DHITA ARIMBY
Pak Tyqnue Azbynt
Seharian bersama para mahasiswa yang hendak menyusun skripsi, capai juga terasa. Perut belumlah terisi selain kopi yang sudah mulai menghardik-hardik perutku. Rupanya penyakit magku hendak kambuh.
Melintasi masjid dari kampus ke area putri telah menambah dera di perutku. Tersisa mata kuliah Aliran Modern dalam Islam di bagian putri yang harus kutuntaskan. Sebenarnya agak boring juga saat ke kelas putri. Mahasiswinya yang kebanyakan nyantai membuatku sering badmood. Dhita Arimby adalah salah satu mahasiswi yang paling criwis, dan tentu saja mengganggu suasana kelas. Karena hatiku lagi badmood, terpaksa Si Dhita aku suruh keluar kelas. Namun dia menolaknya dengan berbagai alasan. Finally dia pun keluar dengan sedikit dongkol.
Mata kuliah usai sudah kusajikan, tapi si Dhita masih saja mengikutiku untuk memohon ampun. Karena aku lagi suntuk kuacuhkan saja dia. Tapi lagi-lagi dia tetap menunggu di dekat mobilku. " Sudah ...semuanya kuanggap sudah END ", sergahku. Tapi saat hendak kuhidupkan mobilku malah no respons dan tak mau menyala. Si Dhita masih saja memohon-mohon ampun padaku. 1 jam berlalu mobilku belum saja menyala, tetiba saja ada yang datang membantu me-repair mobilku. Aku persilahkan saja karena kuanggap dia mahasiswaku. Saat mobilku bisa menyala, tentu saja aku bilang terima kasih padanya. " Terimakasih mas atas bantuannya, and berapa harus saya bayar jasa mas?".
" Tak usah terima kasih ke saya Pak Dosen, saya tadi ditelpon bak Dhita agar kemari tuk betulkan mobil bapak. Saya mekanik di bengkel bapaknya bak Dhita. And Finally kulirik si Dhita dia hanya mempermaikan cop air mineral seperti masih menyesal atas sikapnya saat di kelas.
" Dhita..., Kamu aku maafin". Dia meraih tanganku, disalami tapi punggung telapak tanganku malah dikecupnya lalu ditempel ke pipi kanannya. Dhitaaaa....
___
Bondowoso, 11 Mei 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar