Total Tayangan Halaman

Rabu, 21 Agustus 2024

Abah Kiyai

 ABAH KIYAI

Pak Tyqnue Azbynt 



Kalau sudah takdirnya apa yang hendak dikata, begitulah kira-kira menyikapi suatu nasib yang terjadi pada kita. Di sebuah lembaga pesantren, Tuhan telah mendaparkan aku dan beberapa pemuda tuk mengabdikan diri sebagai pendidik anak bangsa. Pondok Pesantren Bustanul Ulum  menyemat di lembaga itu, menaungi RA, MTs, hingga MA. Diantara para pengajar di madrasah itu akulah yang paling tua, walaupun aku masih selalu merasa muda, he he. 

Suatu hari mas Fadaillah dan mas Edy Prayitno bertandang ke rumah kami tuk mengajakku mengabdikan diri di lembaga itu. Singkat cerita selepas ACC aku menyambangi lembaga itu, yang berada agak masuk di pedalaman. Desa Locare kecamatan Curahdami Bondowoso Jawa Timur. Konon Embah Kiyai Hasan Bashri sang pendiri telah mengawinkan tanah dari berbagai pesantren besar di Jawa Timur dan ditaburkan di beberapa area perkarangan yang kelak menjadi pesantren itu. Menurut menantu beliau yang pegawai Kemenag dan menjadi guru di lingkungan MI yang kemudian dihibahkan ke negara menjadi MIN Locare. MIN Locare satu-satunya yang menjadi lembaga negeri di area pesantren itu, sementara RA, MTs dan MA tetap dikelola keluarganya. Kiyai Achmad Fajri, BA sang putra yang meneruskan perjuangan Mbah Kiyai.


Tak seberapa lama aku bisa berhabituasi di tempat itu. Masyarakat yang apa adanya, bersahabat, apalagi di lingkungan keluarga dalem yang menganggap kami sebagai keluarga. Abah Kiyai begitu sabarnya mengadopsi kami yang "biaya'an" sebagai guru yang harus setiap hari membersamai anak-anak baru gede. Polos, lucu, dan manja karena sudah beranjak ke usia teenager. Aku, mas Aly Sanusi, mas Soeboer, mas Wiwit Widiantoro merupakan orang yang pure bukan alumni di lembaga itu, tapi kami benar-benar nyaman berada di dalamnya. 

Badai mutasi sedikit mengganggu perkembangan di lembaga itu, saat sebagian besar guru di situ diangkat sebagai PNS pada tahun 2005, begitu pun aku harus meninggalkan tempat itu walau begitu berat rasanya. 

Saat jam rehat pagi kami semua menuju ruang makan dengan menu sangat istimewa setiap harinya. Bu Nyai yang sangat piawai meramu sajian menjadi kelebihan tersendiri. Di ruang makan kami sering bercanda yang kadang-kadang lepas kontrol padahal ruangan itu sangat dekat dengan ruangan Abah kiyai. Mungkin karena ingin dapat perhatian santri putri di dapur yang sedang membantu Ibu Nyai. Maklumlah semua guru di situ masih bujang bahkan masih terlalu belia sedang murid-murid dan santri-santrinya cantik-cantik. Dan benar saja banyak guru yang kemudian mempersunting santri di sana untuk diperistri. Abah Kiyai sungguh kami begitu rindu engkau. Kepulanganmu di hadapan Sang Ilah telah memabukan rindu kami yang tak pernah berujung. Semoga juang dan ibadahmu menjadi penggapi ridha-Nya, dan kami bisa meneladani semua kebaikanmu, Aamien.

___

Bondowoso, 21 Agustus 2024

Selasa, 13 Agustus 2024

BLACK ROSE

 BLACK ROSE 

Pak Tyqnue Azbynt 


Konon katanya telah ratusan surat yang ia berikan padaku, namun tak secarik pun tiba di haribaanku. Jaman dulu korespondensi biasa dan lazim menggunakan surat. Kadang demi menjaga kerahasiaan dan privasinya, seorang kurir menjadi pilihannya. Kurir yang seharusnya menjadi penyinambung justru membuang semua surat titipannya. Sudah bisa ditebak, aku tak mendapatkan kabar apa-apa, walaupun konon dianya punya hasrat yang begitu membara padaku. Sebagai seorang wanita, pantang bagiku menanya kabar semua itu. 


