dong, senyampang aku lagi jomblo sebab mas Arya telah gugur saat tugas di Sudan sebagai pasukan Garuda ". Celotehnya panjang. 

Karena aku merasa tertantang dan seperti ada peluang, kucari saat yang tepat untuk mengeksekusinya dengan kekata cinta. Dan saat para tamu itu keluar auditorium kumanfaatkan moment yang hanya sekian menit itu.

" Bapak-bapak yang kami hormati, bapak kepala sekolah, dewan guru serta anak-anakku semuanya... bulan ini adalah bulan November bulannya pehlawan kita yang telah berani menantang resiko melawan penjajah. Walaupun saya bukan seperti mereka, tapi hari ini kuakan menyatakan keberanianku, ijinkan saya menyatakan cinta pada sang juru potret cantik ini, ijinkan saya mencintaimu Miss Karmila ". Para tamu dan semua warga sekolah bingung dengan situasi itu. 

" Mohon maaf bapak ibu sekalian, mas ini dulu teman kuliahku di UGM yang sempat kutolak cintanya...tapi untuk kali ini, mohon maaf sekali lagi ... , Akuuuu me...nerima dan siap menjadi permaisurinya ", jawabnya tegas sembari mencium punggung tanganku.

____

Bondowoso, 2 11 22

Selasa, 01 November 2022

Corat-coret Jelang Subuh

 



CORAT-CORET JELANG SUBUH

Pak Tyqnue Azbynt



Tak seperti biasanya pagi saat nida' subuh sayup-sayup terdengar para serdadu itu telah bersiap tuk shalat subuh yang diimami Romo Kiyai  Haji Thahir. Mereka yang biasa minta suwuk dan dedoa dari sang Kiyai, kini tak lagi hanya sekedar minta suwuk tetapi justru meminta arahan penyerangan ke Tanksi Kompeni di pinggiran kota Bondowoso. 


Shalat subuh usai begitupun wirid pagi yang begitu khusyuk dan hidmat  menjadikan pagi itu penuh kesan magis heroik. Romo Kiyai langsung mengambil rotan yang ada dekat mihrab untuk digunakan sebagai apa kami tak tahu. Kami menganggap akan ada pemukulan di punggung kami seperti saat bolos mengaji dulu. Kami yakin pukulan itu membawa berkah dan bertuah sebelum berangkat berperang. Kami dulu tak pernah berontak saat dipukul Romo Kiyai, karena orang tua kami mewanti-wanti bahwa itu adalah berkah keilmuan, dan kami yakin itu. Tapi kali itu Romo Kiyai justru menggunakan rotan itu untuk digoreskan di tanah depan masjid pondok kami. Goresan-goresan itu memberi gambaran arah penyerangan yang mesti harus kami taati. Arus gerakan harus searah gerakan wukuf dan jangan lupa untuk sambil berzikir. Komando serangan dipasrahkan padaku agar dimulai selepas bertahlil di Astana  almarhumin pini sepuh pesantren. Saya merasa punya beban harus memimpin pasukan, sementara aku masih belum terbiasa memimpin perjuangan. 


Mungkin karena kekhawatiranku penyerangan itu bisa dikatakan gagal. Semua personelku lari cerai berai meninggalkan korp.   Semua menyelamatkan diri. Walaupun gudang mesiunya sebagian bisa kami bakar, dan rentetan ledakan bak brondong jagung goreng, tapi kami bercerai berai, sedangkan aku harus dipapah menuju pesantren untuk diobati oleh sukarelawan medis. 


Tetiba aku terbangun dari ketidakhsadaranku saat dibacai dedoa oleh Romo  Kiyai. Tahu tahu betis kiriku sudah dibalut kain perban sedang kepalaku masih dikompres air hangat oleh Neng Fatimah seorang paramedis yang justru putri Romo Kiyai. " Serpihan kerak geranat sebesar kuku jari kaki telah berhasil saya keluarkan kakang, mohon jangan banyak bergerak dulu karena darahnya masih merembes dari kain kasa perban itu", jelasnya. Aku jadi malu dan terasa kikuk di hadapan putri kiyai yang bagai gadis Pakistan itu. " Tak usah sungkan kakang ... saya telah merelakan jiwa raga ini untuk ibu Pertiwi,. anggap saja kita adalah saudara". 

" Tapi neng...kita bukan mahram...", jelasku. 

" Biar tidak haram, mulai besok kalian akan kami nikahkan, biar tidak haram lagi, karena dulu almarhum bapakmu adalah temanku, dan belaiulah yang telah mewakafkan tanahnya untuk pesantren ini", jelas Romo. Yassalam nyeriku serasa hilang seketika saat Romo Kiyai  mendaulatku agar menikah dengan neng cantik itu. Apalagi si neng malah pura-pura memebenahi perbanku tapi justru tangannya mampir di pinggang kiriku dengan cubitan kecil plus kerlinagan mata kirinya yang menggodaku. 

___

Bondowoso, 1 11 22

SALVO


 SALVO 

Pak Tyqnue Azbynt



Sontak saja para takziyin di pemakaman itu terkejut karena tak terbiasa mendengar tembakan serentak dari beberapa serdadu itu. Pemakaman umum dekat rumahku itu hanyalah pemakaman biasa bukan tempat Kusuma bangsa, tapi atas permintaan anak dari almarhum sang veteran itu, prosesi pemakaman dilakukan di situ. 


Sebagai seorang guru di sebuah pesantren, masih saja orang mempercayaiku tuk memberi arahan atau hal-hal yang berkait dengan kemasyarakatan dan keagamaan. Di giat pemakaman itu aku harus mendampingi Puspa anak sang veteran yang masih sangat tidak siap menerima kenyataan atas perginya sang ayah. Usai aku bacakan talqin di atas pemakaman, sekonyong-konyong dia bersandar ke bahuku sambil menggenggam tanganku kuat-kuat. Aku bingung harus bersikap apa, di tempat ramai para takziyin, apalagi aku dianggap sebagai ustaz. Masa sih bergenggaman tangan dengan orang lain muhrim di tempat umum dan suasana duka lagi. Atas saran Wak Haji Mu'in agar tetap memberi rasa nyaman pada Puspa akhirnya kulakukan jua, dan yang justru nyaman malah di aku-nya. Dada terasa dag-dig-dug der kala menggenggam tangan gadis molek yang tak pernah kulakukan sebelumnya. Otakku berperang, ini haram, ini kesempatan dan walhasil aku menjadi tak bisa menyembunyikan gelisahku. " Mas buat dia nyaman, anggap ini daruroh...", Kata wak Haji. Dan ternyata malah Puspa semakin memlukku. Duh terasa ada bagian-bagian yang menempel kuat hingga terasa mengganggu kerja sarafku. Hatiku kacau.


Dorrr...dorrr...dorr begitu tembakan salvo dilakukan mendadak putri veteran itu tak sadarkan diri hingga ambruk untungnya bisa aku tangkap dengan kedua tanganku. Atas saran dari Pak De-nya yang sudah sepuh itu agar aku yang membopongnya hingga ke rumahnya. Lumayan berat sih, tapi nikmat terasa. Huh kacau otakku. Tapi apa daya takdir cinta itu telah terjadi, dan dari situlah kini jalinan cinta kami tetap terajut kuat. 

___

Kaki Argopuro, 1 11 22

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...