NOL KILO METER JOGJA
Pak Tyqnue Azbynt
Memar di bahu kiriku telah mengantar pada angkringan Kopi Joss jl. Margo Mulyo Ngupasan kecamaan Gondomanan Jogjakarta. Sepasang manusia skuter telah membawaku ke tempat itu. Ingatanku sedikit galau pasca kecelakaan di dekat ATM BNI Jl. Pangurakan Ngupasan kec. Gondomanan Gegara sorot mataku tertuju pada reservoir radiator motor yang pipis karena over heat pasca perjalanan panjang Semarang Jogja sekitar 3 jam perjalanan. Dan tanpa kuduga aku dihempas entah motor atau mobil, yang jelas selepas itu aku tak ingat apa-apa lagi.
Rahang masih terasa ngilu apalagi bahu hingga lengan kiriku yang sudah memar hanya dibebat dengan sal warna biru bertuliskan Sumbawa Land. Seorang wanita bertato dengan jaket Jean yang sudah lusuh itu yang menopangku, padahal si lelaki yang kuanggap pasangannya itu hanya asyik menyeruput kopi joss yang masih lumayan panas itu kelitahan dari asapnya yang masih menari-nari menuju langit Jogja. Aneh juga sih, wanita masih belia yang tak kukenal malah menopangku dan si lelaki malah cuek, bukannya cemburu atau apalah namanya. Aku tak banyak berkata apa-apa karena pikiran kacau. Motor GSX S Touringku sudah tak kutahu kabarnya, dompet tak di saku sementara badanku ngilu semua. Finally aku hanya pasrah pada kedua manusia Vespa itu.
Dengan dipapah aku dinaikkan ke Vespa abu-abu yang sudah dimodifikasi dengan side seater ala motor Ural Russia. Lagi-lagi si lelaki hanya rokok-an tanpa cemburu pada wanitanya yang masih menelateni aku yang sedang terluka itu. Sekali lagi aku ak berkata apa-apa dan malah berlagak bego demi keamananku dari manusia asing yang belum kutahu jati dirinya. Walaupun tampak membantu tapi aku tetap curiga padanya. Bilang saja Cin..., kalau motornya dititip-parkirkan di lantai 2 parkir area Haji Ali, dan dompetnya masih aman di kita , buka lelaki itu pada sang wanita. Benakku sudah sedikit damai dengar kekatanya. Kulihat sang wanita membuka kantong dari box skuternya sebuah buku, eh ternyata qur an kecil lalu dibaca, ditiupkan ke air mineral lkemudian dipercikkan ke sal warna biru itu. Tradsional religius sih, tapi justru aku merasa damai menyaksikan situasinya.
uuh lenganku ngilu, demi meminta perhaiannya.
Allaumma shalli ala saiddina Muammadin tibbilqulubi wa dawa ihaa wa afiatil abdani wa syifa ihaa..., komat kamit mulutnya sembari diiupkan ke lukaku. Dari situlah aku mulai kian percaya dia itu anak skuter yang melek agama, keyakinanku kian berambah saat dia menggelar sajadah di dekat mini camp kami yang seharusnya hanya isi sepasang saja. Rupanya dia sedang salat malam. Hatiku runtuh sekeika teringat akan semua dosa yang kutumpuk sedari dulu.
Abangnya keknya ga salat yaa?, kalau abang muslim mending salat demi masa depan kita. Walaupun aku dan abang saudaraku ini anak Vespa tapi kami tak pernah lupa untuk bertemu Tuhan lewat salatku, celotehnya.
Oh rupanya dia saudaranya, padahal semula kuanggap suaminya. Tapi kenapa dia peduli padaku?, aneh kan?
Anak Vespa memang punya aturan dan cara sendiri, dan iulah yang sedari dulu aku benci. Bukti yang kini tampak di mataku adalah mereka sembarang kemah di mana pun dia suka. Kenapa cara hidupnya yang aku benci justru peduli padaku. Sekali lagi hatiku waswas juga karena motor dan dompet masih ada padanya. Dalam kecamuk di logika dan hati tanpa kusadari aku telah terlelap.
Lenganku terasa perih dan panas hingga aku terbangun dari tidur bersamaan dengan kumandang azan subuh dari kejauhan. Alangkah kagetnya aku ternyata di lenganku banyak biji dan kulit cabai yang merah. Wah ini benar-benar ada niatan busuk pikirku.
Gak usah mendesis kek ular gitu, luka memarmu sengaja kubaluri tumbukan cabai biar cepat kering dan pulih. Masa sih anak motor gede kok cengeng. By the way siapa namamu? Aku Galang abangnya si Cinta yang care banget padamu tuh.
Azbynt asal Bondowoso Jatim yang mau ikuan SUGOI jambore di Jogja jawabku.
apaan tuh.
Suzuki GSX Owner Indonesia, aku sebenarnya bareng Chapter Bondowoso tapi masih mampir di Semarang rumah saudaraku. Karenanya aku gaspol demi segera bertemu teman-teman dan para owner se Indonesia,
Cinta gadis berkulit coklat itu pun ikutan nimbrung selepas salat di sisi tenda. Dari cerita si Cinta aku tahu bahwa mereka pulang dari Sumbawa dengan Vespanya hanya berdua. Mereka yang asal Lampug itu terbilang nekat hanya dengan bekal sekedarnya apalagi motornya sudah tak sesuai spek dari pabrik. Kuusaakan banyak mengorek tentang jati diri mereka. Mereka hanya lulusan SMA dan si Cinta hanya lulus SMP.
kami lebih memilih belajar di jalanan, bukan belajar di sekolah di TV,di media, tapi kami banyak belajar di atas aspal yang banyak melahirkan cerita. Bapak dan mamak kami mengijinkan asal jangan melupakan salat, dan yaa begitulah kami. Bisa saling mengerti dan saling berbagi di jalanan. Jelas Cinta.
Di otakku masih saja curiga, pasti ada apa-apanya. Soal motor dan dompetku belum kelar kan? Mengapa begitu peduli padaku yang belum kalian kenal?
kami sudah biasa begitu di Jalanan, Ungkap Galang
iya kah?
Tetiba Cinta meraih tangan kananku seraya ditempelkan ke dadanya agar aku merasakan detak jantungnya. Yaah ini yang berdetak keras justru dadaku, gimana sih, pikirku. Kulihat keseriusan dari raut mukanya. Walau tak berkata cinta tapi aku menangkap makna siratannya. Hatiku rupanya belum tersentuh cinta, lagian dia kulitnya tak glowing malah coklat karena banyak terbakar terik di jalanan.
oh ya, itu mini cam di helmmu sempat aku amankan walaupun helmmu remuk digilas mobil yang menabrakmu, imbuh Galang.
Dari rekaman di camera itu baru aku tahu kejadian yang menimpaku, dan entah karena kebetulan, saat Cinta membawaku ke pinggir jalan sedang Galang menepikan motorku terekam semua. Rupannya kameraku masih on cam dan jusru tersorot pada mereka. Kutunjukkan cara memutar rekaman itu yang kukoneksikan pada HP Cinta. Kami melihatnya perisiwa itu secara episodik. Yang membuatku kaget dan justru haru saat melihat upaya Cinta menolongku bahkan sampai-sampai memompa dadaku hingga memberi napas buatan.
yaaah kok kerekam, igaunya sedikit malu.
Dari mata kamera itu telah membawa bias-bias cinta di hatiku. Harus dengan bukti apalagi? Kata hatiku.
Cinta sayang... kemarilah, rebahlah di paha kiriku karena aku dadaku belum bisa kau sandari selagi tangan dan bahuku memar begini.
Dengan memohon restu Galang abangnya dia pun beringsut dan merebahkan kepalanya di pahaku. Kasar kubelai rambutnya yang agak kemerahan karena terlalu lama dicumbu matahari di jalanan. Lesung pipi yang beraksi kala tersenyum menampakkan kemolekannya jua. Cint dari 0 KM ini kusemaikan sejuta cinta untukmu.
_____________
Bondowoso 5 Mei 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar