KUTEMUKAN BIDADARI DI DAPURKU
Pak Tyqnue Azbynt
Bulan Maulid, adalah bulan di mana banyak pondok pesantren meliburkan santrinya, dan saatnya untuk pulang kampung selama sepekan. Adalah adikku yang saat itu sedang libur pesantren, yaa tentunya juga pulang dari pondok pesantrennya dari luar kota. Kepulangan adikku justru menjadi moment istimewa, karena pada saat itu juga diikuti mertua dan tunangannya yang santriwati pengahafal Al qur an di pondok yang sama.
Kepulangan adikku, menjadi saat yang haru biru karena justru datang besan ( mertua adikku ) yang tuan rumahnya sedang mengalami sakit parah. Ibu sedang sakit hypertensi dan ginjal yang kronis. Tuan rumah berbaring lemah dan tak menyambut tamu karena alasan kritis.
Menjamu tamu kehormatan terpaksa dibantu oleh orang lain, termasuk seorang santri yang belajar ngaji di rumahku. Santri tersebut adalah Tatik Arianto yang masih kerabat dekat denganku, tepatnya seorang sepupu, karena ayahnya adalah saudara ayahku. Kerjanya di dapur tanpa canggung lagi, karena masih keluarga dekat.
Saat sibuk-sibuknya meramu sajian, tetiba ibu memanggilku. Dengan segera kuhampiri beliau, apa gerangan yang hendak disampaikan. Ternyata maksud dan tujuannya mengagetkanku. Beliau memintaku untuk mencari tunagan seperti adikku.
lee..... usiaku takkan lama lagi....aku harap kamu segera mencari tunangan agar pernikahanmu bisa aku saksikan dan aku restui, begitu pintanya di sela menahan sakitnya. Tanpa pikir panjang saat itu juga saya harus mendapat calon istri. Kujelajahi pilihnku di seantero rumahku, dan pilihn itu jatuh ke tangan, Atik Arinto yang tak lain adalah saudara sepupuku. Langsung kutarik tangannya dan kubawa ke hadapan ibu yang sedang terbaring lemah. Si dia hanya manut, walaupun tak tahu apa maksud tujuanku.
bun...., ini dia telah kutemukan calon menantu ibu , ibu hanya mencoba tersenyum di sela menahan sakitnya.
loh....apa ini bu De...saya kok bingung, katanya kaget.
tak apa...duk...anakku, aku merestui kalian , sambungnya.
Ibu mencoba menjulurkan tangannya dan meraih tangan kami, lalu menyatukan dalam genggamannya.
Sebagai seorang lelaki aku harus berani, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Kuantar calon istriku eh calon tunanganku ke rumahnya dan menyampaikan ikhwal hendak meminang si gadis. Bak gayung bersambut keluarganyapun meng-acc komitment kami, walhasil resmilah kami tunangan yang sepekan kemudian orang tuaku bertandang ke keluarganya untuk menguatkan tali cinta kami.
_________
Bondowoso, 13 10 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar