AWANG SARI
Pak Tyqnue Azbynt
Di lepas pantai Laut Andaman Thailand selatan kami seakan terdampar di dimensi yang lain. Bersama beberapa YouTuber dan DCS cinematography di desaku hengkang ke sebuah desa Koh Panyee di Thailand selatan itu. Sebuah desa dengan pemukiman di atas air, unik yang mengundang penasaran teramat amat. Penasaran kami kian menjadi ketika justru penduduknya semua muslim dan para tetua bisa berbahasa Jawa kromo.
Semula kami hanya mau healing selepas gaji You tube kami yang mencapai 60 jutaan plus bonus dari beberapa brand agar diselip tayangkan pada konten kami, ya semacam endorse begitu. Sesampai di desa itu justru yang kami dapatkan lebih dari ekspektasi semula. Keunikan, eksotisme dan hal lain yang bak dunia mimpi saja. Khusus aku, malah yang menjadi point' center adalah sebuah sekolah Koh Panyee School. Mungkin karena latar belakangku sebagai pendidiklah hatiku terpaut di sana. Bak kejatuhan durian Montong aku disambut oleh seorang ustazah yang bernama Awang Sari, nama yang Indonesia banget menurutku. Dan benar saja dengan sedikit bahasa Jawa ngaka yang tersendat-sendat dia mencoba akrab membersamaiku. Biar tidak tersiksa soal bahasa aku tawarkan padanya dengan English atau billughatil Arabiyah. Ternyata dia lebih memilih bahasa Arab. Dari situlah keakraban kian menjadi jadi. Kami dianggap sebagai saudara jauh. Memang nenek moyang mereka dari suku Jawa Indonesia. Cengkerama kami sampai menuntaskan waktu pelajaran di sekolah itu dan dia pun pamit pulang namun mempersilahkan aku dan kawan-kawan singgah di griyanya.
Jelang senja, desa Koh Panyee tebarkan sejuta pesonanya. Semburat merah tembaga mengantar mentari ke peraduan. Semua sahabat You tuberku merekam eksotika senja itu. Julangan cadas batu kapur di sana sini seperti menara yang menyembul dari helaian kabut yang merona di atas Laut Andaman. Namun aku mengacuhkannya demi berkunjung ke griya Awang Sari. Benar saja pesona gadis berjilbab itu melebihi eksotika senja, tatapnya teduh, senyumnya ramah, dan wajah imutnya itu loh yang menyandraku. Wak Haji Karim sang ayah yang justru fasih berbahasa Jawa itu, malah menyilahkanku untuk membantu anaknya di sekolah agar mengajar Bahasa Arab di sana. Lalu bagaimana aku harus berkomunikasi dengan murid sana yang bahasanya sudah bahasa Thai yang tulisannya bak remahan krupuk itu. Dengan halus aku menolaknya tapi Awang malah memohon-mohon agar aku mau karena dia siap mengajarkan bahasa Thai padaku. Aku jelaskan bahwa itu bisa menimbulkan fitnah karena aku bukan siapa-siapanya.
" You must Marry me" katanya dengan English demi menyembunyikan maksudnya pada ayahnya Wak Haji Karim, namun justru ayahnya menggunakan bahasa Jawa dengan maksud yang sama, " ngene le nek kui isa tresna karo Sari mbok yao lamaren ngana", pintanya sembari menghisap asap rokoknya dalam dalam. Mendengar permintaan itu, tanpa ba-bi-bu saya mengiyakannya walaupun aku harus berpikir sejuta kali tentang status kewargaan dan tetek-bengek nya di kementrian LN nantinya. But senyum Awang Sari telah menyandraku.
___
Bondowoso, 14 Januari 2023
Keren..banget...
BalasHapusTengkiyu sobat
Hapus