MENBURU PERAWAN DI KAMPUNG JANDA
Pak Tyqnue Azbynt
Gemerlap lampu billboard di tiap sisi kampungku sudah menjadi nuansa keseharian tiap jelang malam tiba. Hingar bingar ala kota megapolitanpun sudah mengakar di kampungku yang biasa disebut dengan kampung Dolly Wood, mungkin karena gaya hidup yang serba palsu, kenikmatan instan serta materialistik sudah benar-benar membudaya. Begitupun dengan aku dan semua remaja di kampugku.
Jelang senja sebagimana biasa aku dan teman teman sudah menjadi kebiasaan rutin mangkal di pos jaga sambil gonjrang-ganjreng gitaran dengan menyanyikan lagu lagu protes sosial, walaupun aku sendiri bukanlah orang baik. Lagu lagu Iwan Fals, Fanky Sahilatua dan Ebiet G Ade adalah lagu lagu kesukaan kami, disamping lagu-lagu gubahan kami sendiri.
Aneh...ya sangat aneh , dari sebelah selatan muncul wanita setengah baya dari musholla At-taubah sambil buru-buru menenteng kresek hitam. Aku baru tahu ternyata dia seorang pemulung, setelah mengorek-ngorek bak sampah di depan kami.
mas masnya berhenti dulu yang gonjrang ganjreng...bok yao sholat sholat dulu...ne maghribnya dah hampir habis lho..
ha ha ha... sepontan kami semua tertawa lebar
pok...bukankah warga sini semua sudah ngavling tempat di neraka, mulut warga sini semua berbau alkohol dan semua wanita di sini milik bersama..ha ha ha begitu seloroh salah seorang temanku sembari melemparkan puntung rokok ke hadapannya.
tapi yang enting kita usaha mas timpalnya datar.
trus sholat, doa gitu?... lah nyatanya si mpok paling miskin kok di sini sergahku.
bukan masalah harta mas ,...yang penting bathin bahagia sahutnya sembari membetulkan posisi gelas mineral di kresek hitamnya.
non sen...kalau nyari makan aja ribet kayak gitu...mangnya bahagia?..bahagia dari Hongkong ? sergah temanku dengan nada nyinyir.
yaa saya tidak merasa ribet kok mas...lah wong saya punya kekayaan yang melebihi kekayaan yang mas-mas punya kok kelitnya.
************
Keesokan harinyakembali aku mengamati si mpok pemulung kemarin. Ya sama ,begitulah sehari harinya. Tapi yang menjadi ke-kepo-an aku dan kawan kawan adalah saat dia mengatakan punya kekayaan yang melebihi kekayaan yang kami punya. Peikiranku berkecamuk , apakah dia pengedar sabu , pengemis kaya, atau apalah yang ditutupi dengan cara memulung. Penasaran kian menjadi- jadi , kadang menjadi kegirangan bagiku andai di penedar sabu, kami bisa menjadi partnernya atau setidaknya jadi pelanggannya. Dan andai dia sebagi pengemis kaya , kami bisa memalaknya , dan bisa tuk fly party dari uang tersebut.
permisi pok...bolehkah kami masuk pok? pintaku, sementara kawan kawanku hanya menganggukkan kepala.
oh..injih mas...mari mari sambutnya dengan tergopoh sambil menguakkan pintu reyotnya.
Tak ada yang istimewa di gubuknya, malah sangat-sangat tak layak huni, tapi justru yang menjadi perhatian kami adalah di dinding sisi kiri kami yang terpajang foto gadis cantik mengenakan jilbab dengan latar panorama Eropa yang lagi musim salju.
maaf pok....ini foto artis yaa? penasaranku mencul tiba-tiba.
oh...bukan mas....itu si nduk anakku satu satunya , yang masih sekolah
oow... pantas aja ..masih sekolah... timpal Vino disampingku.
maksudmu gimana? penasaran salah satu temanku.
ya iya laaaaaah... wong masih sekolah pinter edit edit foto sambut Vino di sela asap rokoknya memuntahkan kata kata itu.
sekolahnya dimana pok? tanyaku.
di luar mas... ne aku kangen banget mas ..dah tiga tahunan sahutnya seperti tertimpa beban rindunya.
di yayasan yaah ? timpal Vino mencibir.
gak tahu lah mas apa namanya...yang jelas si nduk itu sekolah di Istambul setelah mengikuti berbagai tes , terutama hafalan Al Qur an dan kebahasaan , yaitu bahasa Arab dan Inggris dengan bangga menjelaskan pada kami.
dulu sekolahnya di mana pok ? tanyaku.
oh...di Madrasah Aliyah Nurul Huda milknya Doktren Al-Maliky di kota kecil Bondowoso..si nduknya masuk di ghurfah bahasa asing , tapi diam diam juga sambil menghafal Al Qur an...padahal disitu memang ada khusus ghurfah tahfidz
ghurfah itu apa pok? tanya Andre yang sjak tadi hanya diam dan menikmati rokok Dunhill-nya.
oww..ghurfah itu kamar atau blok ruang husus santri di pesantren mas... jelasnya.
aliyah ..kan sama dengan SMU ? sergah Vino.
enjih mas...
Diam diam aku googling mencari yang namanya Doktren Almaliky, yang ternyata ada di daerah Bondowoso Jatim . Kota ini ternyata bertajuk High Paradise Land, Republik Kopi dan Kota Tape . Sementara kawan kawanku tetap berdialog dengan antusias sama si mpok.
maaf pok...mulai tadi kami belum tahu nama empok tanya Andre.
sebut saja Fatma...kalo panjangnya si Fatma Juwita jelasnya malu malu.
wih..keren juga nama mpok...mpok dari mana asalnya sih... tanya Vino.
aslinya sih Bangka Blitung ..tapi semenjak nikah dengan almarhum abahnya si enduk ..saya tinggal di sini. Kenangnya.
Oh ya... si nduk itu berarti kuliyah kan...kan sudah lulus Aliyah ? aku berusaha meyakinkan benakku.
iya mas kuliyahnya katanya ambil jurusan Eastern Islamic Culture .. entah itu bagian apa..?
great..... ternyata di kampung kita ada mutiara di kubangan lumpur... seloroh Andre Filsofis.
***********
Hampir satu pekan si mpok jadi perbincangan kami, tapi sudah jarang nagkring di pos jaga, melainkan di studio seniku. Kami semua bak mati gairah tuk berhura hura., sementra di otak ada semacam tumpukan berjuta tanya tentang alur kehidupan. Betapa tidak, budaya kampungku yang sangat sekular dengan kerusakan moral yang luar biasa., ternyata ada orang baiknya juga.
Mat Jufri temanku yang keturunan Madura menginisiasi tuk mengubah kebiasaan bebas kami. Kami pergi ke Balai Bahasa di Jl. Siwalan Panji 2 No.1 , Bendrek Buduran , Sidoarjo, tuk memohon buku-buku Agama dan Buku Tentang Dunia Middle East hususnya Turki. Andre_lah yang mengajak kami dengan mobil XL 7 nya. Alasannya sih kalo beli kan mahal , sementara di Balai Bahasa bisa gratisan.
Mendadak studioku menjadi bilik literasi , tiap hari kami sibuk menguliti Islamology , sejarah tentang dunia Islam khususnya di Turki yang menjadi perlintasan dunia timur dan barat, negara yang di tengah tengah tiga benua. Kini saya baru sadar negara maju semisal Turki saja pemuda pemudinya tidaklah lantas bergaya megapolit seperti budaya kami yang dipaksa paksakan, dengan alasan status sosial.
Satu persatu kami mulai mendekat ke musholla At-Taubah walaupun hanya sekedar membaca baca buku tuntunan sholat dan buku buku agama lainnya yang ada di pojok literasi musholla itu. Entah ini karena kesadaran kolegial atau karena kami rindu gadis yang smart alim dan masih bertahan dengan kesuciannya. Aaah tak tahulah. Tapi yang jelas hatiku benar benar lumpuh menyikapinya. Kekayaan yang kami punya seperti tak begitu banyak berharti, motor sport, mobil tak mampu menggodaku lagi.
Hari hariku diwarnai dengan googling tentang dunia Islam, dan justru kutemukan chanel Almaliky TV dan apakah ini kebetulan atau apalah yang jelas di Al Maliky chanel ini aku bisa mengikuti paparan agama dari seorang kiyai muda ., Abuya KH. Muhammada Hasan, SH. Daaan...beliau ternyata guru si nduk ketika masih mundok di Indonesia. Pantas saja si nduk ( kusebutkan si nduk karena belum tahu namanya). Sangat gigih mencari ilmu . Lah wong gurunya smart gitu , cara penyampaian agamanya dengan bahasa kekinian. Amazing.
assalamu alaikum...mas..mas...tumben krasan di musholla, gak kuliah masse.... si mpok menyapa kami.
oh nggak pok kami tinggal nunggu yudisium ....ya rehat dulu di sini... jawab Mat Jufri.
gak di pos jaga lagi....kan lumayan banyak gadis gadis lewat...yang bisa digoda sindirnya.
he he ...si mpok... timpal Vino sembari menyerigai malu.
oh yaa...boleh tahu nama si nduk pok? Tanyaku.
oohhh....si nduk?...abahnya menamainya Syahda Aurelia...mbuh apa maknanya....tapi aku biasa memanggilnya si duk biar lebih dekat jelasnya.
hoo..... serempak kami hanya mangut manggut....
insya Allah, bulan Desember pulang kok, katanya sih mau ke Api Biru di Kawah Ijen Bondowoso bersama teman temannya tuk nikmati libur akhit tahunnya. Sembari melipat mukenahnya.
*************
mas mas kok rajin ke musholla yaa?...memangnya sudah sholat yaa? tanyana singkat
heee...iya pok...kami dah berubah.... papar Mad Jufri antusias
“ hmmm....tapi kalau ibadah jangan nanggung mas... pintanya serius.
lah kami sholat wajib kagak ada yang bolong bolong....malah sholat tahajjud...sholat Dhuha kami rutinkan jelasku.
“ mas yang lain ?
sama pok...kami sudah sepakat tuh mengubah cara hidup kami ...biar kami tak dianggap seperti dulu sama kleuarga kami...terutama di hadapan mpok ? sergah Vino.
yaa kalau gitu ....salah masse, tangkalnya.
lah piye toh....berbuat baik kok salah.. tanyaku penasaran.
ya iya laaah...masse kan ingin dilihat orang..dipuji orang...beribadah harus Lillah mas.., apalagi hanya ingin dipuji bapak ibu , atau bahkan aku...demi mendapat simpatiku..agar bisa mendekati si nduk yang sebentar lagi pulang dengan teman temannya dan sebagian dosennya, tapi yang terspesial dia membawa calon tunangannya yang dari Usbekistan itu... paparnya panjang lebar.
oh jadi mau tunangan yaa...? tanya Mat Jufri. siapa namanya pok ? lanjutnya.
katanya sih ia...tapi si nduk masih mau istikharah katanya...oh ya nama calonnya tuh SAIFULINSKI AMAROV....ya kira kira kalau sin Saiful Amar lah namanya. Papar si mpok.
Kami semua sudah menemukan jalan damai, di msholla kecil itu. Walaupun belum tentu bisa berkenalan dengan si nduk eh Syahda Aurelia ,. Ah itu nomer sekian lah, yaa kalau nantinya bisa berkenalan, itu mah bonos saja.
_________
Republik Kopi, Awal April 2020,
Pak Tyqnue Azbynt
Dari kumpulan cerpen Memburu Perawatan di Kampung Janda.
Penerbit Catur Media Gemilang Pati Jateng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar