DI BALIK JENDELA KELAS
Pak Tyqnue Azbynt
Selepas lohor masih saja langit mencumbu bumi lewat belai hujannya. Anak-anakku cemburu pada kemesraan sang hujan yang bercanda dengan dedaun. Mereka pun turut larut dalam keasyik-masyukan di halaman madrasah.
Tanpa menduga kehadiranku yang datang tetiba. Mereka yang tak bercanda dengan hujan, dengan segera menuju kelas 7 D kelas putri. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang kuampu segera aku mulai. Kuajak mereka berkeliling dunia melalui buku. Keseriusan mereka menjadi penyemangat tersendiri.
7 orang anak putri yang ditolak masuk oleh teman-temannya lantaran baju basahnya. Mereka kemudian memohon agar diijinkan untuk belajar di teras kelas dengan merapat ke daun jendela. And finally semua anak tak ada yang mangkir berlajar. Pasca pengabsenan kukuatkan pembelajaran dengan menanyakan secara random, tapi tak ada jawaban yang benar-benar tepat. Sementara yang belajar di balik jendela itu malah memohon agar diijinkan menjawab. Dan ternyata justru mereka memberi jawaban yang lebih akurat, tinimbang yang di dalam kelas. Barulah aku menyadari kalau justru anak yang dianggap hiperaktif hiperkenestetik bisa menjelajah daya nalarnya lebih jauh dari yang hanya diam, menurut dan cenderung pendiam.
__
Bondowoso, 30 1 23