RITUAL CINTA
Pak Tyqnue Azbynt
Kepulanganku dari Pulau Dewata memang tak dinyana oleh dhiajeng manis di rumah tercinta. Sengaja aku tak mengabarkannya agar bisa memberi surprise pada si bibir manis. And begitulah ceritanya.
Angin Agustus yang menghardik-hardik isi perut saat di atas kapal Ferry kuabaikan semata, karena rindu sudah meniadakan segala siksa. Ransel kulempar saat melihat dia kaget kehadiranku, kugamit tangan hangatnya, sembari kucium pipi lembuhnya. Oh rinduku tertumpah sudah kala itu.
Malam tiba, kepenatan masih terasa, tapi masih saja ikut acara tahlilan meninggalnya tetangga kami. Inginnya rebahan sembari membersamainya, sayangnya masih terjeda. Sepulang tahlilan kudapati dhiajeng sudah berbusana kasual dan berharum diri. Kucubit pipinya dan kucolek pinggulnya, dia tersenyum dan mengerlingkan mata. And kupetik Bintang-bintang di langitnya, kumainkan awan yang menyintas sembari menyenandungkan lagu asmara. "Dhiajeng ritual cintamu meluruhkan segala lara, senyummu meniadakan segala siksa". Saat bertutur seperti itu, rasanya dunia hanyalah milik kami, sedang kalian yang baca cerita ini hanya numpang saja.
___
Bondowoso, 11 Agustus 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar