SALVO
Pak Tyqnue Azbynt
Sontak saja para takziyin di pemakaman itu terkejut karena tak terbiasa mendengar tembakan serentak dari beberapa serdadu itu. Pemakaman umum dekat rumahku itu hanyalah pemakaman biasa bukan tempat Kusuma bangsa, tapi atas permintaan anak dari almarhum sang veteran itu, prosesi pemakaman dilakukan di situ.
Sebagai seorang guru di sebuah pesantren, masih saja orang mempercayaiku tuk memberi arahan atau hal-hal yang berkait dengan kemasyarakatan dan keagamaan. Di giat pemakaman itu aku harus mendampingi Puspa anak sang veteran yang masih sangat tidak siap menerima kenyataan atas perginya sang ayah. Usai aku bacakan talqin di atas pemakaman, sekonyong-konyong dia bersandar ke bahuku sambil menggenggam tanganku kuat-kuat. Aku bingung harus bersikap apa, di tempat ramai para takziyin, apalagi aku dianggap sebagai ustaz. Masa sih bergenggaman tangan dengan orang lain muhrim di tempat umum dan suasana duka lagi. Atas saran Wak Haji Mu'in agar tetap memberi rasa nyaman pada Puspa akhirnya kulakukan jua, dan yang justru nyaman malah di aku-nya. Dada terasa dag-dig-dug der kala menggenggam tangan gadis molek yang tak pernah kulakukan sebelumnya. Otakku berperang, ini haram, ini kesempatan dan walhasil aku menjadi tak bisa menyembunyikan gelisahku. " Mas buat dia nyaman, anggap ini daruroh...", Kata wak Haji. Dan ternyata malah Puspa semakin memlukku. Duh terasa ada bagian-bagian yang menempel kuat hingga terasa mengganggu kerja sarafku. Hatiku kacau.
Dorrr...dorrr...dorr begitu tembakan salvo dilakukan mendadak putri veteran itu tak sadarkan diri hingga ambruk untungnya bisa aku tangkap dengan kedua tanganku. Atas saran dari Pak De-nya yang sudah sepuh itu agar aku yang membopongnya hingga ke rumahnya. Lumayan berat sih, tapi nikmat terasa. Huh kacau otakku. Tapi apa daya takdir cinta itu telah terjadi, dan dari situlah kini jalinan cinta kami tetap terajut kuat.
___
Kaki Argopuro, 1 11 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar