_hijrah_tragedi_rasial_
_pak_tyqnue_azbynt_
Mei Sembilan Delapan asap hitam memenuhi seatero kota kecilku. Penjarahan dan pembakaran ruko-ruko etnis Tionghoa menjadi pemandangan lazim kala itu. Urusan perut yang digoreng-goreng dengan agitasi politik telah menyulut kemarahan warga +62. Hati binatan mereka mendadak muncul, tanpa malu tanpa takut dosa, dengan sesuka hati menjarah jarah harta kaum Tionghoa di Indonesia. Kegagalan Orba dalam menghadapi global crisist telah memberbarkan manusia yang terbiasa sopan santun itu.
Senin sore entah tanggal berapa yang kutahu hanya bulan Mei kudapati anak kecil di sebuah gang Jalan Zainul Arifin Pekauman Bondowoso yang sedang menangis. Wajahnya coreng moreng, rambut acak acakan dan baju putihnya penuh lengas hitam. Kedekati dia sangat ketakutan dan tersedak menahan teriak ketakutan. Kuambil sapu tangan sembari menyeka wajahnya, barulah dia perlahan tenang. " Adik siapa namanya?" Tanyaku. Dia menjawab namanya adalah Jia Li umirnya sekitar 6-7 tahun an, yang telah kehilangan semua keluarganya. Hatiku teriris-iris, walaupun sebagai mahasiswa saat itu yang masih terpengaruh oleh provokasi dan jargon jargon anti China. Melihat anak kecil sedang ketakutan hati luluh. Akhirnya kugendong dia kubonceng dengan motorku. Di tengah jalan aku kebingungan hendak dibawa kemana anak.kecil.yang imut itu. Rupanya Tuhan menggerakkan hatiku tuk dibawa ke sebuah pesantren di desa Poncogati yang diasuh oleh Kiyai Mas Rois. Alhamdulillah beliau menerima dengan senang hati dan dijadikan sebagai anak santrinya. Saat aku kuliyah aku hanya menanyakan kabarnya saja tanpa memberikan uang saku bulan oada Jia Li. Tapi sang kiyai memakluminya.
Peristiwa 11 April 2022 saat terjadi demo mahasiswa, barulah kuteringat kembali pada Jia Li. Segera saja aku kepesantren tempat dia belajar, masihkah ada? . Kutemuai Kiyai Mas Rais yang juga seorang PNS itu tepatnya sebagai guru agama dan di _griya_ nya ada pesantren yang diasuhnya. Sebagai sesama ASN saya tidaklah terlalu canggung pada beliau walaupun kini telah purna tugas. Entahlah kenapa hatiku begitu ingat pada sosok Jia Li yang dulu pernah aku titipkan.
Kiyai Mas Rois hanya tersenyum dan bilang sudah pulang ke kampung kakeknya di Hongkong. Aku pun percaya. Tetiba ada wanita cantik mulus tinggi semampai mengenakan abaya merah terang membawa kudapan dan kopi zanjabil kehadapan kami. " Ko Tyqnue yaaa?", Kata si wanita itu.
" Yaa...kok tahu?".
" Owh itu ada foto Koko yang ditunjukkan oleh Romo Yai siapa orang yang membawaku ke sini, aku adalah Jia Li yang dulu Koko bawa kemari", celotehnya.
" Oh yaaa Pak Tyqnue, dia sekarang jadi dosen di Sekolah Tinggi Islam alMaliki di prodi Ekonomi Syariah ". Jelas Kiyai mas Rois. Ya Allah yaa Kariem cantik kali. Dia pun tersenyum meraih tanganku diciumnya punggung tanganku dipengan erat dan tangisnya pecah. " Ko... Bolehkah Jia anggap jenengan sebagai keluargaku? " Tanyanya.
" Hgh..boleh boleh ....".
kalau mau jadi menantuku ga pa...", Candaku.
" Owh ...tapi putra Koko kan belum tentu mau, kalau aku ya mau saja kan Koko orang baik". Katanya.
____
Bondowoso, 11 4 22
Ciye ciye
BalasHapusOy oy...🤫🤫
HapusPingilimin pribidi yi Pik😀
BalasHapusAsiyaaaap gak pake grakkk
Hapus