BLACK ROSE
Pak Tyqnue Azbynt
Konon katanya telah ratusan surat yang ia berikan padaku, namun tak secarik pun tiba di haribaanku. Jaman dulu korespondensi biasa dan lazim menggunakan surat. Kadang demi menjaga kerahasiaan dan privasinya, seorang kurir menjadi pilihannya. Kurir yang seharusnya menjadi penyinambung justru membuang semua surat titipannya. Sudah bisa ditebak, aku tak mendapatkan kabar apa-apa, walaupun konon dianya punya hasrat yang begitu membara padaku. Sebagai seorang wanita, pantang bagiku menanya kabar semua itu.
Hari, bulan, hingga tahun berlalu, aku sudah tak menggubris harsratnya itu. Seseorang lain yang tak pernah aku kenal sebelumnya ternyata telah meminangku melalui pendekatan Pak RT tetangga kami. Cilakanya semua anggota keluargaku menyanggupinya. Dan aku resmi bertunangan dengan lelaki itu. Cita-citaku untuk melanjutkan di sekolah menengah atas kandas sudah dan harus menikah belia. Sebelum prosesi pernikahan justru kabar cowok yang pernah menaruh hati padaku merasa kehilangan karena dicurangi kurirnya yang ternyata menaruh hati juga padaku. Aku sempat lari ke rumah teman-temanku sebagai protes pada ayah ibu. And finally saya menikah jua walau hati begitu kalut menerima kenyataan itu.
Sebagai pasangan yang terlalu muda, aku masih ingin menjadi manusia bebas bagai anak sekolah, tapi apa daya aku telah dimiliki seorang lelaki yang tak pernah kebayangkan sebelumnya. Orang tuaku membiarkan aku beraktifitas di bidang pendidikan walau hanya sebagai pendidik anak usia dini di sebuah pesantren. Di lembaga pesantren ini aku bertemu kembali dengan orang yang pernah mengidolakanku dulu. Bak gayung bersambut, uluran tangan dan perkenalannya kuterima dengan ragu. Akhirnya kami menjadi akrab di jalan gelap tanpa sepengetahuan sesiapa. Aku benar-benar merasakan jatuh cinta, menemukan cerita usia masih virgin dulu. Ia tak permasalahkan itu semua, karena dia juga punya pasangan resmi. Dan kami memilih jalan gelap itu.
Kami tak bisa menyembunyikan kekuatan cinta itu. Aku tak peduli dengan sikapku. Entahlah apakah ada orang yang mengetahui perjalanan cinta kami. Kadang aku berlabuh dan bersandar di dadanya. But this is wrong. Aku benar-benar telah dibutakan oleh kebaperanku. Mungkin karena kesalahan sikap kami itulah, di otak dan perasaanku berkecamuk berbagai rasa, marah, rindu, kecewa, dan lainnya. Akhirnya aku kalah, tubuhku menyerah, aku harus opname ke sebuah rumah sakit swasta karena beban perasaan yang mendalam. Mau berlanjut di jalan gelap, aku dan dia sudah punya pasangan sendiri. Cinta kami serupa mawar hitam saja, tak cerah tapi kuberikan harum padanya, walau akhirnya duriku melukainya. Sepulang dari rumah sakit, ia kadang masih menyambangiku, namun akhirnya perlahan dia memilih menjauh dan mawarku tanpa siraman cintanya layu kering dan mati.
____
Bondowoso, 13 08 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar