Total Tayangan Halaman

Kamis, 29 September 2022

LOVE MOMENT AT MAJORELLE GARDEN


Gambar milik mas Google

 LOVE MOMENT AT MAJORELLE GARDEN

Pak Tyqnue Azbynt


Subhanallah begitulah mulut ini tak hentinya bertasbih saat Travelling ke negeri mentari tenggelam Maroko. Semula aku menduga yang namanya Afrika adalah tandus dan tak ada kesan yang menarik, tapi demi menjelajah tahu kaum Barber aku terpaksa melakukan rihlah ilmiyah tuk mengentas tugas laporan jurnal Islamic Cultural History. Tugas tuk laporan pra tesis dari kampus ini kuanggap sebagai takdir  saja.

Perjalanan kami yang ikut paket tour diarahkan ke Etbenadu kampung suku Barber dengan pesona banguanan tanah liatnya. Kasbah ( benteng  dan pemukiman ) Etbenadu yang sudah menjadi World Heritage  UNESCO itu benar-benar memanjakan mata kami. Terbayar sudah lelah dan panas yang menyandera kami sepanjang hari. Sore itu lautan pasir Gurun Sahara benar-benar memamerkan keelokannnya, dari putih perak perlahan kuning keemasan, jingga tembaga hingga ungu kekelabuan mempermainkan warna saat mengantarkan si raja siang ke peraduannya. Di Camp besar Suku Barber atau suku Amazik kami dijamu ala hotel dengan sajian makan tradisional.  Cuaca malam yang perlahan mulai ekstrim kami enyahkan dengan bermain api unggun sembari melihat lepas langit Sahara yang bertabur gemintang. Sungguh malam yang indah, hingga terlupakan semua beban hutang, beban tugas yang kian menumpuk, he he. 


Selepas shalat subuh di atas serakan pasir Gurun Sahara aku bersama beberapa wisman bergegas menuju Masjid Hasan II masjid megah dengan menara tertingginya 210 m yamg berlampu laser yang tiap malam menyorotkan cahayanya ke kota Mekkah Al Mukaromah. Subhanallah luar biasa. Berkali ketakjuban itu membuatku menangis atas anugerahNya bisa berkunjung ke masjid yang berbatas dengan laut Altantik itu. Aku benar-benar terpukau oleh semuanya hingga aku tak sadar kehilangan back ranselku. Entah ketinggalan di mana hingga aku bak budak yang di pasung di tengah keramaian. Tak bisa apa-apa karena hilang semua bekal-bekalku. Beruntungnya di negeri itu bebas visa untuk warga Indonesia pasca terselenggaranya KTT Asia Afrika di Bandung, bahkan di situ ada nama Jl. Soekarno sebagaimana di Jakarta ada nama jalan Casablanca. Penghargaan atas jasa presiden kita dan Raja Maroko saat itu yang bisa kita nikmati hingga kini. Akhirnya aku ngasal saja ikuti rombongan ( entah rombongan dari grup mana ) menuju Majorelle Garden. Nervous,  cemas tak bisa aku hindari hingga aku collapse dan tak sadarkan diri. Aku tak ingat apa-apa. Entah hingga berapa lama aku hilang kesadaran, yang aku tahu tetiba saja ada embusan kipas yang menjamah-jamah tubuhku.

 " Are you Indonesian? ", Tanya seorang wanita berwajah oriental.

 " Yap I'm Indonesia ", jawabku dalam ambang kesadaran. 

" Owalah mas... Orang Indonesia toh... kenapa, kecapaian yaah?, kok Sampai collapse ?, " Tanyanya.

Aku sampaikan kejadian yang telah menimpaku saat di Masjid Hasan II sebelumnya. 

" Owh ... jangan-jangan ransel yang ada di bagasi mobil itu? ada tulisan Malang University-kah?".

" Yaah...betul, warna biru?", Tanyaku. 

Di Taman Majorelle itu aku kembali menemukan asa menemukan jalan pulang. Ternyata wanita itu bernama Dewy Rose dan teman-temannya sedang melakukan ' Travel Writing' sembari merayakan ulang tahunnya di 28 September 2022 ini, bersama komunitas penulis Nusantara. Moment itu takkan pernah kulupakan karena dari situlah justru merajutkan temali cinta kami. Indahnya taman dengan aneka kaktus dan beraneka tanaman eksotik lainnya menjadi saksi pertautan kasih kami di negeri mentari tenggelam itu, negerinya sang penjelajah Ibnu Batutah yang namanya menjadi noktah History di sejarah Islam di Indonesia. Semua rekaman dan catatan perjalanan kami akan menjadi sumber laporan jurnal untuk melengkapi tugas ilmiyahku. Yang tak pernah hilang di benakku, Etbenadu camp, suku Barber, rumah tanah liat Kasbah Etbenadu, Marrakech, Hassan Mosquera, Majorelle Garden, Sahara, and....Dewy Rose love. I always remember her love. I can't stop loving her.

___

Marakech, September 28 2022

Minggu, 25 September 2022

CAYA HILALI

 


CAYA HILALI 

Pak Tyqnue Azbynt

          Sebuah pesan permintaan dari seorang tentara yang dulu pernah sekampung denganku telah menyalakan nyaliku yang terlalu lama redup. Bang Tarmizi begitu aku memanggilnya, seorang tentara AD asal Nagroe Aceh Darussalam yang bertugas di kesatuan RAIDER 514 Bondowoso. Lama aku tak mendengar beritanya tahu-tahu mengirimkan pesan via WhatsApp agar aku datang ke sebuah tempat yang bernama Puring Kencana Kapuas Hulu daerah yang mendekati perbataan distrik Sri Aman Kuching Malaysia.  Negara membutuhkanmu kawan, kami butuh relawan pendidikan yang punya kecakapan khusus terutama pembuatan media pembelajaran..., jangan cemas urusan gaji, separuh gajiku aku berikan padamu sebelum negara ini merespon usaha kita, katanya. Aku meng-iyakan saja tapi niat membelotku ada, aku hendak kerja di Malaysia dengan cara illegal.            

          Bersama beberapa tentara yang baru ditugaskan di kecamatan dengan luas 440 km2 itu menjadi tantangan yang di luar dugaanku. Jarak ratusan km harus kami tempuh dari kabupaten Putusibau Kapuas Hulu melalui jalanan darat yang sama sekali tak bersahabat dengan kami. Beruntung kami dibersamai bapak tentara dan dengan mobil 4x4 mereka bisa melibas trek yang menyiutkan nyali saja. Beruntunglah kami bisa tiba dengan selamat walaupun badan serasa remuk gegara guncangan di perjalan sepanjang 250 km itu. 

          Satu bulan pertamaku hanya dihabiskan di barak militer bersama para penjaga negeri di titik terluar itu. Aku memilih adaptasi terlabih dahulu sesuai anjuran bapak-bapak tentara yang berusaha meyakinkanku. Pasca gajian bang Tarmizi mengajakku ikut menjelajah ke area tempat anak-anak belajar tepatnya di SDN 01 Sungai Antu. Naluri mendidikku masih ada rupaya saat melihat generasi bangsa berlarian di halaman sekolah mereka. Ingin rasanya aku mengajak mereka bernyanyi, melukis, atau mendongeng yang sudah menjadi passionku. Saat kami memasuki gerbang sekolah itu, Pak Alexander mempersilahkan kami melihat-lihat kelas dan lingkungan sekolahnya. Dari situlah aku mengetahui bahwa mereka butuh guru yang kreatif untuk membuat berbagai peraga sekolah hand made. Sebagai matan guru yang seorang perupa macam aku hal itu bukanlah hal yang menyulitkan.

          Gagal menjadi guru PNS di sekolahku dulu telah menjadikan semacam fobia untuk menjadi pendidik,tapi demi tendensi tujuan lain aku menyanggupi permintaan pak kepala sekolah agar aku menjadi bagian dari pendidik di sana. Alasan lainlah yang menjadikanku menyanggupinya. Suatu saat aku akan keluar negeri secara ilegal, begitu batinku. Menjadi guru SD Negeri yang PNS, P3K atau sejenisnya sepertinya takkan bisa aku gapai, karena basic-ku guru PAI tak punya peluang di tempat itu yang sudah ada guru agamanya. Kali itu aku menyanggupinya tanpa pikir jadi ASN, alasanku satu yaitu batu loncatan tuk ke Malaysia secara ilegal.

          Di HUT RI yang ke 77, di  distrik itu seperti tempat lain yang mengadakan lomba Agustusan yang digagas oleh bapak-bapak tentara dan pemerintah kecamatan, menjadi moment khusus bagiku karena bisa lebih kenal dengan masyarakat lebih dekat. Niat untuk mencari petunjuk ke Malaysia melaui info masyarakatlah yang kucari. Pendekatan awal melalui kepala desa. Tanya ini itu dan sebagainya sebagai pemula pembuka akses informasi. 

           Pak guru..., dulu di desa ini ada seorang guru perempuan yang punya dedikasi yang cukup tinggi, dengan gaji sekedarnya tetap saja semangat, tapi karena ada keluarganya yang meninggal dia pulang ke Sukabumi Jawa Barat sana. Janjinya sih hanya sebentar tapi sudah hampir 7 bulanan belum juga kembali ke sini. Dia malah sering ikut warga berjualan di Pasar Sri Aman Malaysia , paparnya.

            Owh benarkah?, memangnya jualan apa kok sampai ke Malaysia?, Tanyaku.

            Hasil bumi pak, tapi berangkatnya pukul 12 malam melalui jalan tak resmi yang lebih dekat dan tak perlu pasport, Katanya.

         Sejak mendapat info dari Pak Kades aku mencari-cari cara agar bisa ikutan warga tuk membantu berjualan di negeri sebelah. Aku pun sudah dapat peluang dari tetangga Pak Kades untuk ke Malaysia, tapi harus membantu memanen hasil bumi dulu. Tak seperti biasanya di desa itu pemanenan dilakukan sore menjelang petang, demi mempertahankan kesegaran sayur atau palawija yang hendak mereka jual. Konon di Pasar distrik Sri Aman sayur dan buah dari Indonesia sangat diminati warga saja karena kualitasnya cukup bagus. 

          Pukul 12 malam kami berangkat melewati jalan setapak dengan jarak 11 Km yang hanya bermodalkan senter kecil plus jalan kaki pula. Pukul 3 kami telah tiba, di pasar itu yang punya selisih 1 jam lebih awal di negeri tetangga itu. Selepas menggelar lapak, kami pun dikerumuni para pembeli. Alhamdulillah kami bisa pulang pagi ke Indonesia dengan membawa 200 Ringgit Malaysia. Terbayar sudah lelah kami yang menembus pekat malam dengan kelelahan yang menjalar di tubuhku yang tak terbiasa jalan di tengah malam  sejauh itu. 

          Jalan untuk keluar negeri sudah tergambar jelas, tekatku makin kuat pula. Sekali lagi naluri mengajarku masih ada kala membersamai anak-anakku yang sudah begitu dekat denganku. Hal itulah yang membuatku tak pernah jadi untuk kabur ke kota Kuching Malaysia yang bersebelahan dengan tempatku berada. Tak tega rasanya meninggalkan generasi bangsa yang berada di titik terluar negaraku. Masa sih harus aku tinggalkan mereka setelah kepergian bu guru idola mereka?.

          Selama sepekan terakhir aku hanya bisa mengisi pelajaran jam-jam terakhir karena kecapaian tiap hari pergi ke pasar, apalagi di sekolah dilatih upacara oleh bapak-bapak tentara. Pikiranku telah teracuni halusinasi untuk kabur dan kerja di Malaysia. Perbedaan sekolah di Malaysia dengan di Indonesia cukup mencolok. Di Indonesia kekurangan biaya sementara di dekat perbatasan seperti di sekolah Simanggang Sri Aman yang menyediakan asrama dan fasilitas lengkap untuk siswa siswanya yang ternyata ada warga kita yang bersekolah di sana dengan modal punya Id card penduduk Malaysia. Gaji guru yang besar, walau pun pendatang juga boleh asal punya komitment yang kuat. Alasan itu semakin menggodaku.

           Hari itu Rabu 17 Agustus 2022 bertempat di lapangan kecamatan, kami bersama warga sekolah membaur dengan semua pegawai kecamatan, tentara serta aparatur yang lain tuk mengikuti upacara bendera HUT RI ke 77. Penyampain pidato Pak Camat menegaskan agar kami cinta NKRI ini dengan sepenuh hati, aku acuhkan dalam hatiku. Tapi kala menyanyikan lagu-lagu Nasional hatiku bergetar saat menghayati lirik lagu-lagu itu, apalagi penyanyinya cukup bagus membawakannya and plus cantik pula. Barulah aku tahu dialah yang diidolakan murid-murid kami yang ternyata sudah datang kembali dari Jawa. 

          Yaaap itulah beberapa lagu yang dibawakan oleh Bu Guru cantik Nur Hilaliyah,. Sila dilanjut bu guru...., kata protokol.

          Baik hadirin yang berbahagia, untuk lagu berikut saya akan bawakan sebuah judul  Berkibalah Benderaku karya almarhum Gombloh. Saya tantang untuk hadirin jika ada yang bisa dan suaranya 11-12 dengan saya jika cewek saya berikan gaji saya selama sebulan, tapi jika cowok akan saya jadikan pacar saya, kata si bu guru cantik itu. Tapi anehnya tak ada satu pun yang meng-iya-kannya. Kalua aku memang tak berkata apa-apa dengan harapan saya mau mendekati langsung sebagai kejutan saat lagu dimulai. Baru tut organ dibunyikan, aku langsung berlari ke panggung dengan tepukan riuh hadirin. Sebagai budak seni yang pernah menjadi manager Viper Band di kotaku, soal nyanyi-nyanyi bukan hal yang merepotkan bagiku.

          hadirin sekalian saya bertanya..., apakah saya bisa 11-12 dengan suara bu guru ini?, timpalku selepas menuntaskan lagu. Dan ternyata mereka menyatakan 12-12.

          Naaaah kalau begitu mohon disaksikan pula, sesuai dengan janji Bu Guru tadi, jika cowok jadi pacarnya kan.?.  tanpa kuminta sang bu Guru itu langsung menggamit tanganku dan di kecupnya di hadapan para pejabat dan peserta upacara. Untungnya aku bisa kendalikan diri di event itu, penginnya sih aku peluk erat dan kukecup keningnya sebagaimana kebiasaan nakalku, he he.

_________ 

Bondowoso, 25 September 2022


Kamis, 22 September 2022

MENGASINGKANKU

 

 photo by Google

MENGASINGKANKU

Pak Tyqnue Azbynt


Di bulan kelahirannya kucoba menelisik jauh tentang kabarnya. Adakah langit di atas rumahnya masih mendung bagai dulu?, atau bahkan terik kian menyiksa raganya. Kuberharap angin yang membawaku adalah penyejuk raga penyegar suasana, namun semua pintu telah ditutupnya rapat-rapat tak ada sedikit pun celah untukku.


Kuteringat saat-saat dia begitu pasrah, tumpahkan semua gundah, semua canda tanpa sekat tanpa jeda. Tak ada tabir yang menyekatnya karenanya dari desir napas hingga keluh kesahnya tumpah semua ke dadaku. Entah kaukus apa yang telah mengenyahkanku dari benaknya. Aku hanya bertanya pada alam mengapa semuanya begitu beda.


Semua memori tentangnya kutulis di blogku agar tiap rasa terjejak di tumpukan diksi-diksiku. Karena semua tulisan kubuat dengan sepenuh hati segenap rasa. Banyak viewer dan  apresiator dari para budak  literasi telah menakdirkan aku menjadi salah satu nominee penulis terbaik. Kuharap dia tahu tentang semua kisah ini, namun sayang berjuta sayang dia telah mengasingkanku. " Selamat yaa atas keberhasilan anda...", cuitnya. Ya terima kasih masih bisa berujar ' selamat' , tapi kekata "anda", berarti dia telah mengasingkanku ke antah berantah yang tak tahu bagaimana menemukan jalan pulang.

___

Bondowoso, 22 9 22

Sabtu, 17 September 2022

September Biru

 


SEPTEMBER BIRU

Pak Tyqnue Azbynt


Jika ada kado indah boleh kusematkan di jari manisnya, sebentuk cincin bertuliskan 'September 18th' 2022, lalu kulum senyum membuncah di bibir manis itu  Saat kugamit jemarinya darah mengalir di seluruh nadiku, kutersenyum, dan dia pasrah rebah di bahuku.


Hari itu Ahad selepas ashar di sebuah rumah makan etnik bertajuk Waroeng Joglo kulihat dia sedang dibersamai geng sekolah tempatnya mengajar sedang menyelenggarakan pesta kecil ulang tahunnya. Dari bocoran salah satu temannya aku pun pergi ke warung yang ada di kaki Argopuro itu. Walau aku tak diundang dan memaksakan diri tuk menyelinap di acaranya. Karena pemilik warung itu masih ada hubungan keluarga denganku, dan juga hubungan sesama pengabdi seni, segala sesuatunya bisa aku setting agar bisa menciptakan moment yang dramatis. 


Dari bilik tengah akulah yang membawakan tumpeng dengan sajian bebek ungkep plus lalapan kesukaannya kuantar di meja yang sudah di booking oleh gengnya. Dengan masker di mulutku yaa lumayan bisa tersamarkan. Mereka sudah nyanyi-nyanyi dan ber happy-happy. Salah seorang temannya menyanderaku agar aku menyanyikan lagu untuknya. " Boulevard " kulantunkan tuk memagnetkan perhatian padaku. Sembari bersimpuh kaki sebelah kupegang tangannya, dia tetap saja tak sadar siapa sebenarnya jati diriku. Lagu pun usai. Sesaat kemudian kukeluarkan sebentuk cincin platinum bertuliskan September 18th, yaa hanya itu, karena aku bukan sesiapanya. Tapi kulum senyumnya bisa kusimpan baik baik di bilik hatiku.

____

Kaki Argopuro, 17 9 22

Gasoline

 


GASOLINE

Pak Tyqnue Azbynt


Di sebuah mini POM dengan tulisan Indomobil  kudekatkan motorku yang sudah mulai ada tanda-tanda akan haus. Dengan sapa sopan sang  operator menanyakan hendak beli berapa?, Kujawab 20.000, saja karena untuk matic dengan kubikasi kecil tak butuh banyak BBM. But...wait, tapi kok malah hanya seiprit. What?. 

Sebagai seorang ASN aku sembunyikan saja kekesalanku di area publik. Tapi diam-diam aku Googling perihal harga dan kualitas Gasoline itu. Dan benar saja harga dan kualitasnya setara Pertamax. Yaa lumayan dongkol di hati, sembari menyodorkan selembar uang 20 ribuan itu. 

" Owh ini bapak yang sering posting karya tulisan nya di medsos ya?", tanyanya. 

" Yap benar”.

" Owh boleh saya beli beberapa karya bapak tapi saya minta ditandatangani langsung", pintanya. Segera saja aku berikan 4 buku dari dalam jog motorku dengan judul yang berbeda. Alhamdulillah keluar 20 ribu masuk 200 ribu di gerai Gasoline Indomobil.

___

 Bondowoso, 17 9 22

D I n g i n

 


DINGIN

Pak Tyqnue Azbynt


Malamku adalah jelajah ke dinding-dinding rumahnya. Walau hanya dalam angan kuingin menyelusup ke dalam kamarnya, lalu kudekap erat-erat sembari berucap," Aku cinta padamu", dan dia luluh dalam kepasrahan. Aah ini hanya tumpukan angan yang menjadi jadi saja. 

Belum sempat tertuntaskan membuat tulisan tetiba saja pesan WhatsApp menjelajah HP-ku. Belum sempat kubaca tapi dia menghapusnya. Malamku hanya berselimutkan angan karena dia yang lagi online, saat kukirim pesan tapi tak ada satu titik pun yang dia kirimkan. Hingga azan subuh tiba tetap tak beranjak menuliskan pesan, dan kuanggap aku  saja yang ' halu '. 

Ahad pagi kusempatkan ke alun-alun di gelaran car free day. Demi mengusir kejenuhan saja aku melangkah ke sana, tak ada kegiatan yang jelas dan terprogram. Saat kududuk berjongkok melihat deretan bunga anggrek tetiba aku tertubruk seorang wanita dengan anak kecil yang terpeleset bungkus makanan. Dilalah malah dia yang beberapa malam yang lalu kutunggu kabarnya. Ah saat tubuh lembutnya bertumpu ke punggungku, kurasakan ada kecemasan dan keraguan saat memohon maaf padaku. Dan aku pun hanya berkata, " yaa maafkan aku juga karena  aku sering menghayal tentang dirimu". Dan kulihat matanya nanar sementara bibirnya hanya bergetar tak mampu mengucapkan sesuatu pun.

__

Kaki Argopuro, 17 9 22

Jumat, 16 September 2022

MENUMPUK DI SATU TUMPUAN

 




MENUMPUK DI SATU TUMPUAN

Pak Tyqnue Azbynt


"Aku gagal menjadi seorang ibuyang baik karena harus berperan sebaai seorang ayah. 

Aku gagal menjadi seorang istri karena harus berperan sebagai seorang suami. 

Aku gagal menjadi menjadi tulang rusuk karena harus menjadi tulang punggung",  kekata itu kau semat pada goresan-goresan lepas di buku memorinya. Sejatinya itu benar adanya tapi perannya sebagai ibu takkan pernah tergantikan, tercipta sebagai tulang rusuk takkan dinihilkan. Di balik  kecadasan dan kegetiran perjuangan senyum seorang wanita tetap indah jua.


Di sebuah mini market kutampak dia sedang menggamit tangan mungil bocah perempuan yang imut. Bocah yang merengek minta dibelikan es krim itu tak direstuinya, semula kukira dia pelit atau memang tak ada uang. Ternyata dari bimbingnya pada bidadari kecil anaknya itu baru aku tahu betapa bijaksananya dia. 

" Nak...bukan mama tak mau membelikan kamu es krim, tapi aku khawatir batuk pilekmu kambuh lagi. Masa sih mama harus semalam suntuk begadang nemeni kamu sakit..., hayo beli yang lain selain es krim", begitu bimbingnya dengan lembut. 

Dari deretan kursi kafe di depan mini market itu kuperhatikan dia dengan seksama. Tak ada yang aneh padanya, bahkan kekatannya begitu lembut membimbing, santun. Tapi kenapa dia harus menjadi single parent?. Ah tak tahulah.


Suatu saat aku sedang menjadi juri sebuah event lomba lukis tingkat SD- MI di desa dekat kampungnya. Kembali aku melihatnya, tapi kali dia sedang membersamai murid-muridnya. Sebagai juri aku sengaja menjauh dan tak memberikan perhatian lebih. Di saat panitia sedang melakukan pengawasan lomba, aku mengadakan ramah tamah dengan para kepala sekolah. Dilalah kepala sekolahnya menuturkan bahwa Bu guru cantik itu menjanda gegara mempertahankan kesantunannya dalam beragama, mempertahankan aqidahnya, apalagi lelaki pilihan orang tuanya itu selingkuh dengan tetangga satu desanya. Karenanyalah dia memilih menjanda dengan seorang anak yang membersamainya. Owh kirain dianya yang manja, begitulah pikirku.

" Maaf pak lombanya udah kelar, pak kepala ditunggu guru-guru ", katanya saat dia menghadap kepala sekolahnya. 

" Yeee pak juri ini pak yang sering menelisik pandang padaku kalau aku sedang belanja. Ternyata bapaknya juri, awas ya kalau muridku gak ada yang menang!, akan tahu rasa kalau disenyumin janda imut, pasti migrain atau vertigo",  pungkasnya sembari senyum yang menyandra seluruh sukmaku.

____

Bondowoso, 16922

Kamis, 15 September 2022

Tanaman Mati

 


TANAMAN MATI

Pak Tyqnue Azbynt


Kami pernah melangkah bersama melewati jalan yang tanpa arah. Tak hanya dedebu yang mengotori langkah kami bahkan duri-duri banyak yang melukai langkahku dan langkahnya. Di sebuah persimpangan kami harus berpisah karena jalan yang beda arah. Dia memilih jalan yang menanjak sedang aku hanya di jalan lempang dibawa angin Savana. 


Eff begitu kusebut namanya saat kami sering bersama, bercerita tentang deburan ombak yang menerjang dan menghempas-hempas karang, yang mempermainkan pasir dan semua permainannya. Ketidak pekaanku telah menjauhkanku dari gamitan tanganku. Tak bisa kulihat lagi senyum lepasnya yang teramat manis, candanya yang ceplas-ceplos atau rengekan manjanya yang meluluhkan hati. Malam-malamku hanya disiksa lamunan sukma yang melayang di langit-langit kamarnya. Ah aku tersandera oleh jerat asmaranya.


Beberapa hari yang lalu kembali kesapa dalam keterpaksaan, agar kulum senyum kembali rekah di bibir manisnya, atau marah manja yang mendebarkan dada. Tapi apa yang hendak dikata dia telah mematikan bunga yang tak henti aku sirami. Dari mulut manisnya hanya berkata, " percuma kau menyirami bungaku yang telah mati ". 

Jika memang telah mati biarlah pohonnya kusimpan di hati agar aku tahu bahwa dulu bunga itu pernah mekar walau sesaat jua.

___

Bondowoso, 15 9 22

Senin, 12 September 2022

T I A R A

 



T I A R A

Pak Tyqnue Azbynt

          Bermula dari seringnya bertemu di gerbang sekolah yang disambut patung Betarakala itu Arman dan Tiara menjadi takdir pertautan cinta antara keduanya.  cowok pemain voli itu memang cukup tampan walaupun kulitnya agak gelap, begitupun cewek mayoret marching band sekolah itu wajahnya yang bening dan tubuhnya yang aduhai menjadi idaman banyak cowok di sekolahnya. Beda kelas beda jurusan dengan kesibukan ekskul masing-masing naris percintaan mereka hanya melalui media sosial belaka.

         SMA Negeri 02 Bondowoso merupakan salah satu sekolah favorit di kota kecil itu, banyak prestasi siswanya yang menjadi kebanggan masyarakat Bondowoso yang berjuluk Republik kopi. Tidaklah heran jika siswa siswinya begitu sibuk dengan kegiatan kurikuler, kokurikuler maupun ekstra kurikuler. Hanya mereka yang berduit  bisa masuk di sekolah itu atau kalaupun tak berduit asalkan anaknya berprestasi. 

         Tiara primadona sekolah itu di samping giat di ekskul marching band dia juga aktif di kegitan modeling. Faktor tampilan yang elok yang dibarengi dengan kekayaan orang tuanya yang memiliki beberapa Cofee Shop dan cafee membuatnya nyaris tak punya kesulitan apa pun tuk melakoni hobinya. Kariernya begitu cepat melejit, tampil di berbagai catwalk di berbagai event telah membuatnya kian tersohor. Wajahnya banyak menjadi cover majalah dan ramai endorse di akun-akun media sosialnya. 

          Kesibukannyalah yang menjadikan cinta kedua anak manusia itu hanya terjalin dalam dunia maya, tapi jalinannya begitu kuat. Jika sehari saja Arman tak menyapa via gawainya kontan saja Tiara muring-muring pada cowok atletis itu. Bukan tak ada waktu bagi Aman tuk menemuinya namun Aman merasa minder bila harus ke rumahnya yang bagai itana itu. Yaa alasan sibuk latihan voli dan sengaja dibenturkan dengan waktu senggang Tiara telah menjadi cinta mereka hanya dalam sintasan maya belaka.

          Di malam inagurasi perpisahan sekolah merupakan hal yang tak bisa terlupakan bagi kedua insan itu. Para siswa-siswi penyandang predikat terbaik dan para penyandang prestasi dipanggil ke atas panggung megah sekolah favorit itu. Si cantik Tiara benar-benar menjadi sorotan publik, bukan karena cantiknya saja tapi banyak pretasi yang diraihnya. Arman hanya sebagai top scor player of the match saja. Tapi di atas panggung itulah Tiara sempat membisikkan kata,  aku akan ke Jogja studi di sana,  temui aku bagaimana pun caranya .  Pesan itu telah membuat Arman tak menemukan jalan lapang, tampaklah deduri di angannya. 

                                      **************************

          Sudah hampir setahun Tiara dan Arman mulai renggang dalam sua maya. Tiara sibuk dengan kuliyah dan kariernya. Dunia kampus memberikan nuansa baru, dunia baru lebih-lebih di kota pendidikan dan kota wisata itu telah menjadi passion yang mengindahkan bagi Tiara. Zona nyaman itu perlahan menyingkirkan tautan cinta saat di SMA dulu. 

          Di belahan lain si Arman masih beusaha mengumpulkan receh dari kontrak main di klub volli lain. Di kota kecil itu dia memang sudah terbiasa dipanggil tuk menjadi pemain undangan, dan dari event itulah dia memundikan receh-recehnya, namun belumlah cukup tuk mengejar langkah si Tiara yang hidupnya sudah bagai Sultanah saja. Sebuah janji belum tertunaikan, tautan cinta yang terlalu mendalam itu benar-benar telak merasuk terlalu mendalam di hatinya.  Tekatnya masih menyala saja, baginya lelaki pantang mundur sebelum akad dengan siapapun diucapkan. 

          Pergi ke kota Gudeg dengan para pekerja bangunan adalah bukti perjuangannya. Sebagi pemain voli dia tinggalkan, menjadi kuli banguan di sebuah pembangunan rumah sakit. Terik tidaklah menyiksa baginya tapi tenaga yang dia keluarkan namun  ternyata raganya terasa lebih berat tinimbang hanya menyambar bola melayang di atas bibir net.  Niat tuk bertemu gadisnya mulai kian berat saja, karena bekerja sebagi kuli bangunan telah memporak-porandakan tekatnya. Dia malah semakin malu jika nantinya bertemu Tiara.

          Bila layar sudah berkembang, pantanglah surut dari pelayaran begitulah yang tergambar di dadanya. Nyali masih saja menyala walau geram angin menghantamnya. Bekerja berat dilakoni juga walau gaji tak sesuai dengan harapan semula. Kerja yang berat taklah bisa dia nyambi sebagai pemain voli panggilan, apalagi dia tak dikenal siapa-siapa. 

          Saat Agustus tiba, pertandingan antar kampung marak juga di tempatnya kerja. Saat itu tak di sia-siakan olehnya, diupayakannya agar dia bisa bermain mewakili kampung tempat dia kost kerja itu. And finally dia menjadi menjadi sorotan orang-orang kampung. Bahkan postingan oleh penonton di media sosial telah menjadikannya kembali menemukan asa. 

          Beberapa event telah dia ikuti, dan lumayan buat tambahan pundi-pundinya. Twitan dari si cantik pasca postingan warga itu seperti mengalirkan energi baru baginya. Namun untuk bertemu dengannya terlalu sulit karena Tiata kegiatannya telah diatur oleh managernya.

          Bulan Oktober ada event tanding antar kampus se Indonesia, dilalahnya Arman menjadi salah satu yang diundang kampus Tiara karena di evet itu diperkenankan ada 3 pemain non mahasiswa tetapi yang boleh turun ke lapangan hanya satu orang saja. Arman kembali menjadi sorotan publik dan sesekali dia bisa meghubungi Tiara via gaway karena dia sudah mulai kembali respect. 

         Jalan sudah mulai lapang namun sang manager itu sepertinya membatasi temu Arman dan Tiara. Sepertinya terlalu dibuat-buat deh oleh sang manager. Di hatinya hanya berkata  beda level memang tak akan bisa bersanding di pelaminan, dan aku harus tahu diri .  Pada Tuhan hanyalah satu-satunya tempat berharap atas segalanya, batinnya. 

         Pagi itu Arman disomasi oleh pemborongnya bahwa dia telah menjual barang materialan di tempat kerjanya. Karena uang yang dia punya melebihi dari kalkulasi kerjanya. Entah harus berkata apa dan semuanya berakhir di bui. Tak ada keluarga yang tahu dan memang disembunyikan. Arman tak bisa menunjukkan bukti atas uang-uang yang dia punya. Uang yang didapatkan dari undangan even ternyata telah berakhir mengenaskan bigini.

          Dari bilik penjara terdengar kabar akan pertunangan Tiara dengan Anton sang manager yang ternyata  anak pemborong tempatnya kerja. Hatinya kian tersiksa, tak bisa berbuat apa-apa. Hanya ada bebrapa temannya yang sesekali membezuknya di bui. Pada akhirnya dia harus mengalah dan pasrah sambil menangisi nasibnya. 

          Keberadaan Arman di bui rupanya terdengar di telinga Pak R.M. Singodimejo sang kepala sekolahnya dulu yang kini sudah purna tugas dan kembali ke kampung halamannya Jogjakarta. Saat beliau membezuk salah satu murid kesayangannya itu, ditanyakanlah kronologis ceritanya hingga dia ke Jogja dan berakhir di bui.

          Berkat jasa Pak R.M. Singodimejolah nasib Arman bisa didampingi pengacara untuk menghadapi masalahnya. Akhir cerita dia berhasil lolos dari jeratan hukum, walau pun sudah bisa dikata terlambat.  Kekasih yang dikejarnya harus rebah dipangkuan orang lain orang yang lebih segalanya.

          Pas tanggal 28 Oktober Arman diundang ke Wisma mantan kepala sekolahnya itu. Karena dia diperkenankan untuk membawa teman-temanya, maka berangkatkan bersama geng kuli bangunannya yang sudah pindah kerja ke tempat lain. Tiara yang juga diundang tanpa sepengetahuan Arman, sejatinya akan menjadi kejutan baginya. namun kehadiran Tiara yang dibersamai oleh Tunangannya yang membawa Ferrari itu telah semakin menyungkurkan Arman. Dan mantan kepala sekolah itu sepertinya kaget dengan kenyataan itu. 

 anak-anakku... bapak mengundang kalian untuk mempertemukannya di sini, untuk menjalinkan kekuatan cinta kalian yang tak bisa tertuntaskan masa sekolah dulu. Ternyata takdir cinta itu begini akhirnya...Dan untukmu Arman  hempaskanlah rintanganmu sebagaimana kamu menyambar tiap bola yang datang di bibir netmu, untukmu Tiara bapak berharap kau jalani jalanmu berhati-hatilah di menara gadingmu anakku....

__________ 

Bondowoso, 12 September 2022


Asmaraloka Tape 31

 


ASMARALOKA TAPE 31

Pak Tyqnue Azbynt

          Selepas gerimis pagi kumasih melajukan motorku ke bilangan Pecinan kota kecil Bondowoso yang bertajuk Kota Tape itu.  Hilir mudik para pemotor tak banyak seperti biasanya, ya bisa dihitung dengan jari-lah. Walaupun di cakrawala timur matahari telah mencoba mngintip lewat celah tumpukan awan bulan September itu, dinginnya kota yang berada di 78-2.300 MDPL itu dinginnya masih juga terasa. 

          Saat kutepikan motorku ke sisi kiri arah jalananku tampaklah kedai kecil bertuliskan  Toko Tape Manis 31 .  Toko jajanan khas kota kecil yang terkenal sejak jaman kompeni dulu sampai kini pun masih dipertahankan oleh masyarakatnya walaupun julukan Republik Kopi juga disematkan pada kota kecil ini.  Di toko itu kusorotkan pandangku pada gadis etnis Tionghoa anak sang pemilik toko. Mata sipit bibir tipis, hidung mangir adalah tampilan lebihnya di mataku, apalagi kerudung hitam yang dia kenakan itu menjadikan tambahan kemolekannya. 

          Hampir tiap hari aku membeli tape dalam kemasan besek ( kotak anyaman yang terbuat dari bambu ), bukanlah hanya karena rasanya yang kesat dan manis tapi senyum Meilani si cantik itu lebih terasa manisnya hingga ke seluruh sukmaku. Dalam hati kukatakan biarlah aku cukup mencumbunya dalam kekuatan anganku dan bila saatnya sempat akan kucoretkan pada kanvasku. Tak berani aku mengambil gambar wajahnya via cameraphone karena aku menjaga agar tak rusak permainan sukmaku hanya gegara kecerobohan yang aku buat.

“ Masnya jangan beranjak dulu di luar masih ada rinai gerimis toh sekarang kan hari Minggu. Oh ya... kayaknya mas anak Fisika di Universitas Negeri Malang kan? , tanyanya.

 Loh kok tahu?, timpaku.

 Owh itu lho di banner Bimbel Primagama terpancang foto masnya dan kawan-kawan yang lolos ke bebrapa perguruan tinggi favorit, imbuhnya. 

Dalam hati kurasakan ada garis-garis yang membiaskan tautan unuk saling kenal lebih jauh. Kali itu aku banyak menerka-nerka jalan mana yang bisa aku jelajahi agar kubisa masuk ke kaukus kehidupannya. Tapi sekali lagi aku benar-benar menjaga agar semuanya tak rusak dan menjadi sia-sia belaka.

          Entah kareana apa kali itu aku benci pada mentari yang memaksa mendung enyah dan hujan usailah sudah. Itu artinya aku harus segera pamit pada si manis. Aku pun segera mohon diri demi tak ada kecurigaan darinya. Aku takut cumbuan di anganku rusak gegara ke tak sudiannya berteman lebih dariku. Sesampai di studio lukisku, kupandangi semua lukisan cewek cantik menjadi hambar belaka, padahal semua lukisanku berupa lukisan naturalis dengan objek wanita-wanita cantik. Wajah Meilani telah melamurkan semua wajah di kanvas-kanvasku. 

            Gairahku tuk kembali mencumbui kanvas dan bermain warna kini hidup kembali. Dan aku harus mendapatkan wajahnya dari berbagai angle, kalau bisa lebih dari 10 gaya.  Yang tergambar di otakku adalah aku harus pameran lukisan tunggal di bulan Oktober pas hari Sumpah Pemuda nantinya. Sudah lama aku tak mengadakan pameran lukisan gegara ada pandemi.  

            Minggu sore kembali ke tokonya namun tapenya baru bisa matang keesokan harinya, karena yang masak hari itu telah dikirim ke Surabaya selepas lohor yang lalu. Si Meilani malah merasa kasihan padaku, karenanya dia malah menyuguhi teh hijau yang hangat tuk teman jagongan di sore itu. Ya Allah mimpi apakah aku kenapa hari itu situasinya seperti dibetul-betulkan saja. Dan karena sudah tak lagi canggung, mulailah aku mencari-cari kesempatan tuk mengambil wajahnya. Dilalah aku jadi berani meminta dia untuk berpose seenak seleranya. Walhasil gaya manja, gaya sedih, sampai gaya monyongnya yang justru malah tambah gemoy. Alasan hanya sebagai koleksi di HP-ku, anehnya dia manut saja.  

                                           *******************

          Ada 34 lukisan dengan berbagai ukuran kanvas yang aku tata di galeri yang sudah dipersiapkan timku di pelataran Museum Kereta Api Bondowoso, dalam pameran tunggalku saat memeriahkan bulan bahasa dan hari Sumpah Pemuda. Walaupun hanya 2 pekan bagi kami ini cukuplah, setidaknya kami sudah bisa memberikan sentuhan estetika pada masyarakat, plus kesadaran akan kebahasaan kita.

           Sudah hari ke-11 kulihat di buku tamu yang mengomentari lukisan sesuai nomer katalok rupa-rupanya hanya beberapa saja yang komentar kritis, tak banyak dari pihak sekolah yang menyarankan siswanya tuk bekunjung padahal publikasi telah gencar.  300-an pengunjung bagiku sudah lumayan, tapi ketidak-hadiran Meilani menjadikan pameranku kurang sarat makna. Tendensius? Memang, karena ada 10 lukisan dari potretnya yang kujadikan sebagai objek.

          Akhirnya ajang pameranku lebih berorientasi komersial beberapa lukisan terjual sudah. Namun agar galeriku tak tambah sedikit pajangannya, tim kami memilih untuk mengantarkan lukisan tersbut ke rumah para pembeli pasca pameran usai. Menuntaskan sisa hari-hari pameran aku hanya banyak menulis di blog-ku, karena kegairahan itu hambar belaka tanpa kemunculan si manis.

          Sebagaimana biasa pagiku pergi ke kedai Tape-nya si cantik demi menikmati wajahnya, senyumnya,dan tutur bahasanya yang renyah itu. Sama sekali aku tak mengabari Meilani tentang pameran tunggalku karena sejatinya aku akan melakukan kejutan jika dia hadir di galeriku, bahkan andaikata 10 kanvas itu ia pinta pasti kurelakan jua. 

          Hanya 40 juta yang kami dapat dari 12 lukisan yang terjual, yah lumayan untuk upah tim, dan pengganti biaya lukisanku. Beruntunglah hari ke 13, banyak orang dari Dinas Pariwisata sedang berkunjung yaa menjadikan apresiator yang bisa menghibur ke-bad mood-anku. Sekitar pukul 15 kami sudah mulai mempersiapkan bahan untuk packeging esok siang, karena pukul 13 besok harus sudah closing. 

           Cerah pagi menjelang penutupan menjadi anugerah tersendiri, karena bagi timku telah memberikan energi pagi tuk mengevaluasi kegitan itu di galeri yang aku sewa pada museum. Dari tanggapan timku malah pameran ini dianggap sukses, tapi kenapa aku menganggap tidak ya?, namun aku harus lebih logis menerima pendapat mereka. 

           Hari terakhir aku memilih tak membeli tape di kedainya karena aku harus bersiap untuk acara penutupan, apalagi ternyata hari terakhir itu justru pengunjung terutama murid-murid dari berbagai sekolah selepas mengikuti upacara hari Sumpah Pemuda. 

             Dari gerbang barat kulihat si Meilani tersenyum manis dengan membawa 3 besek tape manis yang sudah berhiaskan golden ribbon dan seikat mawar merah dengan kartu ucapan  Happy bitrhday may Allah bless you 4ever “. Aku kaget setelah dibuka ternyata di dalam satu besek justru tak berisi tape. Di dalamnya berisikan foto-fotonya yang tampil dengan berbagai gaya. 

 Mas aku sengaja datang di hari terakhir, bukan tak tahu ada event ini karena banyak temanku yang telah mengirimkan postingan wajah-wajahku di kanvas lukisanmu ini, yang perlu mas tahu, sudah beberapa bulan aku memerhatikan gelagatmu yang menjadi pelanggan harian kedaiku. Aku yakin masnya tertarik padaku....eit, jangan komen dulu!, jika mas memang tertarik padaku, di hari ulang tahunmu ini maukah kau berterus terang bahwa kau cinta padaku ?.

 lha kok tahu HBD-ku?.

 Yaah di akun-akunmu  , sergahnya.  but jawab dulu dong pertanyaanku!.

 Hemmmm... gimana yaaa? ...ya maulah.......

Aku tak sadar ternyata banyak pengunjung lukisan yang bersorak saat tanpa kusadari saat menggamit tangannya, dan dia merapat bersandar padaku.

_______________

Bondowoso, 11 September 2022

Selasa, 06 September 2022

Lukisan dan Tulisan

 


LUKISAN DAN TULISAN

Pak Tyqnue Azbynt


Senyum itu sering menjeratku, apalagi bila matanya yang bening dengan bulu mata yang lentik semuanya nyaris sempurna. Begitulah hatiku terjerat pada lukisan realis naturalis pada ilustrasi cerpen majalah Anita Cemerlang. Membaca hanya sesempatnya, ya maklumlah saat remaja aku lebih terobsesi sebagai pelukis daripada sebagai penulis. 


Kang Kurnia Efendi dulu kukenal lewat cerpennya di berbagai majalah khususnya di majalah remaja yang menyajikan cerpen dan cerbung. Menurutku pesan-pesan lewat tulisan kuanggap biasa karena perasaanku 90 persen tertuju pada lukisan bukan pada tulisan.   


Di era tuaku ini aku terdampar pada karang-karang lautan diksi. Ternyata  bisa bertemu lagi dengan tulisan-tulisan kang Kurnia Efendi yang dengan sabar membersamai kami menulis walaupun sungguh tulisan-tulisan kami kering tanpa ruh. Yaa untunglah bisa menitipkan nama di balik nama besar kang Kurnia Efendi. Dan semangat yang diberikan beliau telah mengalirkan imaji-imaji yang kian melambung ke langit literasi.

__

Bondowoso, 6 9 22

Senin, 05 September 2022

Senyum itu...

 


SENYUM ITU...

Pak Tyqnue Azbynt


Seharian mencumbui kanvas dengan bermain warna, nyaris HP-ku merdeka tanpa kuapa-apakan. Namun berkali getar dan deringnya menggugah hasratku. Yaaah lagi-lagi iklan yang telah menjedakan cumbuku pada kanvas. 


Sudah menjadi habitualku, setiap pegang gaway selalu saja mencermati postingan para sahabat litera ataupun tetangga dalam grupku. Semua kuanggap biasa dan tak ada sesuatu yang perlu ditelisik hingga jauh. Namun ketika kulihat senyumnya apalagi ada notula, " senyumlah selagi bisa jangan tunggu bahagia tuk membahagiakan orang lain ".


Kekata itu semula kuanggap biasa dan diksinya tak terlalu mendalam. Tapi mengapa di bagian bawah masih ada tambahan, " Kang mas senyumku hanya untukmu, orang lain hanya mencuri bias-biasnya dari elok lesung pipitku, by: dhiajengmu Neng Eavy ".

___

Bondowoso, 5 9 22

Lapor Pak BBM Naik!



 LAPOR PAK BBM NAIK!

Pak Tyqnue Azbynt


Bahasa pusing berdesing-desing bikin pusing gegara nunggu klunting. Kenapa yaa aku rindu berkunjung ke gerai ATM tuk sekedar melihat bunga-bunga mekar di layar teller? Ternyata dompetku sedang kelaparan.

Entah sudah berapa kali aku masukkan kartu ATM, dia muntahkan tanpa mengakibatkan senyum di bibirku. Sumpah demi ayam geprek aku tak butuh senyum Pak Erick Thohir di layar itu, yang kubutuhkan adalah kelipatan angka-angka yang mendebarkan dada. 


Kali ini marahku sudah memuncak, hingga kutunjukkan lewat uban di kepala yang kian subur saja. Ke anjungan tunai itu aku sudah terlalu sering hingga kadang aku malu sendiri. Belum masukkan kartu tetiba HP-ku berdering, rupanya si Uus sedang calling,

" Percuma cuy kau dealing bolak balik di anjungan itu, coz belum ada transfer dari kantor". 

Aku keluar dan tahu-tahu dia telah senyum kuda meledekku. 

" BBM naik ? ATM sekarat ...", pungkasnya sembari melempar kulit permen ke wajahku. 

___

Bondowoso, 5922

Minggu, 04 September 2022

Mahkota di Kepala

 


MAHKOTA DI KEPALA

Pak Tyqnue Azbynt


Mendengar jeritan diantara riuh tertawaan temannya telah mengundang rasa penasaranku. Si Mamat meringis kesakitan sementara temannya tertawa kegirangan. 


Sore itu kulihat sekelompok bocah sedang bermain bentengan di halaman mushalla dekat rumahku.  Satu jam lewat rupanya telah membuat mereka kelelahan. Sembari nyanyi-nyanyi santuy mereka melempar mangga milik pak Haji Karim. Berkali-kali aku teriakin agar tak melempar mangga agar tak mengenai genteng mushalla. Si Mamat malah jingkrak-jingkrak meledekku. Aku maklumi saja kelakuan anak jaman sekarang yang sudah tak seperti jaman kecilku dulu yang begitu hormat pada orang tua.


Belum berapa menit aku masuk rumah sudah kudengar jeritan bocah itu. Aku segera menuju halaman takutnya telah terkena genteng mushalla. Ya Allah yaa Rabb ternyata si Mamat tersengat tawon Vespa di  kepalanya hingga benjol kemerahan. Tangisnya kian menjadi-jadi sedangkan yang lain malah membully-nya. Dengan segera aku ambil daun lidah buaya untuk mengompres bagian yang tersengat itu agar tidak kian bengkak dan memberikan rasa dingin di kepalanya.

____

Bondowoso, 4 9 22

Ra Penting Ijazah Kui

 


RA PENTING IJAZAH KUI

Pak Tyqnue Azbynt


15 tahun mengabdi di sebuah Sekolah Dasar boleh dikata telah lumayan lama apalagi hanya berstatus sebagai guru honorer yang bergaji 150.000,- hingga maksimal 300.000,- . Usia kian merambat tua dan sudah mengepalai rumah tangga gaji segitu taklah cukup untuk sekedar makan. 


