Menyemayamkan R I N D U
Pak Tyqnue Azbynt
Bila anak kecil merintih meminta temu pada bunda, bila gersang meminta hujan, bila haus minta seteguk air, yaa begitulah rindu meminta temu. Kejalanganku merambah segala, dari wanita biasa hingga wanita tak biasa telah menemukan apa makna cinta yang sebenarnya. Ia tak menuntut banyak pinta, tak butuh banyak syarat segala. Ia pasrah memadukan rasa dan menikmati segala saji dengan kedalaman hati. Damai merasuk seutuh jiwa.
Ayesha gadis belia itu telah menyingkirkan banyak wanita di bilik hati ini. Bukan karena kemolekan rupa, dan keelokan raga, ia memiliki lebih dari itu. Tatapannya teduh, kekatanya lembut, senyum manisnya melumpuhkan keangkuhanku. Tuturnya yang tanpa basa-basi, membuatku betah membersamainya. Puluhan juta kuberikan padanya setiap bulan ditolaknya dengan lembut. "Aku tak butuh itu, bisa bertutur banyak hal, bersedia menjadi pelabuhan curhatku adalah kebahagiaan tersendiri sudah cukup. Tak perlu kang mas menguras isi dompet yang kau dapat dari tulisan-tulisanmu. Btw aku sudah nyaman bersamamu," kekata itu selalu ia tuturkan padaku. Tiap malam kutuntaskan bercerita dengannya hingga subuh tiba.
Suatu sore kutemui dia di sebuah mall katanya penting akan suatu hal. Dugaanku ia ingin shopping atau sekedar ngafe, atau belanja buku-buku kuliyahnya. Dugaanku salah belaka, justru dia membelikan aku sepatu Belly, dan sekotak cat minyak mark Greco. "Masnya kan suka lukis, dan juga sepatumu jarang ganti, makanya aku beliin. Oh yaa ini aku kumpulin dari uang jajanku lho, and please jangan nolak!" "Tapi aku tak mau dhiajeng yang belanjain aku, aku tak mau gitu." Sejenak ia memonyongkan bibirnya tanda tak setuju atas tindakanku. "Oke deh, gapa, aku mo kasihkan ke orang lain aja, and akan aku bisikin ke masnya siapa orang itu, pastinya kamu kaget dan mungkin akan benci aku selamanya". Kekatanya itu justru membuat kacau hati ini, mungkin dia justru punya gacoan di luar sepengetahuan aku. " Please masse merem akan aku bisikan sesuatu," manjanya. Aku seperti bebek lumpuh dan diam saja sembari memejamkan mata." Sepatu dan cat itu akan aku berikan pada orang yang aku cium ini, kalau masih nolak berarti kita udahan," pungkasnya saat ia mencium pipi kiriku. Kutarik tangannya sembari kurapatkan kepalanya ke dada kiriku. "Dhiajeng sayang, engkau telah mengubur semua rindu itu di dada ini. Aku nyaman bersamamu," balasku tanpa memilih diksi yang romantis. Ternyata tak semua yang rupawan itu meminta segala, tak menuntut banyak hal. Tinggal kita memastikan siapa soulmate sebenarnya. Yang berkata besty kadang modus belaka, yang berkata setia kadang berkalang tendensi saja. Takdir cinta meniadakan segala pinta.
___
Bondowoso, 12 8 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar