Total Tayangan Halaman

Rabu, 31 Mei 2023

MENGENTAS RINDU KAWAN LAMA

 MENGENTAS RINDU KAWAN LAMA


Pak Tyqnue Azbynt


Sebuah motor cowok Suzuki GP 100, menepi di halaman rumahku. Saat kukuak pintu depan mereka tersenyum menggesturkan pernah kenal. Aku pun senyum pada mereka sembari menyilahkan ke ruang depan. Mas Noor dan Bak Yuny begitulah saat mereka memaparkan jati dirinya. Temu awal yang langsung akrab. 


" Pak, kami hendak menyandera bapak untuk melatih lukis dan kaligrafi anak-anak kami di Matsada", kata mas Noor. Sebagai budak seni, aku pun mengiyakannya. Lagian tawaran asyik tuk bermain warna di atas kanvas. Sesekali kami ditemani Mas Noor dan Bak Yun, saat melatih 2 muridnya itu. Bilur-bilur cinta merek dapat kurekam jelas dari kedua anak manusia itu. Rupanya semangat cinta juga membenih pada kedua anak muridnya itu. Eliza calon perupa dan Kurdi calon kaligrafer. Semangat cinta yang kemudian membuahkan prestasi, Eliza hanya sampai juara 1 karesidenan Besuki sementara Kurdi Sampai juara 1 Propinsi Jawa timur. Lirikan kedua murid itu saat bermain warna begitu menumbuhkan rasa estetika. Nun di beranda madrasah sang Guru juga asyik membincangkan program ke-OSIS-an di Matsada.  


Porseni usai sudah medali sudah di tangan, dan aku begitu bahagia anak-anakku bisa juara. Cinta membuahkan prestasi walaupun cinta itu tak secara tegas dikatakan, tapi goresan-goresan di kanvasnya kurasakan betul nuansanya. Pilihan warna, sapuan kuas menyentuh mesra pada kanvas yang mereka buat. Dua sejoli yang saling menguatkan, cinta sang guru dan asmara anak murid yang masih ABG. Lalu...?, Semalam aku kembali bertemu dengan Mas Noor di sebuah gelaran " Pengukuhan Widia Iswara" di kampus kami. Beliau menjadi WI sedang aku masih tetap menjadi kuli ilmu di MTs. Temu itu telah membuka jutaan helaian kabut masa lalu kami. Memang cinta Mas Noor dengan Bak Yuni kandas karena beda arah tujuan, begitupun Eliza dan Kurdi . Si cowok memilih mondok sedang Eliza melanjutkan ke sebuah SMA di kota sebelah. Tapi apapun alurnya, cerita cinta memang susah ditebak finalnya.

__

Bondowoso, 31 5 23

Minggu, 28 Mei 2023

SAAT HUJAN REDA

 


SAAT HUJAN REDA

Pak Tyqnue Azbynt


Dari lubang kecil di jendela selalu saja aku mengintip bapakku selepas hujan malam. Amben kecil di teras rumah selalu menjadi good mood area baginya. Melinting rokok, menghisapnya dalam-dalam lalu melambungkan asapnya ke langit 7. Saat itu tak tahu, kuanggap bapakku mengasyikkan diri dan tak mau di ganggu.


Sepeninggalnya bebrapa puluh tahun silam perlahan kupelajari makna dari perjalanan hidupnya. Kuingat kembali saat itu sore hari sepulang madrasah kusampaikan perihal uang madrasah yang mesti dilunasi demi ikut semester. Beliau hanya bilang, " yaa besok lusa aku lunasi". Selalu kekata itu menjadi pembungkam cerewetku. Memang kala itu aku tak tahu. Kini hujan itu datang kembali tuk mengungkap cerita yang belum kukuak lebar-lebar maknanya. Memang duduk menyendiri sembari melambungkan asap rokok selepas hujan malam adalah saat terindah untuk gila pada angan-angan. Uang sekolah anak, asap di dapur yang harus ngebul, rumah yang mesti diperbaiki, de es be. Semua itu tersengkilit di imaji-imaji yang kadang terlalu sulit mengendalikan kembaranya. Angin dingin kuacuhkan saja, kunikmati nyanyian jangkrik yang seperti meledekku. Kelebat kilat seusai hujan kadang menghardikku bersama geram petir yang sesekali mengingatkanku agar ingat pada Nya.


Kopi dingin habis sudah, malam kian larut, sedang bintang belum.juga muncul. Rupanya awan tetap saja menebal menghadang Kerlip gemintang di sana. Bapak, maafkan jika dulu aku meminta segera melunasi semua tanggungan madrasahku. Kini aku telah menjadi ayah sepertimu dulu, biarkan aku menikmati rasa cemas sepertimu, agar aku tahu berterima kasih atas peluh yang menyuburkan tanaman ilmu di otakku. Ya Allah ya Rabb, berilah ampunan pada ayah bundaku, ridhoilah mereka menjadi penghuni surga Mu. Allahummaghfir Lahuma warhamhuma wa afihima wa'fu anhuma..aamien.

___

Teras rumah, 28 Mei 2023

ANGEL TUTURANE



 ANGEL TUTURANE

Pak Tyqnue Azbynt


Si Embah meminta kami agar tetap menyintas di sebuah kanal TV Arab yang sedang menayangkan ulang Real Madrid vs Barcelona. Padahal itu sudah berkali-kali di tayangkan yang bagi kami sudah expired. Tak menarik plus menjenuhkan karena sudah berkali-kali menyaksikannya. 


Kami para cucunya mencoba memindahkan Chanel TV lain dengan menggunakan H P sebagai remotenya. Tapi lagi-lagi si Embah meminta untuk mencari Chanel yang sebelumnya. Kami sampaikan bahwa itu sudah tayangan lama. " Ra urus, pokoknya jangan ganti siaran ini", katanya antusias. Kami para cucu menganggap belaiu sudah mulai pikun, sebab kasenangannya biasa Ketoprak, Campur sari, atau Wayang Kulit. Kok mendadak pencandu bola saat usia sudah uzur.


Si Mamang sudah mulai kesal dan mengubah siarannya dengan siaran dangdutan. Si Mbah malah berkali-kali baca istighfar. Wah benar-benar sudah pikun beliau, begitu pikirku. 

" Lha piye toh, lah wong tadi walaupun bal-balan masih ngaji, kui orang Arab main bal Sik pancet ngaji. Kok malah diganti dangdut", jelasnya.

" Itu bukan ngaji kek, itu siarannya pakai Bahasa Arab, bukan ngaji".

"Yaaah ngapusi, pokoknya stel yang kek tadi", pintanya sedikit marah. Si Mamang tetap bikin usil malah cari Siarang musik MTV music Arab yang berpakaian bikini-bikini. 

" Haaah, ngaji kok malah ngene, ...rusak dunyo Iki wisss. ".

Para cucunya malah senyam senyum.

___

Bondowoso, 28 Mei 2023

Sabtu, 27 Mei 2023

GRIYA SINGGAH SISI KALI


GRIYA SINGGAH SISI KALI

Pak Tyqnue Azbynt

Malam masih semenjana saat kulewati Ambarawa. Suasana sedikit lengang karena rinai gerimis masih saja mencumbu bumi. Sebenarnya aku pun ogah keluar di malam hari kalau tak karena menuntaskan laporan mengajar di kampus. Dan walau ogah-ogahan dan perasaan lagi badmood, demi tugas aku melangkah jua. 


Rengek perut meminta sapaan kudapan telah mengganggu konsentrasi. Laporan berkali-kali salah dan tertolak. And Finally aku harus sedikit refreshing menuju ' Bakso Lambada ' di bilangan komplek SMA 08 Republik kopi  Sebenarnya tak sampai 5 menit harusnya sudah sampai. Tapi saat melewati jembatan ' Gledheg Pegghek ' , aku hilang kesadaran. Yang kutahu kepalaku sudah dibebat perban dan tinggal di tempat yang asing. "Dimana aku?", Itu yang sempat kugumamkan sembari meringis kesakitan di beberapa bagian kakiku yang memar.

Ruangan yang besar, harum, dan ber-AC, serta aksesoris bunga anggrek phalaenopsis kuning bercak ungu berada di atas meja kecil di dekatku. Tak ada sesiapa yang membuatku bingung dengan keadaan itu. 


"Assalamualaikum, oh bapak sudah siuman?, tadi memang sengaja disuntik perada nyeri oleh tim medis di sini, agar bapak tidak mengigau dan menggerutu saat tidak sadarkan diri", jelasnya. Tapi siapakah gerangan yang begitu peduli padaku ini?, Apakah dia telah menabrakku, ataukah aku terjatuh saat berkendara? Semua pertanyaan itu berkecamuk di otakku. Tapi karena saya disuruh tenang dan tak berpikir yang berat-berat olehnya, aku pun manut saja. " Oh ya, saya Arline  mahasiswi bapak yang di semester 3 yang selalu duduk di pojok kanan paling depan saat bapak ngajar kami". Di otakku tak ada orang yang secantik itu di kelasku ngajar. Tapi aku tak paksa berpikir jauh karena kepala masih pusing.

Dia kembali ke ruangku sembari membawa susu hangat untuk menenangkan pikiran katanya. Saat kuteguk tanpa sengaja aku menanyakan tentangnya dan juga kenapa aku di tempat itu. " Bapak sekarang ada di ruang utama hotel ' Griya Singgahh Sisi Kali' Sang iadi bapak tertubruk mobil tamu kami dari Jerman yang pulang Kawah Ijen  setelah 2 hari di sana. Pengelola hotel memilih opsi agar bapak ditangani medis sini asal ada kesepakatan pihak keluarga. Karena saya tahu bapak, maka saya katakan bahwa bapak adalah keluargaku. Oh yaa saya Arline Mazaya yang kalau ngampus memakai niqob itu. Di sini ada peraturan tak boleh bercadar, makanya saya tanggalkan cadar saya demi rupiyah tuk bayar kuliyah saya". Jelasnya dengan tenang.

Wah, kok malah cantik banget ya mahasiswiku kalau menanggalkan niqobnya. Rasanya sakit dan pusing di kepala hilang saat berbincang dan melihatnya tersenyum. Nafsu asmara justru menjajah otakku. Sakit? Hilang. Laporan? Gak urus. Keluarga di rumah? Tinggal telpon aja bahwa aku lagi menuntaskan laporan dan tinggal di asrama dosen. Gitu kan beres. Lagian di rumah hanya bapak dan adik-adikku. Saatnya mencari pendamping ne, begitu sinyal cinta merah jambu di otakku. 


"Sebenarnya bapak sedang menuntaskan laporan untuk persiapan pendampingan mahasiswa semester 6 ke Australia, karena Masalah ini pasti aku diganti oleh dosen yang lain, padahal obsesiku adalah menjadi Academic Advicer saat ke Ausy. Kalau aku tuntut hotel ini, malah kena kamunya, lha wong kami ngaku keluargaku". Dia mulai kebingungan atas penjelasanku. 

" Trus gimana pak...?, Saya harus gimana agar bisa mewujudkan obsesi bapak?, Apa bisa saya yang buat laporan, ya tentunya dengan bimbingan bapak". Kujawab entahlah, karena aku tak mau pusing, tapi moment itu sebenarnya telah mengubur obsesiku karena ada senyum manisnya. Dia kusuruh kembali ke tempatnya karena aku mau rehat dulu, tapi kalau ada hal urgen aku memintanya agar bisa datang ke ruangku.

Sebenarnya aku rada kaku bersemuka dengan orang cantik walaupun dia mahasiswiku. Kubuat rencana nakal tuk mengisenginya dan menjebaknya dalam kalang asmaraku, lagian aku terlalu lama jomblo. Bukan karena keasyikan sebagai budak kampus, tapi sebenarnya aku kurang pede. Dengan tipu-tipu ilmiyah aku menutupi kecemasanku dalam hal berelasi dengan cewek. " Mazaya, bisa kemari sejenak and tolong bawakan air hangat!". Dia pun bersegera menuju kamarku walaupun waktu sudah pukul 22.00,. Yang sebenarnya riskan baginya. Aku menyadari hal itu. " Oh yaa tolong dikompres punggungku, rasanya nyeri dan kaku", kilahku. Dengan memohon maaf dia mulai mengikuti perintahku, kaku dan gemetaran. Aku pun sama gemetaran. " Kenapa pak kok gemetar?" Aku jawab sekenanya bahwa sangat nyeri. 

"Apa kamu nyeri juga kok sama gemetaran?"

" Maaf bapak, saya tak pernah bersentuhan dengan lelaki lain mahram, apalagi guru atau dosen saya. Mohon maaf pak kalau justru kompres ini membuat bapak kian nyeri ", katanya ragu.

" Mazaya, Mazaya, hemm ".

" Ya bapak".

" Coba kompresnya tanpa waslap, cukup kamu bilas dengan air hangat saja. Oh yaa, kenapa ya kok nyeri sampai ke dada?"

" Apa kena benturan bapak?"

" Ya"

" Bagian yang mana bapak?".

" Itu di punggung yang kamu sentuh, benturan dengan tanganmu. Sumpah aku baru kali ini disentuh wanita selain almarhumah ibuku. Moga yang menyentuh ini bisa menjadi awal sentuhan yang bisa menjadi ibu anak-anakku kelak", kekataku menjadi lancar karena kami hanya berdua. 


Dia pun beringsut segera keluar dan menjauh dariku. Wah salah langkah ne aku, begitu benakku. 

" Bapak terpaksa saya keluar dan hanya jawab lewat pesan WhatsApp ini. Saya benar-benar kaget dan tak percaya, benarkah kekata bapak?. Jika memang benar maka, buktikan, dan video call keluarga saya di rumah, dan kita bisa konfrens. Oh yaa Mazaya sangat beruntung dan menerima kinayah yang bapak sampaikan tadi. Mohon maaf saya terlalu kaget menerima anugerah indah ini", katanya via WhatsApp. Tanpa peduli nyeri di sekujur tubuhku, kudatangi dia yang biasa sebagai office accounting dan bekerja malam hari karena siangnya harus kuliyah itu. 

"Lho...bapak, kok memaksa jalan kemari, kan lagi sakit".

" Ah kamu adalah obatku".

Kugamit tangannya sembari mencium penuh kesungguhan. Kulihat bibirnya gemetar dan butiran air matanya meluncur berjatuhan.

____

Bondowoso, 27 Mei 2023

Jumat, 26 Mei 2023

GADIS PEMETIK KOPI




 GADIS PEMETIK KOPI

Pak Tyqnue Azbynt


Akhir Juni libur sekolah mulai sudah. Kami Geng Pecinta Alam punya agenda tersendiri tuk mencumbu alam bebas di tempat yang asing dari keramaian kota. Sebuah Fila di lereng Gunung Argopuro menjadi titik sasar kami tuk berkemah selama beberapa hari, karena di sekitar fila itu lumayan datar dan lapang juga ada solar Cell yang menjadi lentera gratis bagi kami. Konon Fila itu milik salah satu pejabat di kota. Kami tak mau ambil pusing tentang siapa pemiliknya yang penting kami berada di luar pagarnya.


Sabtu sore selepas membeli stok makanan di sebuah minimarket dekat kecamatan Curahdami, kami bergegas ke jalan utama menuju Argopuro. Debu dan angin yang menggoda diacuhkan saja karena alam adalah sahabat kami. Kian asyik ketika mendekati area, matahari sudah kian condong. Itu artinya di area kemah nanti kami bisa menyaksikan permainan mural senja saat matahari hendak pulang ke peraduan. Wih asyik pokoknya. 


Sesampai di Fila itu ternyata ada yang tak biasa, biasanya hanya Pak Kasan sang penjaga yang menungguinya, tapi saat itu ada orang bule yang lalu lalang di teras bercat jingga itu. "Wah kesempatan belajar bahasa Inggris ne", begitu pikirku. Kutata mental agar berani berbicara dengannya, karena bercengkrama dengan alam lebih mudah daripada berbicara dengan orang yang beda bahasa.

Ada 2 gadis berambut pirang yang sedang memunguti rumbai bunga ilalang lalu disatukan dalam satu ikatan. Diletakkan di dalam vas rotan, di dalamnya disela bunga Bougenville warna kuning tua, putih dan ungu muda. Sedikit ranting dan beberapa daun kadaka. Kok bagus ya?, Benakku. Karena sudah kian senja aku lebih peduli pada teman-teman yang sedang merapikan persiapan bermalam. 


Memasak tanpa api, mie, dan irisan sosis menjadi menu ala-ala sore itu. Sementara lampu lampu di fila itu menyala sudah. Di ufuk barat langit sudah ungu tua ke abu abuan melapas senyum manja mentari pada kami. Suhu mulai terasa dingin, tapi gadis-gadis bule di sana justru tak kelihatan kedinginan, buktinya mereka tetap memakai casual dress yang lumayan terbuka. Saat waktu Maghrib kami salat jamaah di luar tenda. Demi mendapat atensi orang-orang di dalam fila, kusuruh Nazil azan Maghrib dulu, karena suara sang juara Muazin tingkat kabupaten itu bisa menjadi hal lain yang bisa ditawarkan pada mereka. Dan benar saja salah satunya datang ke tenda kami dengan dibersamai Pak Kasan. "Ben je muslim?", "Ik ben Muslim". Katanya. Aku ora paham, dan kujawab dengan senyuman saja. Barulah kutahu bahwa dia berbahasa Belanda setelah disampaikan Pak Kasan tentang asal muasal none-none itu.

Malam pun tiba, bayangan tuk berbincang dengan gadis asing itu kukubur saja. Kami lebih menikmati desau angin malam sembari mengembarakan mata ke langit malam. Jaket wol plus tutup kepala dengan topengnya menjadi peneman malam kami. Nun disana kudengar gonrang-ganreng permainan gitarnya yang sebenarnya tak merdu sama sekali. Brisik. Dan malam pun kami lewati dengan bergantian berjurit malam. 


Subuh tiba, kembali Nazil kami suruh azan subuh. Masyaallah,suaranya benar-benar merdu. Menyeruak memecah hening. Kalaupun ada suara itu hanyalah burung malam, lolongan anjing di kejauhan, dan jangkrik yang berzikir menikmati malam. Subuh kali itu  benar-benar syahdu, tak ada suara loadspeaker masjid atau musala, yang ada hanyalah akustik ocehan alam. Zikir istighfar yang dilantunkan Nazil seperti meruntuhkan hatiku. Terasa kali aku bukan sesiapa, sedang hasrat penghambaan justru menjadi-jadi.


Di tengah keasyik-masyukanku mengikuti zikir jelang salat, kami dikejutkan sekelebat sosok wanita berjubah putih. Kehidmatanku buyar seketika. Hantu atau jin-kah ini?,pikirku. " Ik ben Muslim, ...salat en jamaah", katanya. Aku Ra paham, yang kutahu dia sudah memakai mukenah dan membawa matlas untuk berjamaah dengan kami. Aku menyimpulkan sendiri kalau mereka juga muslimah. 


Salat pun usai sudah. Kami diajak dengan bahasanya yang aku tak paham sama sekali, tapi tarikan tangannya agar kami ikut ke Fila itu. Dan kami mengikuti saja. Dari  foto-foto di ruang depan itu aku baru tahu kalau dia orang Belanda. ( Heh gagal deh belajar Englishnya). Saat Pak Kasan menjelaskan kalau kedua gadis itu adalah cucu dari pemilik Fila dan pemilik kebun kopi yang ada di lereng sebelah utaranya. Kakeknya orang Belanda sedang neneknya pribumi tapi sudah meninggal. Sementara ayah ibunya sama-sama dari Belanda, namun tiap libur musim panas bisa dipastikan mereka ke Fila di lereng Argopuro itu untuk memetik kopi miliknya, walaupun hanya untuk gaya-gaya dan berfoto-foto.


Sulit berkomunikasi, akhirnya aku menjadi ilustrator dari apa yang dibincangkan aku dan kawan-kawan. Melihat sket ilustrasiku yang spontan dan lumayan bagus, menjadi berkah tersendiri bagiku, karena mereka justru mengambil sketchbook dan pensil karbonit dari lacinya agar melukis wajahnya. Dua gadis bule nan elok menjadi objek modelku. Wah kesempatan memelototi wajah western-nya. Hemm benar-benar mulus, ( owh off the record ). 


Lukisan sketsa usai sudah, di pojok kanan bawah kutitipkan namaku. Mereka begitu girangnya menyalamiku sembari memelukku dari kiri dan kanan. Saat itu mereka mengenalkan namanya, " Ik Anneke, en Ik Anelen". Entah apa maksudnya, tapi jelas Pak Kasanlah yang membuatku tahu kalau mereka Non Anneke dan Non Anelen.Oh ya ternyata pelukan cewek asing itu telah membuat detak jantungku kacau tanpa irama. Apakah aku kesambet cinta?, Entahlah.

___

Bondowoso, 26 Mei 2023




Rabu, 24 Mei 2023

YARRA TAKDIR CINTA DI PENAMPUNGAN

 


YARRA TAKDIR CINTA DI PENAMPUNGAN

Pak Tyqnue Azbynt


Turun dari pedati saat malam belum larut di sebuah jalan utama pedesaan tidaklah mengesankan apa-apa. Semua merupakan babitual dan wajar, tapi ketika dibuntuti orang tak dikenal dan lebih-lebih seorang gadis cantik, mungkin kesannya berbeda. Pedati pun berlalu sementara sang gadis justru kian mendekatiku. Perasaan mulai bermain logika-logika tanpa teori. Belum bisa disimpulkan apakah dia orang baik atau orang gampangan. 


"Mas saya harus ikut", ucapnya sedikit ketakutan. Dan saya hanya bengong tanpa kekata. Barulah permohonan kedua kalinya aku mulai tersadar dari kebegoanku. Dari tuturnya aku menyadari kalau dia cewek yang baru kabur dari rumahnya. Semula yang kuanggap cewek nakal, perasaanku mulai berubah karena tiap kata yang terbata-bata plus gemetaran. Dia benar-benar cewek kaburan. Konon dia lari saat hendak dinikahkan yang hanya kurang setengah bulan. Kabur dari sebuah Pondok di bilangan Bunder Bondowoso. Sebuah mukena putih berbungkus kresek hitam, menandakan dia kabur saat ritual salat magrib atau Isyak, karena dia mengekor di belakangku sekitar pukul 21.00. 


Sebagai mahasiswa di perguruan tinggi swasta yang berada di bawah lembaga Islam, aku tak sembarangan bertingkah demi menjaga marwah kampusku. Kuajak dia ke sebuah pesantren di desa tetanggaku ( Poncogati ), kutitipkan dia ke Kiyai Mas Rois. Kusampaikan ikhwalnya dan beliau cukup memaklumi situasinya.

Esok paginya dibersamai mas sepupu kuberanjak menuju rumahnya di sebuah desa perbatasan Jetis dan Bunder seperti yang dituturkan Yarra. Mulai pagi hingga lohor menjelang tak kutemukan nama gadis yang bernama Humayra seperti saat ditanya identitasnya oleh Kiyai Mas Rois semalam. Badan capai sudah, otak dah mulai setangah menyerah. Pencarian pun mulai diperluas hingga ke Jetis bagian barat. Dari desa itu mulai ada sedikit gambaran. Dari para ABG-lah aku bisa mencari jati diri si Humayra yang ternyata di desanya dikenal dengan panggilan Yarra. Wajar saja kami kesulitan mengenai ikhwalnya karena setiap kami suguhi nama Humayra semuanya bilang tak ada dan tak mengenalnya. 


Tangis keluarganya pecah saat kami menyampaikan kabar penitipan si Yarra di sebuah pesantren. Tumpukan kelapa di terasnya dan tumpukan kotak kue, menandakan bahwa memang akan ada hajatan di rumah itu. Ya, acara pernikahan seperti yang di tuturkan Yarra saat kutanya malam itu. 


Setelah kami dijamu makanan penuh sajian yang lezat. Kami pun berangkat ke pesantren kiyai Mas Rois, bersama keluarganya hendak menindak lanjuti hal berikutnya. Mondok atau apalah asalkan ada akad penyerahan. 


Karena sudah ada pembatalan hitbah ( pertunangan ) dari besannya gegara kaburnya malam itu. Orang tua Yarra lebih tenang dan tak ada beban masalah hajatan. Namun takdir berkata lain justru sesampai di Pesantren itu, justru Kiyai Mas Rois menunangkan dengan seorang ustaz di pondok itu yang alamatnya malah berasal dari desa yang sama dengan Yarra. Dilalah konon katanya dia adalah cinta monyetnya kala SD dulu namun berpisah karena mondok di pesantren yang beda. Yarra menjadi anak Madrasah Aliyah sedang sang Ustaz yang bernama Ali lebih menekuni kitab klasik hingga didapuk sebagai ustaz. Begitulah tulang rusuk telah bertemu di penpungan sementara. Sang Ustaz berjanji hendak mendampinginya hingga di surga Nya kelak. Semua orang di Paseban Kiyai Mas Rois hanya senyum-senyum melihat kekonyolan yang tanpa mereka sadari bahwa mereka berada di dekat seorang Kiyai yang teramat disegani warga. Tapi begitulah ceritanya, kalau cinta sudah melekat tahi kucing pun terasa coklat.

___

Bondowoso, 24 Mei 2023

Jumat, 12 Mei 2023

Sepasang Perkutut di Halaman Madrasah

 


SEPASANG PERKUTUT DI HALAMAN MADRASAH

Pak Tyqnue Azbynt


Sudah beberapa hari sejoli perkutut itu tak berbunyi lagi. Biasanya selepas rehat madrasah yang pertama mereka telah bermain di halaman madrasah. Bunyinya memberikan suara damai di hati kami. Alami, ya terasa alami seperti alam desa di rumah kami. 


Terasa aneh memang, burung itu tetiba saja tak bernyanyi lagi, bahkan datang ke halaman Madrasah pun jarang kali. Desas-desus berbau mistis pun mulai merebak di lingkungan madrasah. Banyak tetangga beranggapan bahwa sepasang burung itu sedang ikut berduka pasca meninggalnya Pak Amar tetangga di sisi utara madrasah. Kuburan beliau mulai ramai diziarahi tetangga sekitar, karena kedua burung itu justru hampir tiap hari di situ. Ritual-ritual tak wajar pun mulai terjadi. Hal-hal yang berbau kepercayaan dan adat mulai terjadi. Di atas pusaranya mulai di taburi beras kuning ( beras yang di rendam dengan air kunyit ) sebelum mereka berdoa. Cilakanya justru anak-anak madrasah membenarkan tindakan masyarakat itu walaupun guru-guru menjelaskan bahwa ke pemakaman cukuplah dengan berdoa saja tanpa beras kuning. Kalau bunga dan daun pandan taklah mengapa karena dianalogikan dengan daun kurma yang didoakan Kanjeng nabi dalam sebuah riwayat hadits beliau.


Demi menguak tanya, kami bersama tim IT madrasah mencoba membaca recording CCTV madrasah. Ya Allah yaa Rabb, ternyata hampir tiap hari Pak Amar menaburkan milet dan beras hitam ke genteng kantin madrasah dan sebagian juga menggelinding hingga terjatuh di halamannya. Kesimpulan dari para guru, sepasang burung itu ikut berduka bisa saja karena sudah tak ada lagi yang open menyediakan makan. Ada pun kemudian pindah ke atas pemakaman karena mencari biji-bijian di sana karena banyak rerumputan yang sudah berbuah dan apalagi ditaburi beras kuning justru menjadi makanan mereka. Ustaz Basith memerintahkan ketua OSIM untuk membeli milet dan tiap usai salat duha ditaburkan di atas genteng kantin, sebab kalau ditabur langsung ke halaman ayamlah yang menyantapnya duluan dan sepasan perkutut itu tak kebagian apa-apa. Dan benarlah kenyataannya sepasang burung itu kembali berbunyi dan betah bermain di halaman madrasah. 

_____

Bondowoso, 12 Mei 2023

Kamis, 11 Mei 2023

DHITA ARIMBY

 


DHITA ARIMBY

Pak Tyqnue Azbynt


Seharian bersama para mahasiswa yang hendak menyusun skripsi, capai juga terasa. Perut belumlah terisi selain kopi yang sudah mulai menghardik-hardik perutku. Rupanya penyakit magku hendak kambuh. 


Melintasi masjid dari kampus ke area putri telah menambah dera di perutku. Tersisa mata kuliah Aliran Modern dalam Islam di bagian putri yang harus kutuntaskan. Sebenarnya  agak boring juga saat ke kelas putri. Mahasiswinya yang kebanyakan nyantai membuatku sering badmood. Dhita Arimby adalah salah satu mahasiswi yang paling criwis, dan tentu saja mengganggu suasana kelas. Karena hatiku lagi badmood, terpaksa Si Dhita aku suruh keluar kelas. Namun dia menolaknya dengan berbagai alasan. Finally dia pun keluar dengan sedikit dongkol.


Mata kuliah usai sudah kusajikan, tapi si Dhita masih saja mengikutiku untuk memohon ampun. Karena aku lagi suntuk kuacuhkan saja dia. Tapi lagi-lagi dia tetap menunggu di dekat mobilku. " Sudah ...semuanya kuanggap sudah END ", sergahku.  Tapi saat hendak kuhidupkan mobilku malah no respons dan tak mau menyala. Si Dhita masih saja memohon-mohon ampun padaku. 1 jam berlalu mobilku belum saja menyala, tetiba saja ada yang datang membantu me-repair mobilku. Aku persilahkan saja karena kuanggap dia mahasiswaku. Saat mobilku bisa menyala, tentu saja aku bilang terima kasih padanya. " Terimakasih mas atas bantuannya, and berapa harus saya bayar jasa mas?". 

" Tak usah terima kasih ke saya Pak Dosen, saya tadi ditelpon bak Dhita agar kemari tuk betulkan mobil bapak. Saya mekanik di bengkel bapaknya bak Dhita. And Finally kulirik si Dhita dia hanya mempermaikan cop air mineral seperti masih menyesal atas sikapnya saat di kelas. 

" Dhita..., Kamu aku maafin". Dia meraih tanganku, disalami tapi punggung telapak tanganku malah dikecupnya lalu ditempel ke pipi kanannya. Dhitaaaa....

___

Bondowoso, 11 Mei 2023

MENAGIH JANJI MERPATI

 MENAGIH JANJI MERPATI

Pak Tyqnue Azbynt


Kupilih pulang tanpa kabar agar ada kejutan baginya. 20 purnama terlewati sudah hidupku di perantauan. Walaupun kota Kuching hanya tetangga bagi garis batas di Kalimantan namun sebagai orang Jawa kota itu terasa begitu jauhnya. 

20 bulan yang lalu masih terasa saat merpatiku menggenggam erat tangan menahan kepergianku. Air mata yang basah di bahu jersi abu-abu bertuliskan Lacoste itu. Sengaja bekar air mantanya tak kucuci agar ada penguat hatiku di rantauan. Dan benar saja bekas air mata itu menjadi lukisan oleh cendawan yang bergaya abstrak. Dia begitu berat melepas kepergianku tuk bekerja di negeri Upin Ipin itu. Saat kucium keningnya, tampak dia menatapku penuh haru. Terasa sekali perasaanya antara hendak melepas atau menahanku. 

Kembali ke Kota Tape hanyalah keluargaku yang tahu rencana kepulanganku. Hari itu Kamis 11 Mei 2023 kupaskan dengan hari lahirnya demi kejutan pada merpati elokku. Agar tak terkesan di rekayasa kupantau saja posisinya melalui Videocall oleh temannya yang sudah kuhubungi sebelumnya. Dan temannya justru menyeting agar dianya ikut shoping dan mampir di Kedai Bu Kadir tuk sekedar ngopi-ngopi. 

Masker warna biru menutupi mulut saat kuturun dari Bus yang mengantarku. Tampak mereka ada di sisi barat yang dekat dengan anak-anak Viper Band yang lagi manggung. Moment itu kumanfaatkan tuk request lagu dan aku sendiri yang menjadi vocalisnya. Lagu ' Semalam di Malaysia ' kulantun bersamaan dengan membuka maskerku. " Special song to my dear over there ". Dia pun menjerit tanpa sadar hingga menjadi perhatian publik kedai itu. Kugamit tangannya, dia pun memeluk erat tubuhku, padahal kami bukan siapa-siapa. Hanyalah sebuah janji yang menjadi komitmen bersama bahwa kami hendak ke singgasana cinta bila saatnya tiba.

__

Bondowoso, 11 Mei 2023


Minggu, 07 Mei 2023

MENGGADAI SISA RINDU

 


MENGGADAI SISA RINDU

Pak Tyqnue Azbynt


Perkenalanku dengan seorang cowok yang berprofesi seorang guru hanyalah kebetulan belaka. Bertemu via maya dalam sebuah keisengan yang justru menjadi sengkarut di sukma. Aku hanyalah seorang guru madrasah swasta yang tak layak berhubungan dengannya. Dibanding dan disandingkan dari sisi apa pun kami tak pernah setara. Usianya jauh lebih dewasa, wajahnya sama sekali tak menggoda selera. And finally dia bukan apa-apa di hatiku.

Kujalani kehidupanku dengan enjoy. Membersamai anak-anak penari ilmu adalah kenikmatan tersendiri di jiwaku. Mengajar adalah ibadah, itu yang tertanam di motto hidupku. Di usiaku yang mulai matang, kadang perasaan ingin bersanding dengan sosok lelaki datang menghampiri. Tapi sebagai guru madrasah yang oleh warga sekitar aku dipanggil ustazah merupakan amanat atau bahkan beban bagiku. Mau berkenalan dengan lelaki kuanggap tabu, tapi aku butuh sosok yang bisa jadi pelampiasan cinta kasihku. Menjomblo kemudia menjadi pilihan dalam keterpaksaan. 

Mainset wanita harus menunggu, kupaksa berubah walaupun dengan cara sembunyi sembunyi. Pak guru, yaa Pak guru yang pernah kukenal, kuisengi karena aku yakin dia tahu bahwa aku hanya iseng dan bercanda belaka. Aku yakin bisa menjaga situasinya dan takkan mungkin dikendalikan olehnya. Dia guru aku guru walaupun beda status, dia seorang ASN sedang aku volunteer belaka. Saat aku dipancing untuk curhat padanya, justru menjadi petaka. Aku terbawa iramanya, kucurahkan kegalauanku, juga hasrat bercintaku. Hal itu yang menjadikan aku di bawah kendalinya. Privasiku telah tumpah padanya yang tanpa aku sadari. Akhirnya aku kadang juga rindu bercanda bar-bar hingga lossdol. Demi menjaga marwahku sebagai ustazah, kupura-pura saja tak butuh padanya. Padahal hati kadang rindu bercerita tanpa tepi, bebas tanpa batas agar tak menyuburkan tumbuhnya jerawat rindu di wajahku. " Ning jika suatu saat kamu hendak bercerita, katakanlah padaku, aku siap penjadi pendengar setiamu, bahkan menjadi orang yang kelak menandatangani buku nikah kita", selorohku. Gegara usianya yang terpaut jaut dariku. Kutahan galauku. Sepi di malam hari seringkali menjajahku. Sesekali rinduku meronta-ronta, tapi karena..demi menjaga imejku kupura-pura saja tak ada apa-apa saat ber tatapan dengannya aku pura-pura tak mengenalinnya. Setiap malam hatiku sepiku menyiksa tidurku. Walau aku rindu, kupendam saja, agar tak terjadi macet lagi.demi menjaga imejku kupura-pura saja tak ada apa-apa saat ber tatapan dengannya aku pura-pura   tak mengenalinnya. Setiap malam hatiku sepi  kuharap dia juga merasakan rindu seperti yang kurasa. Karena rinduku belumlah memuncak kujalani hidup natural saja.  " Pak,  aku sebnarnya mulai merasakan rindu padamu". Biarlah kugadaikan saja rindu itu,  yang mungkin di saat yang lain aku bisa mengambil dari bilik hatimu.

__

Kaki Argopuro, 7 Mei 2023





.

Sabtu, 06 Mei 2023

NOL KILO METER JOGJA

 




NOL KILO METER JOGJA 

Pak Tyqnue Azbynt

          Memar di bahu kiriku telah mengantar pada angkringan Kopi Joss jl. Margo Mulyo Ngupasan kecamaan Gondomanan Jogjakarta. Sepasang manusia skuter telah membawaku ke tempat itu. Ingatanku sedikit galau pasca kecelakaan di dekat ATM BNI Jl. Pangurakan Ngupasan kec. Gondomanan Gegara sorot mataku tertuju pada reservoir radiator motor yang pipis karena over heat pasca perjalanan panjang Semarang Jogja sekitar 3 jam perjalanan. Dan tanpa kuduga aku dihempas entah motor atau mobil, yang jelas selepas itu aku tak ingat apa-apa lagi. 

         Rahang masih terasa ngilu apalagi bahu hingga lengan kiriku yang sudah memar hanya dibebat dengan sal warna biru bertuliskan Sumbawa Land. Seorang wanita bertato dengan jaket Jean yang sudah lusuh itu yang menopangku, padahal si lelaki yang kuanggap pasangannya itu hanya asyik menyeruput kopi joss yang masih lumayan panas itu kelitahan dari asapnya yang masih menari-nari menuju langit Jogja. Aneh juga sih, wanita masih belia yang tak kukenal malah menopangku dan si lelaki malah cuek, bukannya cemburu atau apalah namanya. Aku tak banyak berkata apa-apa karena pikiran kacau. Motor GSX S Touringku sudah tak kutahu kabarnya, dompet tak di saku sementara badanku ngilu semua. Finally aku hanya pasrah pada kedua manusia Vespa itu.

          Dengan dipapah aku dinaikkan ke Vespa abu-abu yang sudah dimodifikasi dengan side seater ala motor Ural Russia. Lagi-lagi si lelaki hanya rokok-an tanpa cemburu pada wanitanya yang masih menelateni aku yang sedang terluka itu. Sekali lagi aku ak berkata apa-apa dan malah berlagak bego demi keamananku dari manusia asing yang belum kutahu jati dirinya. Walaupun tampak membantu tapi aku tetap curiga padanya. Bilang saja Cin..., kalau motornya dititip-parkirkan di lantai 2 parkir area Haji Ali, dan dompetnya masih aman di kita , buka lelaki itu pada sang wanita. Benakku sudah sedikit damai dengar kekatanya. Kulihat sang wanita membuka kantong dari box skuternya sebuah buku, eh ternyata qur an kecil lalu dibaca, ditiupkan ke air mineral lkemudian dipercikkan ke sal warna biru itu. Tradsional religius sih, tapi justru aku merasa damai menyaksikan situasinya. 

           uuh lenganku ngilu, demi meminta perhaiannya. 

           Allaumma shalli ala saiddina Muammadin tibbilqulubi wa dawa ihaa wa afiatil abdani wa syifa ihaa..., komat kamit mulutnya sembari diiupkan ke lukaku. Dari situlah aku mulai kian percaya dia itu anak skuter yang melek agama, keyakinanku kian berambah saat dia menggelar sajadah di dekat mini camp kami yang seharusnya hanya isi sepasang saja. Rupanya dia sedang salat malam. Hatiku runtuh sekeika teringat akan semua dosa yang kutumpuk sedari dulu. 

 Abangnya keknya ga salat yaa?, kalau abang muslim mending salat demi masa depan kita. Walaupun aku dan abang saudaraku ini anak Vespa tapi kami tak pernah lupa untuk bertemu Tuhan lewat salatku, celotehnya.   

Oh rupanya dia saudaranya, padahal semula kuanggap suaminya. Tapi kenapa dia peduli padaku?, aneh kan?

          Anak Vespa memang punya aturan dan cara sendiri, dan iulah yang sedari dulu aku benci. Bukti yang kini tampak di mataku adalah mereka sembarang kemah di mana pun dia suka. Kenapa cara hidupnya yang aku benci justru peduli padaku. Sekali lagi hatiku waswas juga karena motor dan dompet masih ada padanya. Dalam kecamuk di logika dan hati tanpa kusadari aku telah terlelap.

           Lenganku terasa perih dan panas hingga aku terbangun dari tidur bersamaan dengan kumandang azan subuh dari kejauhan. Alangkah kagetnya aku ternyata di lenganku banyak biji dan kulit cabai yang merah. Wah ini benar-benar ada niatan busuk pikirku. 

 Gak usah mendesis kek ular gitu, luka memarmu sengaja kubaluri tumbukan cabai biar cepat kering dan pulih. Masa sih anak motor gede kok cengeng. By the way siapa namamu? Aku Galang abangnya si Cinta yang care banget padamu tuh.

 Azbynt asal Bondowoso Jatim yang mau ikuan SUGOI jambore di Jogja jawabku.

 apaan tuh.

 Suzuki GSX Owner Indonesia, aku sebenarnya bareng Chapter Bondowoso tapi masih mampir di Semarang rumah saudaraku. Karenanya aku gaspol demi segera bertemu teman-teman dan para owner se Indonesia,

          Cinta gadis berkulit coklat itu pun ikutan nimbrung selepas salat di sisi tenda. Dari cerita si Cinta aku tahu bahwa mereka pulang dari Sumbawa dengan Vespanya hanya berdua. Mereka yang asal Lampug itu terbilang nekat hanya dengan bekal sekedarnya apalagi motornya sudah tak sesuai spek dari pabrik. Kuusaakan banyak mengorek tentang jati diri mereka. Mereka hanya lulusan SMA dan si Cinta hanya lulus SMP. 

 kami lebih memilih belajar di jalanan, bukan belajar di sekolah di TV,di media, tapi kami banyak belajar di atas aspal yang banyak melahirkan cerita. Bapak dan mamak kami mengijinkan asal jangan melupakan salat, dan yaa begitulah kami. Bisa saling mengerti dan saling berbagi di jalanan. Jelas Cinta.

Di otakku masih saja curiga, pasti ada apa-apanya. Soal motor dan dompetku belum kelar kan? Mengapa begitu peduli padaku yang belum kalian kenal?

 kami sudah biasa begitu di Jalanan, Ungkap Galang

 iya kah?

Tetiba Cinta meraih tangan kananku seraya ditempelkan ke dadanya agar aku merasakan detak jantungnya. Yaah ini yang berdetak keras justru dadaku, gimana sih, pikirku. Kulihat keseriusan dari raut mukanya. Walau tak berkata cinta tapi aku menangkap makna siratannya. Hatiku rupanya belum tersentuh cinta, lagian dia kulitnya tak glowing malah coklat karena banyak terbakar terik di jalanan.

 oh ya, itu mini cam di helmmu sempat aku amankan walaupun helmmu remuk digilas mobil yang menabrakmu, imbuh Galang.

          Dari rekaman di camera itu baru aku tahu kejadian yang menimpaku, dan entah karena kebetulan, saat Cinta membawaku ke pinggir jalan sedang Galang menepikan motorku terekam semua. Rupannya kameraku masih on cam dan jusru tersorot pada mereka. Kutunjukkan cara memutar rekaman itu yang kukoneksikan pada HP Cinta. Kami melihatnya perisiwa itu secara episodik. Yang membuatku kaget dan justru haru saat melihat upaya Cinta menolongku bahkan sampai-sampai memompa dadaku hingga memberi napas buatan. 

 yaaah kok kerekam, igaunya sedikit malu.

Dari mata kamera itu telah membawa bias-bias cinta di hatiku. Harus dengan bukti apalagi? Kata hatiku. 

 Cinta sayang... kemarilah, rebahlah di paha kiriku karena aku dadaku belum bisa kau sandari selagi tangan dan bahuku memar begini.

Dengan memohon restu Galang abangnya dia pun beringsut dan merebahkan kepalanya di pahaku. Kasar kubelai rambutnya yang agak kemerahan karena terlalu lama dicumbu matahari di jalanan. Lesung pipi yang beraksi kala tersenyum menampakkan kemolekannya jua. Cint dari 0 KM ini kusemaikan sejuta cinta untukmu.

_____________ 

Bondowoso 5 Mei 2023 















PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...