Angin surga berita P3 sebagai aparatur negara tak akan mungkin menjamahnya karena spesifikasi ijazahnya tak sesuai. Dia yang lulusan prodi administrasi politik jelas telah menutup pintu  menuju P3. Memang semula dia hanya sebagai operator sekolah  lantaran keahliannya di bidang IT, juga kreatifitasnya yang tinggi, alasan itulah dia dicintai kepalanya. Karir sang kepala menanjak dan menempati jabatan yang lebih tinggi, sementara di sekolah itu hadir kepala baru. Tak termasuk dalam data Dapodik memang sudah keniscayaannya, tapi masa kerjanya yang dipangkas dan hanya dihitung 4 tahun telah menjadikannya dengan terpaksa  meninggalkan anak-anak didik yang sudah biasa dibersamainya. 


Kasihan juga jika melihat  semua temannya telah berseragam aparatur negara, sementara dia memilih diam di rumah dan mencumbui laptop satu-satunya yang dipunyainya. Bersama beberapa pemuda, dia membuat cerita-cerita parodi yang dikontenkan di channel YouTube-nya. Semula kuanggap hiburan belaka, tetapi ketika membuat Photo Studio,  Art Cinematography, dan Rocording Sudio, pandanganku mulai berubah. Aku menganggapnya masih normal dan tak fenomenal, tapi ketika beranjak membeli mobil, aku yakin bahwa itu hasil dari konten YouTube-nya.  " Dik... subscribernya kan tak seberapa, memangnya sudah bisa menghasilkan banyak cuan...?", tanyaku.

" Oh gak seberapa kok mas, tapi Alhamdulillah ada-lah untuk biaya masak dan cuci baju. Saya dulu terobsesi ingin jadi guru yang baik dan profesional tapi menyakitkan di dada mas. Sementara ini setelah kami bagi dengan tim, penghasilan bersih saya kurang lebih 10 jutaan perbulannya", pungkasnya.

Jawabannya membuatku kaget, ternyata gajinya justru melebihi gajiku yang sebagai PNS. 

___

Bondowoso, 4 9 22

Kerja kreatif kadang mengesampingkan sertifikat bangku kuliah, tapi ijazah tetaplah penting sebagai bukti bahwa kita mau berbuat sesuai dengan standard yang dimaui oleh lembaga tempat kita kerja.

Jumat, 02 September 2022

MENCURI NASI TAHLILAN

 


MENCURI NASI TAHLILAN

Pak Tyqnue Azbynt


Semestinya sebelum pukul 12.00, kami berangkat ke gedung BANDIKLAT di Surabaya untuk segera check in dalam Diklat CPNS Golong III angkatan ke 29 tahun 2005. Gegara prosesi pelepasan dari Bapak Bupati, akhirnya mulor hingga pukul 13 lewat. 


Kami pun  berangkat dengan tergopoh-gopoh, bahkan tanpa shalat dhuhur. Kami sepakat untuk menjama'-ta'khirkan di kota Probolinggo. Benar saja waktu Ashar hampir berakhir kami  masih diperjalanan, sedangkan shalat masih belum dan perut pun sudah meronta minta sapa makanan. Nasip kami benar-benar sial, segala sesuatunya tak sesuai rencana. Kembali terburu untuk shalat dan selepas itu barulah mencari warung nasi untuk charging perut yang sudah mulai low bat. Uang yang semula dikumpulkan ke bendahara kelompok tertinggal di meja BKD kabupaten.  Gegara itulah si Anik sang bendahara gelisah, beraninya hanya bilang padaku. Setelah kusampaikan ke ketua kelompok, dia tak mau tahu karena tak sanggup mendanai uang makan sebanyak 20 orang, bahkan tak seorang pun dari kami yang menyanggupinya.


Shalat jama' ta'khir usai kami lakukan, tinggallah saat makan yang harus segera ditunaikan. Si Anik Susanti mulai tampak gelisah. Tak tega rasanya aku melihatnya. Sekitar 10 meter dari masjid itu tampak orang pada ramai datang dari pemakaman. Salah se orang yang datang dan shalat  di masjid tempat kami shalat rupanya masih  keluarga almarhum. Dari situlah kusempatkan bertanya siapa yg meninggal. Rupanya mantan pengurus NU yang sangat dihormati masyarakat. 

" Oh kami juga Nahdiyin bapak, bolehkan kami ikut mentahlili beliau almarhum sebagai tanda ukhuwah nahdiyah kami?", pintaku. 

" Owh munggo, dengan senang hati kami persilahkan, ini sebuah kehormatan bagi kami", pungkasnya. 

Niat tahlilanku sudah tendensius karenanya ketika aku disuruh menjadi imam tidak mau. Kang Rohim-lah yang menjadi imam. Ya Allah yaa Kariem, seusai tahlilan nasi biryani di beberapa nampan  keluar. Tampak sumringah sambutan bahagia keluarga almarhum atas dedoa kami, dan kami pun tersenyum senang saat perut terisi sajian ala India itu. 

___

Bondowoso, 2 9 22

Wanita Seberang Sungai

 


WANITA SEBERANG SUNGAI

Pak Tyqnue Azbynt


Tiap kali aku menatapnya selalu saja dia menghindar dan menjauh dariku. Rasa-rasanya tak ada yang salah denganku. Tapi karena kejadian itu sudah menjadi habitual karenanya aku telisik lebih jauh tentang wanita itu. 


Sesekali aku lihat wajahnya yang hanya tampil semacam.siluit di sebuah akun medsosnya,  dan itupun hanya tampil dalam sekilas waktu. Di sebuah minimarket aku yang sedang asyik menelpon seseorang dalam ketidaksadaran aku menabrak seorang wanita hingga terbengkalailah semua belanjaannya. Aku hanya meminta maaf pada wanita yang bermasker itu. Anehnya dia tak terlihat panik, atau marah. Sampai di kasir aku hendak membayarkan semua belanjaannya sebagai penebus kesalahanku, namun dia menolaknya dengan halus. 


Keluar dari minimarket itu kembali kami bertemu dan dilalah motor kami berdampingan. Semua berjalan biasa saja, tapi ketika dia menghidupkan motornya kunci kontaknya terjebak dalam jok motor saat memasukkan dompetnya. And finally, motor tak bisa nyala. Untuk kali ini aku menawarkan untuk mendorong motornya dengan kakiku. Tak jauh ternyata hanya sekitar 300-an meter dari minimarket itu. Di sebuah rumah seberang sungai rumahnya kulihat seorang anak perempuan kecil sedang menunggunya. Namun sebelum aku berpisah dia sempat berujar, " Mas kan yang sering menatapku? ", kekata itu membuatku penasaran. Akupun pulang tanpa menelisiknya lebih jauh. Sesampai di rumah ketika membuka akun Instagram kulihat ada pesan gambar yang ternyata foto belanjaan yang berserakan dan diberi tulisan, " Mas harus minta maaf secara resmi ke rumahku, akan kusandera kamu hingga bertekuk lutut di hadapanku". Yassalam ternyata dia adalah wanita yang sering berpaling dan menghindar saat aku menatapnya. Ah tahu gitu kucubit pinggangnya agar marahnya bertambah-tambah. 

____

Bondowoso, premio September 2022

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...