Total Tayangan Halaman

Sabtu, 12 November 2022

Paviliun Anggrek


Gambar milik RSUD Dr. Koesnadi Bondowoso

 PAVILIUN ANGGREK

Pak Tyqnue Azbynt


Megap-megap dan dada seperti terhimpit begitulah kekata bidadari titipan mertuaku. Tanpa banyak ulah langsung saja kularikan ke Rumah Sakit sore itu. Gerimis yang membersamai kami kuacuhkan saja dinginnya. Tak seberapa lama kami pun tiba di ruang IGD dan segera  diberikan bantuan oksigen. Dia tampak lega dan matanya kembali berbinar. Hanya butuh 5 menitan dia pun sudah bisa senyum manis dan bisa kembali bercanda. Demi memastikan trouble mana yang mengganggu kesehatan istriku, check darah, rongten pun dilakukan. And nothing wrong, selain leukositnya yang over hingga membuatnya sesak napas.

Semalam rehat RSU serasa berpacaran kembali, tak ada orang lain, anak pun tinggal di rumah bareng Bu Liknya. Di ruang private serasa ngehotel aja, istri nyantai nonton TV sementara aku lebih banyak bermain laptop tuk menulis blog. Malam terlawati dengan santai, hingga bangun pagi, mandi sebelum menghadap kala subuh. Demi mencari 27° kusengaja melangkah ke Masjid di sisi utara RSU itu. Tenang selepas dedoa, kumelangkah keluar, tetiba kulihat sesosok wanita cantik bersandar di pilar Utara Paviliun Anggrek. Matanya sembab gegera lama menangis. Saat kutanya barulah kutahu kalau dia sedang butuh donor darah untuk anaknya pasca kecelakaan saat Bhakti sosial di hari Pahlawan itu.


" Mas aku mohon bantuanmu, bukankah darahmu golongan AB?", pintanya sok akrab.

" Lho kok tahu?", Penasaranku.

" Mas kan pernah terjatuh dan masuk rumah sakit saat dulu kita masih pacaran, dan aku tahu golangan darah mas AB, karena akulah yang mengusahakannya. Oh ya kita dulu sempat pacaran tapi putus dan memilih jalan masing-masing...", Imbuhnya. Barulah aku sadar kalau dia adalah Ratna mantan pacarku yang karena aku tak punya kerja ditolak oleh orang tuanya. Kini dia berhijab yang membuatku pangling. Kini dia sudah menjadi single parent, suaminya telah menceraikannya. Tangannya meraih tanganku, memohon agar dihiraukan pintanya. Saat aku iyakan, tanpa sadar dia malah bersandar ke bahuku. Kubiarkan dia bermanja walaupun perasaanku nyeri-nyeri sedap takut bidadariku keluar ke beranda paviliun itu. Aku berjanji saat mentari sepenggalah untuk mendonorkan darahku. Sempat kucium keningnya agar tenang dan aku pun mencari cara untuk setengah siang nantinya agar bisa berdonor pada anaknya yang lagi butuh darah.

___

Bondowoso, 12 11 22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...