Hari, bulan, hingga tahun berlalu, aku sudah tak menggubris harsratnya itu. Seseorang lain yang tak pernah aku kenal sebelumnya ternyata telah meminangku melalui pendekatan Pak RT tetangga kami. Cilakanya semua anggota keluargaku menyanggupinya. Dan aku resmi bertunangan dengan lelaki itu. Cita-citaku untuk melanjutkan di sekolah menengah atas kandas sudah dan harus menikah belia. Sebelum prosesi pernikahan justru kabar cowok yang pernah menaruh hati padaku merasa kehilangan karena dicurangi kurirnya yang ternyata menaruh hati juga padaku. Aku sempat lari ke rumah teman-temanku sebagai protes pada ayah ibu. And finally saya menikah jua walau hati begitu kalut menerima kenyataan itu. 


Sebagai pasangan yang terlalu muda, aku masih ingin menjadi manusia bebas bagai anak sekolah, tapi apa daya aku telah dimiliki seorang lelaki yang tak pernah kebayangkan sebelumnya. Orang tuaku membiarkan aku beraktifitas di bidang pendidikan walau hanya sebagai pendidik anak usia dini di sebuah pesantren. Di lembaga pesantren ini aku bertemu kembali dengan orang yang pernah mengidolakanku dulu. Bak gayung bersambut, uluran tangan dan perkenalannya kuterima dengan ragu. Akhirnya kami menjadi akrab di jalan gelap tanpa sepengetahuan sesiapa. Aku benar-benar merasakan jatuh cinta, menemukan cerita usia masih virgin dulu. Ia tak permasalahkan itu semua, karena dia juga punya pasangan resmi. Dan kami memilih jalan gelap itu. 


Kami tak bisa menyembunyikan kekuatan cinta itu. Aku tak peduli dengan sikapku. Entahlah apakah ada orang yang mengetahui perjalanan cinta kami. Kadang aku berlabuh dan bersandar di dadanya. But this is wrong. Aku benar-benar telah dibutakan oleh kebaperanku. Mungkin karena kesalahan sikap kami itulah, di otak dan perasaanku berkecamuk berbagai rasa, marah, rindu, kecewa, dan lainnya. Akhirnya aku kalah, tubuhku menyerah,  aku harus opname ke sebuah rumah sakit swasta karena beban perasaan yang mendalam. Mau berlanjut di jalan gelap, aku dan dia sudah punya pasangan sendiri. Cinta kami serupa mawar hitam saja, tak cerah tapi kuberikan harum padanya, walau akhirnya duriku melukainya. Sepulang dari rumah sakit, ia kadang masih menyambangiku, namun akhirnya perlahan dia memilih menjauh dan mawarku tanpa siraman cintanya layu kering dan mati.

____

Bondowoso, 13 08 2024



Senin, 12 Agustus 2024

Menyemayamkan R I N D U

 Menyemayamkan R I N D U

Pak Tyqnue Azbynt 



Bila anak kecil merintih meminta temu pada bunda, bila gersang meminta hujan, bila haus minta seteguk air, yaa begitulah rindu meminta temu. Kejalanganku merambah segala, dari wanita biasa hingga wanita tak biasa telah menemukan apa makna cinta yang sebenarnya. Ia tak menuntut banyak pinta, tak butuh banyak syarat segala. Ia pasrah memadukan rasa dan menikmati segala saji dengan kedalaman hati. Damai merasuk seutuh jiwa. 


Ayesha gadis belia itu telah menyingkirkan banyak wanita di bilik hati ini. Bukan karena kemolekan rupa, dan keelokan raga, ia memiliki lebih dari itu. Tatapannya teduh, kekatanya lembut, senyum manisnya melumpuhkan keangkuhanku. Tuturnya yang tanpa basa-basi, membuatku betah membersamainya. Puluhan juta kuberikan padanya setiap bulan ditolaknya dengan lembut. "Aku tak butuh itu, bisa bertutur banyak hal, bersedia menjadi pelabuhan curhatku adalah kebahagiaan tersendiri sudah cukup. Tak perlu kang mas menguras isi dompet yang kau dapat dari tulisan-tulisanmu. Btw aku sudah nyaman bersamamu," kekata itu selalu ia tuturkan padaku. Tiap malam kutuntaskan bercerita dengannya hingga subuh tiba. 


Suatu sore kutemui dia di sebuah mall katanya penting akan suatu hal. Dugaanku ia ingin shopping atau sekedar ngafe, atau belanja buku-buku kuliyahnya. Dugaanku salah belaka, justru dia membelikan aku sepatu Belly, dan sekotak cat minyak mark Greco. "Masnya kan suka lukis, dan juga sepatumu jarang ganti, makanya aku beliin. Oh yaa ini aku kumpulin dari uang jajanku lho, and please jangan nolak!" "Tapi aku tak mau dhiajeng yang belanjain aku, aku tak mau gitu." Sejenak ia memonyongkan bibirnya tanda tak setuju atas tindakanku. "Oke deh, gapa, aku mo kasihkan ke orang lain aja, and akan aku bisikin ke masnya siapa orang itu, pastinya kamu kaget dan mungkin akan benci aku selamanya". Kekatanya itu justru membuat kacau hati ini, mungkin dia justru punya gacoan di luar sepengetahuan aku. " Please masse merem akan aku bisikan sesuatu," manjanya. Aku seperti bebek lumpuh dan diam saja sembari memejamkan mata." Sepatu dan cat itu akan aku berikan pada orang yang aku cium ini, kalau masih nolak berarti kita udahan," pungkasnya saat ia mencium pipi kiriku. Kutarik tangannya sembari kurapatkan kepalanya ke dada kiriku. "Dhiajeng sayang, engkau telah mengubur semua rindu itu di dada ini. Aku nyaman bersamamu," balasku tanpa memilih diksi yang romantis. Ternyata tak semua yang rupawan itu meminta segala, tak menuntut banyak hal. Tinggal kita memastikan siapa soulmate sebenarnya. Yang berkata besty kadang modus belaka, yang berkata setia kadang berkalang tendensi saja. Takdir cinta meniadakan segala pinta.

___

Bondowoso, 12 8 24

Minggu, 11 Agustus 2024

RITUAL CINTA

RITUAL CINTA 

Pak Tyqnue Azbynt 

Kepulanganku dari Pulau Dewata memang tak dinyana oleh dhiajeng manis di rumah tercinta. Sengaja aku tak mengabarkannya agar bisa memberi surprise pada si bibir manis. And begitulah ceritanya.

 Angin Agustus yang menghardik-hardik isi perut saat di atas kapal Ferry kuabaikan semata, karena rindu sudah meniadakan segala siksa. Ransel kulempar saat melihat dia kaget kehadiranku, kugamit tangan hangatnya, sembari kucium pipi lembuhnya. Oh rinduku tertumpah sudah kala itu. 


Malam tiba, kepenatan masih terasa, tapi masih saja ikut acara tahlilan meninggalnya tetangga kami. Inginnya rebahan sembari membersamainya, sayangnya masih terjeda. Sepulang tahlilan  kudapati dhiajeng sudah berbusana kasual dan berharum diri. Kucubit pipinya dan kucolek pinggulnya, dia tersenyum dan mengerlingkan mata. And kupetik Bintang-bintang di langitnya, kumainkan awan yang menyintas sembari menyenandungkan lagu asmara. "Dhiajeng ritual cintamu meluruhkan segala lara, senyummu meniadakan segala siksa". Saat bertutur seperti itu, rasanya dunia hanyalah milik kami, sedang kalian yang baca cerita ini hanya numpang saja.

___

Bondowoso, 11 Agustus 2024


Rabu, 07 Agustus 2024

Pergi karena Ilmu Pulang Gegara Rindu

 PERGI KARENA ILMU 

PULANG GEGARA RINDU 

Pak Tyqnue Azbynt 



Sore selepas Stadium General kusempatkan menuju ruang pustaka tuk sekedar selancar literasi. Duduk bersama para mahasiswa pasca menjadi ajang semuka para penggila ilmu. Bincang sekitar program studi, dan rencana pengembangan research tak bisa dikatakan mengasyikkan. Otakku kian penuh dan memusingkan. Entahlah justru aku ingin pulang kampung tuk sekedar menyantap sajian dari emak di desa

Angin kencang Agustus kadang masih saja menyiksa dedaunan di halaman kampus Universitas Lampung tempatku menuntaskan S2-ku. Sesekali aku melihat adik-adik mahasiswa yang sibuk menghadap academic advisor yang ruangnnya tepat di depan tempatku duduk rehat nyantai. Seorang mahasiswi dengan busana biru muda disela warna pink mengingatkanku pada seorang guru TK di rumahku. Entahlah, kenapa justru aku ingin pulang. Rinduku justru tak pada makanan emak lagi, kini beralih pada sang Bu guru di kampungku. Semalam dia sempat post di medsos kalau sedang lembur menuntaskan laporan. Biasanya aku membantu, tapi jarak yang begitu jauh menjadikan kami hanya LDRan saja. 

Saat lamunanku masih melambung tetiba saja, mahasiswi di depanku menegurku,"Eeeh masnya ngelamun apa lagi kesurupan ne?"  "Ah aku malah memikirkanmu," kualihkan pojokkn dia. Setelah beberapa saat kami justru kian akrab tuk menghilangkan kejenuhan. Dilalah pas asyik berbincang tetiba saja hp kami sama-sama ada calling. Rupanya di sedang di-calling pacarnya, sedangkan aku  di-calling emakku. "Le, Si Zara tanya kamu mulu katanya kangen," ungkap emakku  "Bilang saja Mak, kalau aku juga kangen, dan akan pulang kalau dia mau bercengkrama denganku". "Lah ini dia dikekat emak, kamu bilang saja sendiri!" Dan aku pun nekat sampaikan rasa kangen juga dan bercerita saat masih ABG yang ngaji bareng di Musala embah kiyai. "Yaaah kakang dulu nekat mencium aku kan?" celetuknya. "Lah kamu diam dan pipimu tampak.merah, dan bibirmu gemetar". "Yee kakang nakal," manjanya.  "Tapi kamu suka kan?" Godaku. "Iya sih, itu pertama kali aku dicium orang laki-laki, tahu gak aku pulang, nangis tapi pengen lagi". "Lah ...boleh diulang dong, demi itu aku besok akan pulang senyampang libur Agustus." Zara Eng aku rindu. 

___

Wonosari, 7 Agustus 2024

Minggu, 04 Agustus 2024

Lorong Kelas

 LORONG KELAS 

Pak Tyqnue Azbynt 



Rumus-rumus kimia itu telah mengusik ketenangan otak kami. Genk Ceriwis kelas Sebelas IPA dua. Aku, Eeng, Aang, Essa, dan Tien memilih sembunyi di tempat santuy, lorong kelas dekat Laboratorium Bahasa. Saat yang sudah menghabitual kala pelajaran kimia yang diampu Bpk Yudiskoso sang Doktor kimia itu. 


Sudah beberapa kali kami selalu aman,di tempat itu. Kami menjulukinya 'The Lord Class' sebagai falsify dari lorong kelas, sehingga tak banyak yang tahu. Tapi yang tak habis pikir kenapa justru hari itu kok ada sidak oleh guru pendidikan olahraga yang menjadi idaman  kami-kami geng ceriwis. Sontak saja kami yang biasa biayaan menjadi lumpuh mati langkah di hadapannya.


Gegara si Eeng yang mencoba-coba tuk mengerlingkan matanya pada guru cakep itu, dan anehnya Pak Ega guru itu malah seperti kaget. Sontak saja kami mulai berani menggodanya. Kami persilahkan dia duduk di teras dan membersamai kami. "Pak kami-kami sebenarnya menunggu moment ini tuk bisa bertemu bapak, karena kami fans bapak," celetuk  Essa dengan beraninya. Yang lebih ekstrim saat Tien dan Eeng malah bersandar ke bahu kiri kanannya. Kini pak guru itu justru yang tak bisa menahan emosinya, dia sudah kebawa baper apalagi saat cewek-cewek itu malah minta dijajanin. Dan finalnya ternyata kami-kami malam harinya dapat chat darinya walaupun hanya tanya-tanya kabar. Esok harinya kami bawa buket mawar merah dengan beberapa prank yang sudah kami rencanakan. Praktek basketball yang sudah biasa kami lakukan di tiap hari Sabtu  menjadi entri pointnya. Namun justru Pak Guru Ega hari itu malah praktek sprint. Namun rencana tetap kami lakukan. Essa harus pura-pura pingsan. Benar saja, acting Essa berjalan lancar, dan Pak Ega menjadi gupuh. Kami bopong Essa ke Health Section, atau UKS, dengan diiringi Pak Ega. Sesampai di ruang itu, kami meminta pak guru tuk bertanggung jawab. Dan Essa kian menjadi-jadi, dia pura-pura kejang, sedang yang lain berlagak panik. Terpaksa Pak guru menyelonjorkan kakinya, saat itulah kami ngerjain pak guru. "Eeeh pak guru kok tegang yaa, pegang kakiku," selorohnya. "Tenang pak aku dan teman-teman ini sudah jinak," katanya. Pak Ega tambah heran kala kami semua memberikan buket mawar merah sebagai tanda hormat kami padanya. "Aduh kena prank aku ne"

___

Bondowoso, 4 8 2024

Sabtu, 03 Agustus 2024

HEALING Melepas Hati Gundah bersamamu

 HEALING Melepas Hati Gundah bersamamu

Pak Tyqnue Azbynt 



Tugas yang banyak menumpuk telah mereduksi otakku. Merbersamai anak-anak bangsa yang menjadi tugas ditambah kesuntukan di rumah yang tak menemukan suasana santai telah memasung rasa bahagia ini.  Malam tersiksa siang terpenjara oleh banyak hal memusingkan dan menjadikan stressorku menumpuk. Intinya otakku, hatiku terlalu banyak polusi yang harus dibersihkan.


Sore itu seorang sahabat menyapa, basa basi and menebah raut muka gundahku. "Bisakah aku membuka senyum bibirmu yang terkunci itu?" Selorohnya. "Tolong jangan ganggu aku, aku perlu menenangkan pikiran, otakku perlu rehat dari beban yang membuatku serasa gila ini," Sejenak dia diam dan tak melanjutkan kekatanya. Temu hari itu tak menyolusikan apa-apa, dan stressku malah kian terasa. 


Selepas salat duha ada pesan masuk via WhatsApp, "Bebs, Are you free today?" Belum lagi kujawab dia telah mendaulatku tuk bersiap diri. Entah kenapa justru aku tak berpikir panjang, and finally aku ikut saja alurnya, pasrah pada rencananya. Mengendari motor old Vespa aku diboncengnya, diajak ke sebuah Mall dan disuruh shopping sepuasnya. Dan begitulah akhirnya aku sedikit terasa tenang, tapi yang membuatku kian terasa tenang saat di sebuah kafe dia menyanyikan lagu 'Unchained Melody' untukku, aku justru lebih tenang, apalagi saat dia memegang dagu seraya berkata,"Jangan kau paksa aku memilih jalan terjal tuk mencintaimu, kemarilah bersandar di dada kiriku," entah mengapa justru saat kudengar detak jantungnya tak sadar kuulurkan tanganku, dia mengecupnya. "Aku hari ini bahagia, terima kasih kau telah mengalirkan kembali darah ke seluruh tubuh ini, menghidupkan syaraf-syaraf matiku. Ciumlah keningku, agar kubisa terbang ke langit biru bersamamu." ucapku sepontan.

___

Bondowoso, 3 Agustus 2024

Kamis, 01 Agustus 2024

JANGAN SENYUM

 JANGAN SENYUM 

Pak Tyqnue Azbynt 




Senja itu kau datang ke bilikku hanya tuk mengantar senyum, lalu aku lupa engkau siapa. Yang kutahu hanyalah saat aku gila, khilaf dalam cinta, menaruh elok senyummu dalam lubuk kalbu. Kugamit tangan lembut itu kembali seraya cium keningmu. Kau diam pasrah bersandar ke dada kiriku.


Semula kuanggap saat itu terbasuhlah luka, sembuhkan lara. Nyatanya senyum itu hanya mereduksi asa, aku kian terpuruk manakala kau mengacuhkanku belaka. Namun saat khilafku itu takkan terlupakan bahwa kau pernah pasrah melepas senyum walaupun harus menyemat luka. Jika kau lupakan saat itu tak mengapalah karena aku pernah menyemaikan parsahmu di hati ini.


Kini bahtera cintaku tak tahu harus berlabuh kemana? Demi merehatkan jiwa dan raga biarlah kulempar sauh, agar biduk tak kian jauh berlayar. Sembari kembarakan jiwa menikmati belai angin yang mempermainkan ombak hingga ke ujung segara. Suatu saat kan kugamit tanganmu kembali dan memelukmu erat dalam kulum senyum tanpa paksa.

____

Bondowoso, 1 Agustus 2024

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...