Total Tayangan Halaman

Selasa, 20 Juni 2023

Penghuni Gerobak

 


PENGHUNI GEROBAK

Pak Tyqnue Azbynt


Takdir menjadi salah satu mahasiswa yang lolos free college di Badan Riset Inovasi Nasional adalah kebahagiaan tersendiri bagi Andano. Sebagai anak seorang petani yang tak berkecukupan dia menyadari betul keadaanya pasti menyiksa jiwa raga sang ortu di rumah. Otak dan hatinya berperang, menolak atau melakoni program itu. 


Uang kost di kampusnya belum terbayar kini harus membayar kost di tempat barunya di bilangan Serpong Tanggerang. Dan ternyata harganya 2x lipat dari pada di Malang tempat dia ngampus. Dengan bondo nekat dia paksakan jua, padahal andai terputus tengah jalan dia harus mengganti rugi semua biaya selama 6 bulan.

Ongkos ke tempat baru tersedia sudah. Dengan kereta api berangkat dini hari. Cemas dan pasrah selalu berganti posisi di otaknya. Di dalam kereta dia bertemu dengan bebrapa mahasiswa dari kampus lain. Tak hanya lain kampus, tapi juga lain Propinsi dan juga lain latar belakang. Dia memilih bungkam karena inferior dengan keadaannya. Singkat cerita dia tiba jua di tempatnya magang kuliyah merdeka menunaikan tugas semester ke 6 dari kampusnya. Semua temannya telah booking tempat kost sementara Andano masih bingung harus kemana? Sementara teman-temannya memilih kost yang hanya personal dan tak mungkin numpang. 


Sebuah musala di mulut gang menjadi tempat dia rehat melepas penat walau sebentar saja. Dari arah selatan tempak seorang bapak-bapak yang sudah tampak renta menuju musala itu. " Masnya dari mana?, sepertinya asing ne", sapanya sembari melepas songkok laken yang sudah lusuh itu.

"Saya dari Jawa timur pak,di sini saya benar-benar terasing dan tak tahu harus bagaimana", begitu keluhnya. Disampaikan semua ikhwalnya dan dilalah sang bapak mengajaknya untuk berdiam di gerobaknya. Dan kalau charging laptop atau hp bisa ngampung di Musala itu, karena dia biasa ngampung cas di tempat itu. Perbincangan itu menjadi penguak asa Andano. 


5 bulan sudah dia menjadi manusia gerobak tanpa ada yang mengetahuinya. Mungkin karena dia selalu pulang dari tempat prakteknya selalu belakangan hingga tak terdeteksi tentang keberadaannya. Namun hari itu jati dirinya terkuak jua saat Prof. Dr. Mahmud memergokinya saat mengumpulkan gelas dan botol air mineral di bak sampah laboratorium BRIN. Sebagai mahasiswa dia masih saja berkilah kalau dia ini melakukan penelitian manusia urban. Dan pak Prof itu hanya menggut-manggut saja. Entah memahami atau hanya mengalihkan situasi yang sepertinya Andanu sedikit gelagapan. 


Saat diskusi tentang antropologi kota, Andano sedikit tersulut emosinya kala seorang peserta berargumen bahwa masyarakat urban hanya meyampah di kota dan menjadi beban sosial saja. Sekali lagi Profesor sang mentor kembali menelisik Andano lantaran agitatif dalam berdiskusi. 


6 bulan sudah berlalu tinggallah pengumuman dan pemberian piagam hasil magangnya. Pas malam Ahad bulan Juli di tanggal 23 malam inagurasi dan penganugerahan mahasiswa terbaik. Dilalah sang manusia gerobak itu terpilih menjadi The best researcher. Andano di daulat untuk berpidato tentang kesan pesan selama ikut kuliyah merdeka di BRIN itu. Dengan gemetar dia bertutur sambil menangis. 

" Bapak.ibu mentor, serta rekan rekanita sekalian, demi menuntaskan dan mengikuti program ini, saya harus hidup di dalam gerobak bersama pemulung yang biasa mangkal di depan gang Musala itu. Tak ada satu pun rekan rekanita mengetahui derita dan perjuanganku selama itu. Saya tak ingin membebani Pak dan Emakku di kampung yang urusan makan mereka saja kesulitan. Mohon momen ini ada yang memvideokan sebagai bukti kepada Pak dan Emakku bahwa aku benar-benar kuliyah. Tak seperti kata tetangga yang dikata kuli di kota besar. Pak Emak restumu adalah ruh juangku".

____

Bondowoso, 20 Juni 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...