KUTITIPKAN NAMA DI POJOK LUKISANKU
Pak Tyqnue Azbynt
Memasuki auditorium Grand Padis Hotel yang sudah semerbak harum aroma terapi menjadikan kenyamanan tersendiri bagi tetamu, di pojok kiriku tampil menawan anggrek bulan lidah jingga angrek hybride kesukaanku. Deretan meja dengan table cover warna salmon pink semakin menambah hangat suasana.
Pagi itu pukul 07;15 grand opening temu Pengusaha Muda belumlah dimulai. Sangatlah maklum kalau ada rekan-rekanita yang menyempatkan tuk pamer suara indahnya yang diirigi oleh bung Gio electone. Begitupun aku yang tak tahan oleh godaan teman teman, akhirnya mencoba berkokok lewat sebuah lagu unchained melody , dan suasana juga kian ramai saat para audien ikutan bersuara, yaa asik lah.
Aku duduk di pojok kiri sebelah selatan pas berhadapan dengan wanita muda berparas cantik dalam balutan busana jingga berulas hitam. Bros mutiara putih gading di lilitan jilbab hitamnya menambah poin keelokannya. Sorot mata yan teduh wanita yang seakan angkuh itu telah mengusik nafsu nakalku.
Tak seperti lainnya aku di tiap workshop selalu membawa skecth book dan beberapa pensil steadler warna hitam dengan beberapa type. Yang lain sibuk dengan laptop, sementara aku menjejakkan goresan di kertas lukisku. Untuk mengambil wajahnya sengaja kufoto dia dengan Oppo Cameraphone-ku. Coretan demi coretan kunikmati di kertas A3 dalam bentuk drawing.
Dua jam tak terasa , jelang pukul 10 : 00 dan saatnya rehat , muncullah suguhan kopi Arabica Raung khas kopi Bondowoso yang menyandang kota Republik Kopi ini.. pastel basah di depanku tak mampu menggoda selera. Keasikan corat coret telah menyandra saat rehatku. Ada beberapa rekan yang mengomentari lukisanku sementara yang lain sibuk bermain mikrofon pamer suara indahnya sambil menarik narikku tuk ikutan, tapi kuacuhkan , aku kan lagi sibuk menjajah kertas dengan pencil drawing.
Tak tahu siapa nama wanita cantik di depanku, hatiku benar benar terpaut oleh gaya acuhnya itu. Nama tak penting, toh dia bukan sesiapaku. Lagian aku taklah mau dipenjara jeratan rindu. Tapi anehnya kenapa lukisan itu mengambil obyek dia , wajah ayunya.
Rehat usai, acarapun bersambung kembali, yang kali ini pemateri didapuk oleh mas Rizal Hariyanto ,si pengusaha muda yang sukses itu. Dalam usia yang relatif muda sudah menjadi milyarder. Rupanya sang pemateri ini juga pintar mencari moment tuk menghidupkan suasana. Lalu dipanggilnya wanita cantik di depanku tuk menyampaikan pesan kesan, dan tentunya bermula dari perkenalan nama . Dan dari situ aku kenal namanya Fathma Aurelia. Nama itu menjadi noktah di dalam dadaku.
Usai acara nyaris tak ada materi membekas di otak, selain wajah Fathma Aurelia yang menjadi gambar mural di tiap dinding hatiku. Lukisanku kuberikan padanya setelah kubungkus dengan amplop kabinet besar, dan tak lupa kutitipkan namaku di pojok lukisan itu.
Sepekan berlalu ada pendatang baru di FB-ku dan di Ig-ku, walaupun dengan sedikit kata tapi bagiku ini bagai kejatuhan durian runtuh di depanku. Fathma Aurelia mengajak berteman denganku. Bak haus lalu ditawari air yaa ku-iakan saja maunya. Walaupun aku tak langsung banyak kata, yaa jaga imej lah.
Sejak itulah rutinitas di atas kanvas menjadi terpinggirkan, tergatikan dengan kesibukan bermain gaway. Ada berjuta tanya yang menggelayut di benak, kenapa kesibukanku bermain warna di atas kanvas jadi tersandera?, kenapa cumbu dengan si Akop kakatuaku tak seperti dulu?, kenapa keasyikan menemui aggrek anggrekku tak seacap dulu?. Semua kini berlabuh di Oppo cameraphone . walaupun hanya melihat lihat profile dan unggahan-unggahan resahnya ., atau justru jauh membaca novel novel asmara. Aah aneh otakku.
hai kaka, assalamu alaikum..ini aku Aurel sapanya lewat videocall di HP-ku
wa alaikum salam, eh ..oh iya gelagapan ku menimpali sapanya
maaf yaa dede boleh tanya tanya agama ne, maaf maaf boleh doooong begitu rengeknya.
yaa yaaa kalau kaka bisa ....kalau gak bisa gimana?, tanya apaan neh ?
kenapa yaa kok perintah sholat tuh turun ke nabi Muhammad, kan nabi yang pertama nabi Adam
oh ...kan gerakan sholat seperti nama beliau yang bernama Ahmad alif ha- mim- dan dal, alif itu berdiri, ha itu ruku mim itu sujud, dan dal duduk iftirasy , gitu kira kira
VC- belangsumg lama , mulai dari tanya agama dan berakhir curhat. Dan dari rutinitas itu keintiman via gaway kian intent.
Dari curhatan curhatannya aku tahu bahwa, Aurel adalah korban pernikahan dini yang berakhir dengan status janda terlalu dini juga. Usia yang masih 20th dengan satu balita 2tahun menjadikan tertutup pergaulannya. Minder dan justru seperti putus asa menjadi kekhawatiran sang ayah. Hidupnya hanya bertiga dengan balita mungilnya yang imut itu. Sementara sang bapak merasa bersalah besar telah menjodohkannya dengan peria yang salah, pemabuk dan temperamental itu. Semula sang Arjuna bagaikan seorang lelaki yang penuh tanggung jawab dan setia. Sangakaan sang bapak salah besar, semua berbalik 180 derajat . padahal sang bapak sudah kian renta dengan usia 80 tahunan , itulah yang kemudian memaksanya tuk menikahkan Aurel.
Studinya di pesantren harus dihentikan demi permintaan sang bapak, dan tragisnya pernikahan itu hanya dijalaninya selama 6 bulan lantaran suaminya telah mentalaqnya selama 3 kali, dan tak berselang lama terciduk sebagai pengedar narkoba. Kini Aurel hanya menumpahkan kegundahan di blog pribadinya. Mungkin karena bahasa yang sederhana tak banyak yang mengapresiasinya. Aku pun menganggapnya begitu, terlalu biasa dan datar, walau dia banyak curhatannya bertutur, aku tak tahu cara menyampaikannya, tapi hatiku runtuh . Dan itu hanya kuanggap bahasa lebay yang minta perhatian.
***********
Jum at sore sepulang melatih seni rupa di sebuah madrasah, kuambil gawai yang sebelumnya lupa kubawa ke beranda ar Raudhah tempatku melatih corat coret di kanvas. Masya-Allah, call berkali kali tak ada yang menggubrisnya. Ada apa ? otakku bertumpuk sejuta tanya. Dan hanya pesan Whats App , nanti jelang rehat malam aku mau VC, sekarang kaka tak usah von balik, titik !. Wah rupanya si dia lagi BT nih , tapi gerangan apa sampai segitunya.
Malam sabtu menjadi malam yang tak biasa, kerjaku menjadi tak konsentrasi, laporan kinerja berantakan. Hanya tanyangan Nat Geo Wild yang menjadi tontonan hiburanku, walaupun mataku tak serius memelotinya. Aku terkapar di depan televisi sambil bersanding hp. Jam di cameraphoneku telah menunjuk angka 01: 23 , tak ada dering call darinya, cemaspun mulai merambat di otak. Akhirnya selimut mesra kupaksa memelukku sambil berusaha memejam mataku. Entah sudah berbagai gerak gaya tidurku, call yang kutunggu tak kunjung berdering.
assalamu alaikum kaka, begitu sapanya saat kuankat panggilannya, kulihat rambutnya acak dan mata yang terlihat sembab, maaf aku ketiduran saat menidurkan si kecil , tambah rengeknya memelas.
wa alaikum salam w w, ealah dede...., aku menunggu sampai mau kiamat neh aku sedikit emosi.
Dari perbicangannya baru kutahu, banyak hal tentangnya. Hafalan Alqur an yang sudah 15 juz jadi hilang karena, kegagalan berumah tangganya. Bahkan deposito pemberian sang bapak telah digerus separuhnya oleh mantan suaminya. Rasaku menjadi marah, resah , kasihan menjadi bercampur aduk.
kaka boleh gak besok temeni aku maka siang di rumah Bali, klebang sana?
mana tuh, aku kok gak tahu yaa ?
yaah, please... boleh yaa?. Wong lokasinya asik kok
yaa yaa boleh tapi di mana, kaka tanya malah gak dijawab
kaka tinggal ke utara alun alun kota, trus menuju SMK Pertanian, nah di simpang tiga itu ikti aja alur ke taman pemancingan , sebelum taman pancing ada rumah Bali, posisiya di atas bukit yang masih sangat alami. Begitu celotehnya sambil mempermainkan tasbih kokanya.
yaaah makan aja harus kesitu , kenapa tak di Pujasera aja kan asik ramai
justru aku tak ingin keramaian, sembari ngerayain ultahnya kaka, aku mau beri kejutan katananya.
kejutan kok diberi tahu ,
yee kaka tak akan tahu kok, pokoknya ikuti aja , okee? timpalnya bersemangat.
yah kalau tak diberitahu mana mungkin aku datang yee godaku
uuuuhhh please deh...yaa yaaaa ? rengeknya yang memang masih seperti abg.
**************
Dengan GSX-S black matte kususuri jalanan yang berpagar rerimbunan pohon angsana, angin Februari masih banyak membawa awan, maklumlah masih musim penghujan. Beruntungnya siang itu cuaca bersahabat, awan tak begitu tebal begitupun angin masih berbaikan dengan kami. Sempat kuhentikan laju motorku tuk sekedar ambil ambil gambar tuk obyek lukisan. Jalan yang melandai , rerimbunan yang menghijau dan desau angin menjadikan siang itu begitu damai, terlebih lagi di area kaki Gunung Purnama yang indah alami.
Sempat beberapa kali bertanya kepada orang yang melintas di jalanan tuk mencari rumput., rupanya tak banyak orang tahu Rumah Bali yang dimaksud. Barulah kutahu setelah melintas dua anak SMK Pertanian yang rupanya baru pulang sekolah.
eh...adik...tahu lokasi Rumah Bali di sini ?
oo ... masnya ikuti aja jalan itu trus sebelum taman pancing itu ada gapura, masnya belok kanan dan sedikit menanjak, yaa di situlah posisinya paparnya.
Sampai di lokasi, kuparkir di barat balairung yang lumayan gede dan aku menuju ke sebuah bukit yang ada semacam gazebo yang unik berbahan pokok pohon palem. Yaa lumayan capek juga menaiki tangga itu. Tampak 3 sosok lelaki sudah berdiam di situ, yang perawakannya sudah lumayan sepuh. Aku tak tahu kejutan apa yang hendak kuterima siang itu.
Sementara itu seorang lelaki setengah baya berbaju batik khas Bondowoso sedang berbincang serius dengan lelaki di sebelahnya yang mengenakan baju koko dan kain rida yang dililitkan di lehernya, ( pikirku lelaki ini yang hendak membacakan doa ulang tahunku). Aurel hanya senyam-senyum di sebelah lelaki sepuh dengan peci putih di rambut yang sedah penuh uban itu.
Lelaki sepuh itu menyodorkan copy KTP dan KK sembari memperkanalkan dirinya dan menyampaikan ikhwal maksudnya. Oh my God , rupanya bincang Aurel di Ig-ku dan di FB-ku benar-benar serius, yang minta dinikahiku. Jantungku berdegup kencang, nafasku tersengal, gemetar seluruh tubuhku. Sejenak itu aku tak bisa berkata apa-apa.
bagaimana nak?, mau turuti permintaan anak saya ? pintanya
bagaimana yaa....bener ne pak? Bener ne dede? , asalku kebingungan.
Manalah mungkin orang sejelek aku dan usianyapun terpaut cukup jauh , akan memperoleh seorang biddari yang terluka?.
Dan prosesi akadpun dilangsungkan pada saat itu dengan diwali-i oleh bapak mertuaku sendiri ( ye berani sebut bapak mertua dah ) . Saat itu pula aku diberi uang tuk bermalam di Dreamland Hotel selama sepekan.
anak anakku nikmati bulan madu kalian, uang ini cukup tuk bermalam selama sepekan di hotel , dan engkau anakku ( menunjuk padaku ) setelah pulang dari hotel urus perlengkapan admnistrasi perkawinan kalian jelasnya serius.
Sungguh coretan di pojok lukisanku telah mengantarku ke mahligai yang teramat indah. Tuhanku, puji syukur teramat dalam kupanjatkan. Engkau telah memperkenankan hamba memiliki bidadari yang terluka. Dan bersamanya aku teramat bahagia dengan anak dari istriku yang sudah terlalu lekat padaku , dia tak tahu siapa ayahnya sebebarnya, sebab di akte kelahirannya diatasnamakan anakku walaupun mungkin suatu saat harus mengetahui siapa ayahnya , karena jika saat menikah kelak harus ada wali biologisnya.
*****************
Dari buku . Memburu Perawan di Kampung Janda