Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Juni 2023

TETANGGA KOST

Pict source, Instagram dovenoffe


 TETANGGA KOST

Pak Tyqnue Azbynt


Tuba rindu harus kuacuhkan jua walau sejatinya hatiku harus menyebrang ke kampung halaman. Idul Adha yang biasanya potong kambing di musala depan rumah dan kumpul bareng keluarga dan tetangga kini harus bertahan di griya kost demi tugas yang mendera. Libur tak seberapa lama dan jauh rentang jarak terpaksalah aku bertahan di tempat kost. 


Takbiran tiba aku merapat ke Musala di mulut gang komplek kost-kost-an. Semula rindu yang kuacuhkan ternyata menghadirkan banjir air mata. Selepas salat kami semua pulang pasca saling bersalaman yang diakhiri sedikit ramah tamah dengan kudapan dan kopi dari Pak RT. Demi tak menuruti petaka rindu, kucurahkan perhatian pada tumpukan tugas kuliyah yang harus segera terselesaikan. Tak terasa hingga lohor akhir kumasih berkutat di depan laptop.aku dikejutkan saat pemuda-pemuda di RT mengetok pintu tuk membagikan daging kurban. Sebagai anak kost, nasip daging itu biasanya hanya dibakar, disate ala kadarnya. Lantaran tak punya arang, tak ada baker, roaster dan sejenisnya membuatku malas malasan mengeksekusi sang daging.


Kukuak jendela kamar menerawangkan pandangan kosong ke langit angan. Tetiba ada lemparan biji kacang menghempas pipiku. Ternyata mahasiswi UB asal Mandagarkar itu yang mengisiliku. " Hay Assalamualaikum pa kabar, ngelamun yaah?", Celetuknya sok akrab. Gadis berkulit hitam itu konon mendapat beasiswa dari negaranya yang kebetulan kost di gang kecil sebelah yang jarak dengan kamarku sekitar 3 meteran. Aku tulis nomer HP via spidol besar pada sketchbook kutunjukkan padanya.

Benar saja dia calling via video walaupun bahasanya sedikit kaku dan bicara tanpa tahu kemana muaranya. Tiba saat bincang masalah daging kurban dia malah semangat full menawarkan diri tuk memasakkan punyaku. Kuantar daging itu menerobos barikade Bu kostnya yang ekstra ketat itu. Setelah dapat penjelasan ala ala dari sang gadis Bu kostnya pun menuruti maunya. 


Tak ada penasaran atas rasa makanan itu, aku hanya iseng mengisi kebosanan di kamar kost sembari mengakrabi cewek asing itu. Namun saat bicang via Videocall ternyata si item itu manis juga apalagi kerlingan manta matanya. Wah rupanya aku kesambet jampi Afrika. Buktinya aku malah merasa nyaman bersamanya walaupun hanya lewat layar HP. Dan hari itu rindu rumah hilang seketika.

Devanya si item manis benar-benar membui sukmaku. Dengan alasan mengambil masakannya aku memohon ke Bu Kostnya yang kek komandan satgas itu. Akhirnya aku diperkenankan menunggunya di gazebo depan kost itu. Asyiknya anak kost yang lain pada pulang, tinggallah dia sendiri, karenanya Bu kostnya mentolerir kami bisa bertemu. Rupanya sajian belumlah masak, si Bu kost mewanti-wanti agar jangan macam-macam karena kamera pantau tetap menyala di pojok langit-langit teras katanya. Namun saat kuceritakan via WhatsApp pada Devanya, dia malah berkata kalau CCTV nya dah malfungsi sejak beberapa bulan terakhir. Saat Bu kost menerima kunjungan Bu RT dia pun sibuk dengan sang tamu. Dan Devanya telah keluar dengan box plastik yang berisi daging kurban dengan sajian ala Afrika. Rupanya dia masih berdandan sebelum menemuiku. And cantik, kugamit tangannya sebagi ucapan terima kasih. Masyaallah tangan hangatnya menyemangatkanku tuk menggenggamnya. Benar saja dia pun tersenyum sembari sedikit memiringkan kepalanya. Kucium keningnya sembari melirik ke CCTV. " Iiih nakal ya, kamera mati mas, sumpah ini kali pertama aku dicium kening oleh lelaki asing", katanya sembari menggenggam tanganku kuat-kuat. Namun dari balik ruang tamu kudengar Bu RT telah berpamitan hendak pulang. Dan aku pun sedikit beringsut menjauhinya agar tak dicurigai Bu kost. " Mas aku suka yang tadi, moga ada hari lain tuk bisa mengulanginya", katanya sedikit gemetar.

___

Bondowoso, Ultimo Juni 2023

Selasa, 20 Juni 2023

Penghuni Gerobak

 


PENGHUNI GEROBAK

Pak Tyqnue Azbynt


Takdir menjadi salah satu mahasiswa yang lolos free college di Badan Riset Inovasi Nasional adalah kebahagiaan tersendiri bagi Andano. Sebagai anak seorang petani yang tak berkecukupan dia menyadari betul keadaanya pasti menyiksa jiwa raga sang ortu di rumah. Otak dan hatinya berperang, menolak atau melakoni program itu. 


Uang kost di kampusnya belum terbayar kini harus membayar kost di tempat barunya di bilangan Serpong Tanggerang. Dan ternyata harganya 2x lipat dari pada di Malang tempat dia ngampus. Dengan bondo nekat dia paksakan jua, padahal andai terputus tengah jalan dia harus mengganti rugi semua biaya selama 6 bulan.

Ongkos ke tempat baru tersedia sudah. Dengan kereta api berangkat dini hari. Cemas dan pasrah selalu berganti posisi di otaknya. Di dalam kereta dia bertemu dengan bebrapa mahasiswa dari kampus lain. Tak hanya lain kampus, tapi juga lain Propinsi dan juga lain latar belakang. Dia memilih bungkam karena inferior dengan keadaannya. Singkat cerita dia tiba jua di tempatnya magang kuliyah merdeka menunaikan tugas semester ke 6 dari kampusnya. Semua temannya telah booking tempat kost sementara Andano masih bingung harus kemana? Sementara teman-temannya memilih kost yang hanya personal dan tak mungkin numpang. 


Sebuah musala di mulut gang menjadi tempat dia rehat melepas penat walau sebentar saja. Dari arah selatan tempak seorang bapak-bapak yang sudah tampak renta menuju musala itu. " Masnya dari mana?, sepertinya asing ne", sapanya sembari melepas songkok laken yang sudah lusuh itu.

"Saya dari Jawa timur pak,di sini saya benar-benar terasing dan tak tahu harus bagaimana", begitu keluhnya. Disampaikan semua ikhwalnya dan dilalah sang bapak mengajaknya untuk berdiam di gerobaknya. Dan kalau charging laptop atau hp bisa ngampung di Musala itu, karena dia biasa ngampung cas di tempat itu. Perbincangan itu menjadi penguak asa Andano. 


5 bulan sudah dia menjadi manusia gerobak tanpa ada yang mengetahuinya. Mungkin karena dia selalu pulang dari tempat prakteknya selalu belakangan hingga tak terdeteksi tentang keberadaannya. Namun hari itu jati dirinya terkuak jua saat Prof. Dr. Mahmud memergokinya saat mengumpulkan gelas dan botol air mineral di bak sampah laboratorium BRIN. Sebagai mahasiswa dia masih saja berkilah kalau dia ini melakukan penelitian manusia urban. Dan pak Prof itu hanya menggut-manggut saja. Entah memahami atau hanya mengalihkan situasi yang sepertinya Andanu sedikit gelagapan. 


Saat diskusi tentang antropologi kota, Andano sedikit tersulut emosinya kala seorang peserta berargumen bahwa masyarakat urban hanya meyampah di kota dan menjadi beban sosial saja. Sekali lagi Profesor sang mentor kembali menelisik Andano lantaran agitatif dalam berdiskusi. 


6 bulan sudah berlalu tinggallah pengumuman dan pemberian piagam hasil magangnya. Pas malam Ahad bulan Juli di tanggal 23 malam inagurasi dan penganugerahan mahasiswa terbaik. Dilalah sang manusia gerobak itu terpilih menjadi The best researcher. Andano di daulat untuk berpidato tentang kesan pesan selama ikut kuliyah merdeka di BRIN itu. Dengan gemetar dia bertutur sambil menangis. 

" Bapak.ibu mentor, serta rekan rekanita sekalian, demi menuntaskan dan mengikuti program ini, saya harus hidup di dalam gerobak bersama pemulung yang biasa mangkal di depan gang Musala itu. Tak ada satu pun rekan rekanita mengetahui derita dan perjuanganku selama itu. Saya tak ingin membebani Pak dan Emakku di kampung yang urusan makan mereka saja kesulitan. Mohon momen ini ada yang memvideokan sebagai bukti kepada Pak dan Emakku bahwa aku benar-benar kuliyah. Tak seperti kata tetangga yang dikata kuli di kota besar. Pak Emak restumu adalah ruh juangku".

____

Bondowoso, 20 Juni 2023

Kamis, 08 Juni 2023

J I j e



 J I J E

Pak Tyqnue Azbynt


Brugg!!, Tubuhnya langsung saja dirobohkan ke amben tua beranda samping depan gandok rumah kami. Gadis itu tampak ogah-ogahan membuka sepatu begitu pun dengan carierbag yang masih menempel di punggungnya. Ini siapa? Pikirku. 


"Huzzz, jangan ganggu dia. Itu non Jije putri juragan Mbok e di Medan. Beliau sengaja terbang ke pulau Jawa ini karena diperintah juragan. Mereka suruh tinggal di desa sama Mbok e, karena ada masalah dengan pacarnya", jelas mbokku. Tapi kenapa harus ke desa terpencil ya?, Lagian jauh melintas pulau pula. Wes, aku ora peduli, gak urus. Si Mbok memang lagi pulkam karena ada prosesi pernikahan anak Bu likku, bulan kemaren. 


Ini rumah kami, tapi kenapa anak juragan itu manjanya minta ampun. Perintah sana perintah ini, yang inilah yang itulah. Mules rasa perutku lihat gadis manja gitu. Untung saja wajahnya gemoy, kalau tidak pasti kusampluk sandal. Hadegh, manjanya itu lho, masa sampai kayak anak kecil minta permen. Anehnya mbokku sabar and seperti ada kedekatan emosional yang mendalam dengannya. Mungkin karena sejak masih merah dia sudah diasuh ibuku. Kata si mbok dia sedang mengalami tekanan bathin kayak mau gila. Wajar kalau juragannya yang sibuk ngurusi tambangnya itu harus mengirimkan Jije ke Jawa demi menemui pengasuhnya yang lagi pulkam. 


Dari keluhannya ke ortuku barulah aku tahu kalau dia putus dengan pacarnya yang anak DPR. Konon pacarnya kepincut anak mahasiswi yang lagi penelitian di kebun sawit sana. Dilalah dia lebih cantik dan lebih smart katanya. Wajar kalau Jije ditinggal, lagian manja banget sih. Gegara gadis itu aku harus tidur di Musala depan, baju dan keperluanku harus di sana. Masa sih mondok di rumah sendiri. Wal hasil ruwet and ruwet kayak benang yang silang sengkarut. 


Seperti biasa saat-saat tertentu aku harus ke sawah tuk menyiangi rumput, ngalirkan air, atau memebenahi pematang yang longsor. Hal itu lebih Kusuka tinimbang lihat tuan putri manja itu. Di sawah bisa rehat di dangau, sembari bermain dengan alam. Di dangau itu sukmaku sudah diambang sadar, antara hendak lelap dan tersadar. Nun di kejauhan kudengar suara gadis menjerit. Rumanya si Jije ketakutan saat lihat biawak. Huh ganggu saja, lagi-lagi dia. 

"Mbok kok kesini? saya kan sudah bawa bekal tadi", sergahku agak kesal gegara beliau bawa si manja.

" Oh ini lho aku mau ambil buah kecipir tuk sayur, tadi lupa tidak beli di pasar, di sini kan ada toh?"

" Tapi kok bawa dia?"

" Owh dia takut kalau di rumah sendirian dan katanya mau lihat suasana alam desa di Jawa".

Sudah gede masih saja menggelayut pada mbokku selepas kepergok biawak tadi. Runyamnya lagi dia malah duduk di balai-balai dekatku. Hem..ternyata kalau lihat dari dekat, dia begitu bening cuy.

Semula marahku sudah kutahan hingga di ubun-ubun, tapi saat lihat rambutnya yang tergerai, pipinya yang merona karena dijajah matahari, wih istimiwir cuy. Tapi sayang manjanya tuh, kelewatan. Tatapan padaku seperti hampa and tanpa ekspresi apapun. 

" Hey manusia perempuan yang cantiiiik, kagak usah manja, ntar hilang manisnya".

" Tolong yaa, aku punya nama kok dipanggil manusia".

" Dari pada dipanggil kaleng bekas !".

" Huh yaa Allah, bik, neh anakmu nakaaal".

Melihat responnya itu, benakku berkata agar koneksitasnya bisa disambungkan. 

" Trus namamu siapa?"

" Jije, paggilanku. Di ID saya Azizah Nasution ", jawabnya ketus.

Karenanya aku tak berani tuk.melanjutkannya lagi. 


Si mbok masih saja memetik kecipir di pojok pematang. Batangnya yang menyengkilit pada ajir bambu memudahkan mbok memetiknya. Aku dan Jije diam tanpa kata. Namun tetiba dia bergumam menyenandungkan lagu " Boulevard", ( Dan Byrd ) ada sesuatu yang kian menyelusup ke dalam dadaku. Suara renyahnya kubalas dengan duet tanpa diminta. Mungkin karena suara Baritonku pas dengan Mezzo Sopran nya, terdengar begitu padu. 

" Eh you bisa juga ?", Celetuknya.

" Yah walaupun kau orang desa aku pernah nge-band, dan pernah release beberapa single. Aku tergabung di Viper Band di kota ini". 

Perbincangan sudah mulai terasa nyambung.

Ternyata badmoodnya muncul kembali, and dia kembali senyap selain semilir angin yang mencumbu dedaun di sekitarku. Nyali kembali ciut, takut dia mengalami depresi, bisa tambah runyam. Saat si mbok mengajaknya pulang aku hanya menitip pandang dari kejauhan. Langkah kaki yang ogah-ogahan tangannya disambit mbok agar dia tak terjatuh dari pematang. Aneh justru di dadaku bergetar dan sukmaku terjerat padanya. Walau aku sadar anak babu tak mungkin menyanding permaisuri. Dan mimpi kukubur saja di langit ke 3 sana. Sebelum aku tambah pulas dalam tidur tapi mata terbelalak, kukembalikan sukmaku yang sudah terlalu jauh melanglang ke awang-awang.

Hampir 2 pekan dia mukim singgah di rumah kami. Walau aku harus mengalah dan tidur di musala tapi aku bisa memakluminya bahkan menyenanginya. Tiap hari bisa mencuri pandang pada gerai rambutnya, lentik bulu mata, elok senyumnya. Pokoknya dia adalah bidadari yang lagi terdampar di bumi, begitu pikirku. Kebetahannya tinggal di desa kami telah membuatnya lepas dari luluh lantak hatinya. Dia benar-benar menikmati healingnya.

*****

WAH AKU KULIYAH 

Saat SMA aku taklah dikatakan bodoh, selalu rangkin 1 atau 2 menjadi habitualku. Karenanya saat ikut seleksi masuk PTN aku lolos juga.

Jije memilih kuliyah di Univ Negeri Malang itu berarti dekat dengan tempat kostku. Di bilangan Jl. Ambarawa area kost bagi banyak mahasiswa. Dia pun kost di dekat dengan kostku, Maklumlah aku disuruh menjadi mata-matanya dengan imbalan biaya kuliah dari bapaknya. Ini yang namanya takdir baik lagi berpihak padaku. Tak pernah ada gambaran untuk menjadi anak kuliyahan, tapi nyatanya aku menjadi mahasiswa jurusan arsitek seperti jurusannya. Bagiku jurusan apa saja asal kuliyah tak apalah, apalagi kearsitekturan masih nyambung dengan passionku yang hobi melukis sketsa. 


Demi upah dan uang tips aku sering mengerjakan tugas si anak manja itu. Ya lumayan lah ada uang jajan tambahan. Karena intennya akhirnya kami terasa begitu dekat. Tak ada pembatas anatara anak babu dengan anak juragan. Wajar kalau orang-orang di kampus menyebut Jije adikku. 


Mendekati libur semester ayah Jije datang menyambangi putrinya yang kebetulan aku di tempat kostnya demi mengambil buku-buku untuk referensi tugas yang mau aku kerjakan. Sebenarnya sih bisa cari pdf nya di internet, namun demi melihat bidadari itu aku pakai alasan ngembil buku referensi. Pak Nasution curiga padaku, karena aku lagi di kosannya.

" Lho kok malah di sini, awas ya jangan aneh-aneh, bisa kustop biayamu", katanya sedikit mengancam. Saya hanya sedikit menyampaikan bahwa hendak mengerjakan tugas putrinya. Akhirnya termaklumkan juga. Padahal aku sudah mulai pede untuk menyampaikan rasa pada Jije, namun nyaliku justru kini menjadi ciut seketika. 


Target berikutnya aku harus cumlaude, dengan harapan kelak bisa menggaet si Jije. Pak Prof. Ali sudah mewanti-wantiku agar prestasi dipertahankan bahkan ditingkatkan. Sebagai imbalannya aku hendak dijadikan asisten dosen agar bisa menempuh S2 dengan biaya dari kampus. 

____

Bondowoso, 8 Juni 2023

Minggu, 04 Juni 2023

MADAH CINTA BIDADARI YANG TERLUKA



 MADAH CINTA BIDADARI YANG TERLUKA

Pak Tyqnue Azbynt


Pulang memar, tulang hidung patah, dan pergelangan kakinya retak. Kejadian di KEJURDA IPSI itu menjadi petaka bagi Zahra Elmeera sang bidadari di SMAN 2 di kotaku. Ramai pemberitaan tentang cederanya telah meruntuhkan semangat hidupnya. Bahkan bujukan Sang Master ( Ust. Muhadjir ) untuk tetap menjadi pesilat tangguh kalau sudah recovery dari cideranya. 


Lulus dari SMA, codet di pelipis serta noda yang menghitam di hidungnya tak kunjung hilang, walaupun sudah ditangani spesialis kulit dan kecantikan. Gadis yang menjadi idola remaja itu kini benar-benar tercampak dari belantara persilatan dan dunia remaja. Tak hanya redup bahkan tenggelam sedalam dalamnya.


Masih teringat ketika awal kelas IX dulu aku sempat mendekatinya, walaupun terlalu nekat. Dia begitu sempurna, cantik, atletis, smart dan begitu kaya. Bondo nekat adalah andalanku, karena aku terlalu percaya cerita roman jaman dulu. Mujur tak mampu kuraih, malang yang justru menimpa. Dengan angkuhnya dia menolakku. Menjadi seorang seniman lukis yang kuanggap bisa menjadi pendekat padanya ternyata sia-sia belaka. Tiap pameran tunggalku selalu wajahnya menjadi vocal view di banyak kanvasku. Percuma mendapat penghargaan dari Bupati kalau tak bisa menggaetnya. Tapi nyatanya aku terdepak dari istirahnya. Sebagai kakak kelasnya aku pura-pura tangguh walaupun kenyataannya semangatku runtuh karenanya. Tapi sebagai lelaki semua itu kisbunyikan dengan banyak bermain di studio lukisku. Pak. H.H. Basoeki sang suhu lukisku sering kali menyindir, Jangan urusan luka cinta kau coretkan di kanvas itu, lukisanmu penuh darah dan air mata". Kekata filosofis itu kuacuhkan saja, ' because it's my ambition '.


Masuk sebuah perguruan tinggi di luar kota menjadi alasan agar aku bisa menjauh darinya, apalagi dia adik kelasku. Namun saat aku semester 3 ada seorang bercadar mendekatiku sembari menjulurkan tangannya. Dengan sedikit pincang dia merapat ke sampingku. " Kaka maafkan aku dulu Yach?", katanya. 

" What's?, Dede siapa ya?".

" Aku Zahra, Zahra Admeera yang dulu jadi adik kelas kaka di SMN 2 ".

" Owh yaa kah?". Sambungku sedikit ragu. Ada sedikit tanya pada benak ", adakah dia sudah pulih wajahnya, kalau soal kaki sudah pasti masih belum recovery. And finally aku tak begitu tertarik lagi padanya, karena masih terasa sakit atas penolakannya dulu.


Pasca pertemuan itu kami kembali berteman walaupun tak bisa dikatakan akrab, tapi setidaknya bisa saling menyapa saja kala berpapasan.


" Kaka kenapa kau skip terus saat Ome Tv-ku konek dengan Kaka? Please jangan skip dulu aku mau bicara via WhatsApp and please, kirim nomor W A Kaka", pintanya.

" Kaka nanti kalau mau pulang ke Bondowoso, aku mau ikut ya?, Emm maksudku, aku booking travel dulu and Kaka barengan ma aku, coz aku sedikit kesulitan angkat-angkat koper ", pintanya via pesan WhatsApp. " Oke, sila kirim tanggal dan waktunya, aku ngikut saja".

Pengalaman pertama aku naik mobil listrik yang di-booking Zahra. Bergerak dalam senyap, tak ada suara engine yang menderu. Atas pinta si Zahra agar diputarkan MP3 Remy Salazar kegemaranku. Dan asyik terasa. Zahra yang semua di dekat driver, kini pindah ke belakang merapat ke dekatku. 

" Kaka, aku selama ini benar-benar tak punya harapan, dan hampir putus asa. Satu-satunya asa adalah meminta kembali hasrat Kaka yang dulu diperuntukkan padaku ". Walaupun aku ragu dapat menerimanya, tapi demi menguatkan asanya kucoba saja, dan kelak di kemudian hari harus dilepaskan saat dia benar-benar meraih kembali kepercayaannya. Kubiarkan saja dia bersandar ke bahuku agar tak tersakiti oleh sikapku. 


Saat aku sampai di gerbang depan rumahku, dia malah ikut. Alasannya ingin ke kamar kecil dan rehat sebelum ke rumahnya. Aku biarkan saja, dan mobil travel pun berlalu. 


" Abah, umah, saya Zahra teman mas Didi, mohon maaf numpang kamar kecil", katanya. Bapak dan ibu saya malah menegurku disangka sudah macam-macam di tempat kuliyahan. Kukatakan saja apa adanya. Namun saat si Zahra keluar dari kamar kecil dia malah nekat, " Bah dan Umah, aku dulu diminati mas Didi dan sempat menyatakan cinta, saya menolaknya. Tapi sejak saya cidera dan tak cantik lagi aku ingin meminta restu Abah dan Umah agar mas Didi diperkenankan untuk kucintai ", nekatnya. Dia membuka niqobnya dan memberi tahukan noda cidera di wajahnya. Anehnya Bapak malah menyetujuinya dan akan melamarkan untukku. "Wah ini diluar skenario", begitu batinku. Akhirnya dia kuantar pulang dengan ogah-ogahan setelah mampu meraih simpati bapak ibuku. 


" Le, sini dulu!, Ambil kopi untuk bapak juga untuk kamu!", Begitu pinta bapak saat aku menguak pintu depan sepulan dari rumah Zahra. " Kamu besok-besok bawa si Ening itu ke rumah Pak. Uus di RT 15 sana. Kamu tanya saja tabib sangkal Putung, warga sana pasti tahu. Sebenarnya dia beserta istrinya tak hanya menangani patah tulang tapi juga masalah luka bakar, codet dan lainnya". 

Atas perintah bapak itulah selama 2 bulan aku mengunjungi sang tabib tiap 3 hari sekali. Baru bulan pertama pincangnya sudah teratasi walaupun harus ambil kuliyah online demi perintah bapak. Lalu bagaimana dengan wajah?, ternyata belum apa-apa. 

" Mas boleh kita bicara 4 mata ?",kata Bu. Uus yang menanganinya. Setelah aku ACC barulah aku paham. 

" Karena si Ening itu cantik dan insyaallah bakalan pulih 90%, tolong hati-hati. Saya khawatir masnya ditinggalkan nanti kalau sudah pulih".

Keesokan harinya aku kembali dan memulai penanganan yang menyeluruh.

" Neng tolong janji yaa, tak akan meninggalkan masnya, karena ini berkaitan dengan mistis. Saya khawatir neng dan masnya mengalami kecelakaan", pintanya. Zahra mengangguk tanda mengiyakannya.

" Maaf Bu., Maksudnya gimana ne?", Penasaranku. Bu Uus berbisik, " Gak kok mas ini murni terapi alam, saya hanya menggunakan lulus daun randu yang dicampur madu dan bebrapa ramuan lainnya". 


Sehari berlalu, Zahra menelpon agar aku ke rumahnya. Wajahnya memerah seperti baru ditampar. Dia cemas dan ketakutan. Aku sih malah bangga karena kata sang dukun, itu adalah tanda reaksinya dari pengobatan dan akan sembuh, seperti saat saat diutarakan waktu bertemu 4 mata. 

" Wah...gimana ne, kamu tak tulus berari mencintaiku, kamu ada cadangan lain, kemaren kan bukan ada upaya mistis Bu dukunnya", begitulah ceramahku padanya agar dia tak mau berpaling kalau ditakdirkan sembuh. 


Benar saja Zahra kembali pulih hampir 100%, dan kini benar-benar menjadi milikku. Kubawa dia ke Pelatih silatnya dan ke beberapa guru kami, sebagai ungkapan kebanggaanku. Rata-rata mereka bilang, kok bisa memperoleh Sang Bidadari, padahal aku tak tanpan dan tak kaya pula. Yaa begitulah takdir cinta.

__

Bondowoso, 4 Juni 2023

Sabtu, 03 Juni 2023

MELEPAS GUNDAH PADA SENYUM ARUTALA

 


MELEPAS GUNDAH PADA SENYUM ARUTALA

Pak Tyqnue Azbynt


Langit kamarku serasa runtuh saat panggilan sidang di PN Situbondo, kabupaten tetangga. Tak pernah terbayangkan aku harus mencatat sejarah di Meja Hijau gegara telah melayangkan nyawa seorang bocah di sebuah jalan utama kota itu. 

Sorot-sorot mata tajam telah mempersekusiku dalam pandang. Seakan mereka hendak menghunjamkan meja sidang itu. Maklum saja anak kesayangannya harus mati di tanganku. Mereka tak percaya bahwa mati itu adalah takdir yang terniscayakan. Dan benar saja akhirnya yang kucemaskan terjadilah. Setelah 2x sidang aku ditetapkan bersalah. Alasanku ditampik saja oleh majlis hakim. Bagaimana cara menghindarkan dari peristiwa meninggalnya si bocah ? Di sebuah tikungan menuru tetiba dia menyebrang karena mengejar layangan putus. Dan akhirnya nyawanya tak tertolong karena kepalanya terbertur bamper depan. Darah berceceran keluar dari hidung dan telinganya, dan nyawa pun melayang. 


Di dalam sell aku menemukan dunia lain, dunia yang liar penuh kekerasan walaupun bernama Lembaga Pemasyarakatan. Adu pukul, kekata tak senonoh hampir tiap hari aku temui. Ada juga yang hanya diam dalam persekusi para napi yang lain. Setidaknya ada 3 yang kuanggap damai, dan merrkalah yang menjadi tempat curhatku. 


Seorang Polisi yang sedang piket menemani Sipir pada saat itu datang menjadi makmum saat aku ngimami di Musala tahanan. Mungkin karena bacaanku yang lumayan bagus, dia rela berbetah-betah di sana. sebatang rokok sempat diberikan padaku pun begitu pada 2 temanku yang juga salat bersamaku. 


Pak Ganjar begitulah nama Pak Pol itu. Saat dia kenalkan diri dan mengulik-ngulik kenapa aku terdampar di bui itu. Dari sanalah aku kenal lebih dekat dengannya. Konon dia punya saudara yang ternyata menjadi tetanggaku di Bondowoso. Kenal dengan Pak Pol itu sedikit memberikan ketenangan bagiku. Setidaknya sebungkus rokok selalu dia berikan padaku tiap pekan.

Pulang mondok dari bui aku bagai lahir kembali, duniaku kini bebas. Dapat kutemukan lagi suara ayam di halaman belakang, suara anak-anak berteriak gembira. Namun masih ada sisa yang tak bisa kuhapus dengan segera. Sematan mantan napi menjadi titelku. Semua mencibir tanpa melihat alasannya. Karenanya aku ke rumah Pak Pol yang baik itu, agar dijadikan sebagai pekerja apapun di rumahnya. 


Atas jasa Pak Ganjar Pak Pol itu, aku didapuk sebagai sopir pick up saudaranya yang justru tetanggaku itu. Kerjaanku kini menjadi pengangkut barang yang mangkal di area kota kulon. Ketela, kayu, pasir dan lain-lain menjadi penumpangku. Semula aku memang ragu kembali bekerja di belakan kemudi mobil, karena lantaran kerjaan sopir itu aku harus dibui. 


Aku layani majikanku dengan sepenuh hati, bahkan setoran penghasilan harian sengaja aku sisihkan dan kusimpan di Bank untuk.biaya perawatan mobilnya. 7 tahun sudah aku bekerja dan nyaris biaya perbaikan mobil tak pernah minta pada juraganku. 


Anak juragan yang sudah SMA itu pun sering kali aku yang mengantarkan ke sekolah atau ke tempat les. Kuanggap seperti saudaraku, hingga aku betul-betul perhatian terhadapnya. Ketika ku tahu dia berpacaran dengan anak Genk yang tak baik aku selalu mencegah dan melindunginya. Namun sayang seribu sayang, keluarganya menganggap aku hendak memilikinya. 


"Kamu jangan macam-macam pada anakku, biarkan dia bergaul dengan orang yang pantas dan se-level dengannya, bukan mantan napi sepertimu!", katanya tegas. "Tapi mereka anak Genk yang tak baik", Boss. 

"Kamu jangan sok suci, mantan napi aja belagu".  

Demi melindungi hati dan perasaan kupilih untuk hengkang dan pamit berhenti. Aku memilih menjadi tukang bakso keliling walaupun hanya tukang Sorong gerobaknya. Saat rehat sembari menunggu pembeli di trotoar Alun-alun kuadukan semua pada angin malam.sembari melepas Gundah pada Senyum arutala.

___

Bondowoso, 3 Juni 2023

Jumat, 02 Juni 2023

BILA HATI SEDANG RINDU

Pict source. Instagram Beautifuldixe

 BILA HATI SEDANG RINDU

Pak Tyqnue Azbynt


Hujan kembali membasahi hatiku bagai dulu saat dia membersamaiku. Kudapan kecil dan teh hangat penyela saat dingin melanda. Senyum renyah bersama cecanda tentang cita masa depan kami.


Mas Razli memilih belajar di negeri Jiran sedang aku terdampar di sebuah pesantren salaf di kotaku. Pulang mudik hanya 2x setahun, saat jelang Idul Fitri, dan saat bulan Maulid. Dia tak pernah diketahui kapan pulangnya dan tak pernah ada kontak yang bisa saya hubungi saat aku pulang dari pesantren.


Menjelang idul Fitri, 2 tahun yang lalu aku dengar kabar dari temanku yang kenal dengan keluarganya bahwa dia sudah memperistrikan orang Brunai. Semula aku tak percaya karena komitmen kami adalah saling percaya dan saling menjaga. 


Aku pulang nyantri dengan hati remuk, lelaki idamanku rebah di pelukan orang lain. Setahun sudah aku berusaha melapaskan semua cerita yang pernah kami gurat bersama di dinding hati kami. 


Idul Fitri tahun lalu tak bisa lagi kukirim kartu ucapan melalui keluarganya yang sesekali masih bisa aku hubungi saat mudik mondok. Maklumlah di pesantren tak diperkenankan memegang HP sehingga kami benar-benar diskonek dengannya. Lebih parah lagi saat kudengar tentang dia yang konon telah beristri orang lain. Hancur nian hati rasanya dan tak ingin lagi kudengar berita tentangnya. 


Aku yang semula memilih Ghurfah Bahasa Arab karena bercita-cita bisa membarsamainya dengan kemampuan bahasa, karena pergaulan dia yang manca negara. Ya sedikitnya aku bisa mengandalkan bahasa Arabku. 


Semenjak kabar dia telah dibersamai orang lain, asa kuganti dan beralihlah ke Ghurfah Tahfiz. Di tempat baru inilah aku menemukan damai. Walaupun hanya 10 juz hafalanku, lumayanlah bisa kumpul-kumpul dengan para senior di berbagai event mewakili pesantren kami. 


Rabiul awal tiba, pulangan pesantren bagi semua santri menjadi dambaan tuk menuntaskan sisa rindu mereka, begitu pun aku. Kudapati kembali beranda tempat aku dulu, dan memorinya terkuak kembali. Hujan kembali tiba dan semua cerita dulu satu persatu melayang di benakku.

Tanpa kusadari banjir di mataku diketahui Abah dan umah apalagi sedu tangisku tak bisa kututupi. Umah ikut menangis sementara Abah malah membentukku agar tegar dan harus tunjukkan bahwa kita tak merendahkan diri demi cinta. Di bulan itu memang di mana-mana ramai orang shalawatan, dan mengaji yang di on kan pada Toa mushala, atau masjid-masjid. Maklumlah kami masih menjaga tradisi religiusitas kami. Karena aku hafal Al-Qur'an 10 juz dan suaraku lumayan bagus, beliau menyuruhku tuk mengaji dengan tilawah lagu Jiharkah kegemaran beliau. " Lupakan kisahmu bersama lelaki pembohong itu, hayo sana ke mushala depan Abah ingin dengan suaramu hasil di pesantrenmu", begitu seru beliau. 


Aneh, tumben di depan rumah ramai orang lewat dan sesekali melihat ke arahku. Yang menjadi pengacau bacaanku saat mas Razli bersama Wak Kosim ayahnya datang ke mushala dan bertanya hendak menemui Abah yang kebetulan ada di balai-balai di halaman belakang. Dari situlah baru aku tahu kalau mereka hendak meminangku, tapi Abah menolaknya dengan halus, ya alasannya tidak mau anaknya dijadikan poligaminya. Suasna menjadi panas saat aku dipanggil dan menanyakan kesediaan untuk mendampinginya. Kunyatakan penolakanku dengan alasan tak mau merusak rumah tangga orang lain. " Bukankah adik yang telah nikah dengan ustaznya di pesantren?".

" Jangan cari alasan mas kalau masnya memang beristri orang Brunai itu".

" Kata Zainab".

"Lah katanya si Adik yang telah memulai nikah duluan dengan ustaznya, itu pun kata Zainab sehingga dia menawarkan diri tuk menjadi penggantimu, dan aku masih berharap bisa menunggu jandamu", katanya. 

" Ngawur aja ...saya masih suci mas". 

Tapi Abahku tak serta-merta menerima lamaran itu, takut itu tipuan bulus belaka. Beliau memberi syarat baleh bertunangan asal, aku hafal 30 juz dan mas Razli pulang dengan membawa titel kesarjanaannya. 

____

Bondowoso, 2 Juni 2023

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...