Total Tayangan Halaman

Minggu, 04 Juni 2023

MADAH CINTA BIDADARI YANG TERLUKA



 MADAH CINTA BIDADARI YANG TERLUKA

Pak Tyqnue Azbynt


Pulang memar, tulang hidung patah, dan pergelangan kakinya retak. Kejadian di KEJURDA IPSI itu menjadi petaka bagi Zahra Elmeera sang bidadari di SMAN 2 di kotaku. Ramai pemberitaan tentang cederanya telah meruntuhkan semangat hidupnya. Bahkan bujukan Sang Master ( Ust. Muhadjir ) untuk tetap menjadi pesilat tangguh kalau sudah recovery dari cideranya. 


Lulus dari SMA, codet di pelipis serta noda yang menghitam di hidungnya tak kunjung hilang, walaupun sudah ditangani spesialis kulit dan kecantikan. Gadis yang menjadi idola remaja itu kini benar-benar tercampak dari belantara persilatan dan dunia remaja. Tak hanya redup bahkan tenggelam sedalam dalamnya.


Masih teringat ketika awal kelas IX dulu aku sempat mendekatinya, walaupun terlalu nekat. Dia begitu sempurna, cantik, atletis, smart dan begitu kaya. Bondo nekat adalah andalanku, karena aku terlalu percaya cerita roman jaman dulu. Mujur tak mampu kuraih, malang yang justru menimpa. Dengan angkuhnya dia menolakku. Menjadi seorang seniman lukis yang kuanggap bisa menjadi pendekat padanya ternyata sia-sia belaka. Tiap pameran tunggalku selalu wajahnya menjadi vocal view di banyak kanvasku. Percuma mendapat penghargaan dari Bupati kalau tak bisa menggaetnya. Tapi nyatanya aku terdepak dari istirahnya. Sebagai kakak kelasnya aku pura-pura tangguh walaupun kenyataannya semangatku runtuh karenanya. Tapi sebagai lelaki semua itu kisbunyikan dengan banyak bermain di studio lukisku. Pak. H.H. Basoeki sang suhu lukisku sering kali menyindir, Jangan urusan luka cinta kau coretkan di kanvas itu, lukisanmu penuh darah dan air mata". Kekata filosofis itu kuacuhkan saja, ' because it's my ambition '.


Masuk sebuah perguruan tinggi di luar kota menjadi alasan agar aku bisa menjauh darinya, apalagi dia adik kelasku. Namun saat aku semester 3 ada seorang bercadar mendekatiku sembari menjulurkan tangannya. Dengan sedikit pincang dia merapat ke sampingku. " Kaka maafkan aku dulu Yach?", katanya. 

" What's?, Dede siapa ya?".

" Aku Zahra, Zahra Admeera yang dulu jadi adik kelas kaka di SMN 2 ".

" Owh yaa kah?". Sambungku sedikit ragu. Ada sedikit tanya pada benak ", adakah dia sudah pulih wajahnya, kalau soal kaki sudah pasti masih belum recovery. And finally aku tak begitu tertarik lagi padanya, karena masih terasa sakit atas penolakannya dulu.


Pasca pertemuan itu kami kembali berteman walaupun tak bisa dikatakan akrab, tapi setidaknya bisa saling menyapa saja kala berpapasan.


" Kaka kenapa kau skip terus saat Ome Tv-ku konek dengan Kaka? Please jangan skip dulu aku mau bicara via WhatsApp and please, kirim nomor W A Kaka", pintanya.

" Kaka nanti kalau mau pulang ke Bondowoso, aku mau ikut ya?, Emm maksudku, aku booking travel dulu and Kaka barengan ma aku, coz aku sedikit kesulitan angkat-angkat koper ", pintanya via pesan WhatsApp. " Oke, sila kirim tanggal dan waktunya, aku ngikut saja".

Pengalaman pertama aku naik mobil listrik yang di-booking Zahra. Bergerak dalam senyap, tak ada suara engine yang menderu. Atas pinta si Zahra agar diputarkan MP3 Remy Salazar kegemaranku. Dan asyik terasa. Zahra yang semua di dekat driver, kini pindah ke belakang merapat ke dekatku. 

" Kaka, aku selama ini benar-benar tak punya harapan, dan hampir putus asa. Satu-satunya asa adalah meminta kembali hasrat Kaka yang dulu diperuntukkan padaku ". Walaupun aku ragu dapat menerimanya, tapi demi menguatkan asanya kucoba saja, dan kelak di kemudian hari harus dilepaskan saat dia benar-benar meraih kembali kepercayaannya. Kubiarkan saja dia bersandar ke bahuku agar tak tersakiti oleh sikapku. 


Saat aku sampai di gerbang depan rumahku, dia malah ikut. Alasannya ingin ke kamar kecil dan rehat sebelum ke rumahnya. Aku biarkan saja, dan mobil travel pun berlalu. 


" Abah, umah, saya Zahra teman mas Didi, mohon maaf numpang kamar kecil", katanya. Bapak dan ibu saya malah menegurku disangka sudah macam-macam di tempat kuliyahan. Kukatakan saja apa adanya. Namun saat si Zahra keluar dari kamar kecil dia malah nekat, " Bah dan Umah, aku dulu diminati mas Didi dan sempat menyatakan cinta, saya menolaknya. Tapi sejak saya cidera dan tak cantik lagi aku ingin meminta restu Abah dan Umah agar mas Didi diperkenankan untuk kucintai ", nekatnya. Dia membuka niqobnya dan memberi tahukan noda cidera di wajahnya. Anehnya Bapak malah menyetujuinya dan akan melamarkan untukku. "Wah ini diluar skenario", begitu batinku. Akhirnya dia kuantar pulang dengan ogah-ogahan setelah mampu meraih simpati bapak ibuku. 


" Le, sini dulu!, Ambil kopi untuk bapak juga untuk kamu!", Begitu pinta bapak saat aku menguak pintu depan sepulan dari rumah Zahra. " Kamu besok-besok bawa si Ening itu ke rumah Pak. Uus di RT 15 sana. Kamu tanya saja tabib sangkal Putung, warga sana pasti tahu. Sebenarnya dia beserta istrinya tak hanya menangani patah tulang tapi juga masalah luka bakar, codet dan lainnya". 

Atas perintah bapak itulah selama 2 bulan aku mengunjungi sang tabib tiap 3 hari sekali. Baru bulan pertama pincangnya sudah teratasi walaupun harus ambil kuliyah online demi perintah bapak. Lalu bagaimana dengan wajah?, ternyata belum apa-apa. 

" Mas boleh kita bicara 4 mata ?",kata Bu. Uus yang menanganinya. Setelah aku ACC barulah aku paham. 

" Karena si Ening itu cantik dan insyaallah bakalan pulih 90%, tolong hati-hati. Saya khawatir masnya ditinggalkan nanti kalau sudah pulih".

Keesokan harinya aku kembali dan memulai penanganan yang menyeluruh.

" Neng tolong janji yaa, tak akan meninggalkan masnya, karena ini berkaitan dengan mistis. Saya khawatir neng dan masnya mengalami kecelakaan", pintanya. Zahra mengangguk tanda mengiyakannya.

" Maaf Bu., Maksudnya gimana ne?", Penasaranku. Bu Uus berbisik, " Gak kok mas ini murni terapi alam, saya hanya menggunakan lulus daun randu yang dicampur madu dan bebrapa ramuan lainnya". 


Sehari berlalu, Zahra menelpon agar aku ke rumahnya. Wajahnya memerah seperti baru ditampar. Dia cemas dan ketakutan. Aku sih malah bangga karena kata sang dukun, itu adalah tanda reaksinya dari pengobatan dan akan sembuh, seperti saat saat diutarakan waktu bertemu 4 mata. 

" Wah...gimana ne, kamu tak tulus berari mencintaiku, kamu ada cadangan lain, kemaren kan bukan ada upaya mistis Bu dukunnya", begitulah ceramahku padanya agar dia tak mau berpaling kalau ditakdirkan sembuh. 


Benar saja Zahra kembali pulih hampir 100%, dan kini benar-benar menjadi milikku. Kubawa dia ke Pelatih silatnya dan ke beberapa guru kami, sebagai ungkapan kebanggaanku. Rata-rata mereka bilang, kok bisa memperoleh Sang Bidadari, padahal aku tak tanpan dan tak kaya pula. Yaa begitulah takdir cinta.

__

Bondowoso, 4 Juni 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...