Total Tayangan Halaman

Rabu, 09 Juli 2025

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS 

Pak Tyqnue Azbynt 



Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia numpang di motor saat pulang dari belanja alat alat lukis, eh dilalah bertemu si Erkan. Sepulang shoping dia berpapasan denganku  di depan toko perabotan. Aku sih iseng saja, menawarkan jasa tuk mengantarnya. Yassalam bak gayung bersambut dia pun mau tanpa basa-basi, padahal aku bercanda. Semula kupikir dia bawa motor, ternyata tidak. 


Bak dapat durian runtuh, dada berdegup kencang menahan kebahagiaan yang melimpah. Demi bisa bersamanya selama mungkin, di perjalanan pulang kubawa belanja barang sebenarnya tak kubutuhkan. Kami bersama bergegas menuju sebuah stationary di bilangan selatan kota. Dengan basa basi kutanya apakan dia juga butuh altuka, namun dia tak butuh itu, atau butuh apa saja akan aku turuti karena aku lagi tajir. Dia menjawab tidak untuk kali ini. 

Tiba saatnya pulang kubawa dia melintasi hutan pinus yang rindang. Desau angin yang mencumbui daun-daun pinus terdengar seperti siulan menyindir kami. Jalanan aspal berlubang justru menjadi keindahan tersendiri. Betapa tidak, gronjal-gronjal motorku yang menghempas jalan membuat tubuh Erkan merapat ke tubuhku. Tiada kata terucap, tiada canda kulepas namun di benakku banyak kata yang tak bisa tersampaikan..saat melewati lubang besar tubuhnya benar-benar rapat ke punggungku.

"Owh maaf", katanya ragu

"Alhamdulillah", jawabku nakal. 

Ternyata jawabanku mejadikan dia tanpa ragu merangkulku dengan akrab. 

"Pengen gini?"

"Yap", jawabku sembari memegang tangannya tanda terima kasihku.

"Awas, steernya"

"Kan kalau jatuh berdua jadi viral", jawabku ngasal

"Iiih gak ah", jawabnya ketus, tapi mendiamkan tanganku saat memegang lengannya menjadi isyarat akan kepasrahannya padaku saat itu. Hutan pinus aku rindu suasana itu.

___

Bondowoso, 9Juli 2025

Minggu, 15 Juni 2025

GAUN KOYAK

GAUN KOYAK

Pak Tyqnue Azbynt

          Vanya Janneta begitulah nama yang tersemat pada sosok gadis berkulit coklat cerah, walau tak sebening gadis kebanyakan, namun tubuh sintalnya menjadi nilai tersendiri. Dia yang kini sibuk di berbagai organisasi pemuda, ekstra kampus bahkan organisasi pemuda yang berbasis organisasi agama terbesar di dunia ‘NU’, dia aktif di IPPNU-nya. Namanya banyak dikenal oleh para aktifis dan masyarakat sekitar. Giat di berbagai kegiatan ini rupanya terular oleh habitual Sang Ibu yang juga aktif di berbagai kegiatan sosial.

          Sosok yang dibesarkan oleh ibu tanpa didampingi sosok ayah yang telah sekian lama memilih jalan cerai lantaran beda pandangan dengan ibu. Bangku SMP dan SMA dilewati dengan cara nyantri di sebuah pesantren ternama di kota Tape. Kemandirian sudah mulai tertanam sejak di sana, bergaul dengan berbagai karakter pun menjadi hal yang mudah baginya. Di dunia pesanren Vanya benar-benar terbarikade dari pergaulan dengan sosok lelaki. Sejak menjadi mahasiswilah matanya mulai terbuka pada sosok lelaki. Di kegiatan para aktifis dia kenal dengan seorang pemuda tampan yang benar-benar menjadi dunianya penuh bintang. Andhika Samoedra resmi memacarinya dan telah mengenyampingkan tradisi santri Vanya. 

          Entah karena apa, para tetangga tak menyalahkan kedekatan Vanya dengan Andhika walaupun habitual sebagai santri pernah dijalaninya. Sejoli itu asyik masyuk dalam dunia cinta. Pantas saja kalau mereka digunjingkan bakal menjadi pasangan yang serius ke jenjang pernikahan. Demi menjaga kehormatan sang gadis, bunda Vanya mengintrogasi Andika perihal hubungan mereka. Benar saja dia menyanggupi dengan serius bakal meminang putinya dan finalnya ke pernikahan. Janji pemuda itu merebak ke telinga tetangga bahkan warga se kampung tahu akan hal itu. Dunia menjadi milik mereka berdua, dan kita-kita hanya numpang padanya. Viralnya berita Andhika akan meminang sang gadis semakin santer saja di telinga warga.

         Suatu sore di Orilla Cafe mereka sedang have fun sepulang ngampus. Di temapat itu Vanya berjumpa dengan sepupunya Farah. Dengan bangganya ia memperkenalkan Arjunanya pada saudari sepupunya itu. Maklumlah Vanya dan Farah yang dulu pernah sehalaman rumah plus sebagai saudari mereka begitu akrabnya walau kini Vanya telah tinggal bersama ibunya di tempat yang relatif jauh sejak perceraian dengan ayahnya. Walhasil pertemuan di cafe itu menjadi perajut kembali temali keluarga yang telah rusak.

          Kesibukan menyusun skripsi telah merehatkan jalinan asmara Vanya - Andhika. Hingga lepas bulan Desember karya ilmiyahnya itu belum juga tertuntaskan. Mungkin harus pulang kampung tuk bersimpuh di kaki sang bunda agar segera urusannya terentaskan, begitu pikir Vanya. Namun sesampai di rumah, tiap kali hendak berbiccara pasal Andhika semua orang mengalihkan pembicaraan. Aneh, namun di otaknya belum tergambar apa-apa. Di dekat main road kecamatan dia bertemu Andrea saudara sambung dari pernikahan ayah dengan ibu sambunya. Tuturannya kalau calonnya telah berpaling dan justru meminang Farah sepupunya. Walau semula dia tak percaya tapi keseriusan penuturan saudara sambung itulah yang mulai membuatnya percaya ditambah lagi dengan pengalihan perbincangan keluarganya di rumah.

          Anne Barge bridal gown yang sengaja dia beli dengan harga yang terbilang mahal untuk kantongnya terpaksa dia geletakkan sahaja sebagai bukti kekecewaannya. Di antara tumpukan buku kerja gaun itu ia abaikan dan tak ada sedikit pun ekspektasi dengannya. Semula yang hendak digunakan saat pertunangan ternyata kini hanya memuakkan mata dan menyesakkan dada. Entah harus pada siapa ia melabuhkan curhatnya karena tak ada teman sejati yang bisa ia tumpahkan semua beban yang menyampah di hatinya. Ketika desas-desus kabar pernikahan Farah dan Andhika masuk ke telinganya, gaun itu mmenjadi tumpahan amarahnya. Cutter di rak bukunya menjadi eksekutor tuk merobek-robek gaun mahal itu. Anehnya, justru ia bungkus dengan kertas kado yang begitu estetiknya.

          14 Juni 2025 sebuah surat undangan lux warna jingga ia terima dari saudara sepupunya. Walau bara perseteruan cinta masih membara tapi sebagai saudara harus ia terima. Bagi Vanya ini benar-benar menjadi puncak kemarahannya namun dia sebagai aktifis harus menunjukkan ketegaran hatinya. Namun hati taklah seteguh karang, hantaman ombak amarah yang bertubi-tubi merapuhkan jua. Antara iya dan tidak untuk hadir di hari bahagia sang mantan bergejolak di hatinya. 

          Teman-teman pemuda kreatif di komunitas yang menjadi kelompok para pemuda penggerak di kampungnya menyarankan agar Vanya tak mengahdirinya. Memang pertimbangan dari komunitasnya sangat reasonable demi tidak terjadi hal yang diluar kemampuan dan ketegarannya. Tak seperti anjuran teman komunitas dia justru bersikukuh tuk menyaksikan hari penyiksaan hatinya itu walau jiwanya masih sangat terguncang.

        


  Alex Abdillah seorang asisten dosen di kampusnya, menanyakan ihwal acara penikahan yang akan di gelar Farah dan Andhika yang dulu pernah se kampus dengannya. Lelaki tampan itu bertanya pada Vanya karena dia tahu kalau dia satu kampung dengan Farah. Entah karena apa justru dia menemukan tempat curhat yang dianggapnya tepat. Alex menyeriusinya tuturan adik tingkatnya itu dan memberikan banyak saran padanya. Dia tak sekedar sebagai kating tapi lebih dari itu dia mengajak Vanya tuk membersamainya. Bak satu koin uang yang dilempar di ajar perlombaan, mereka berdua hanya dijadikan mainan.Ternyata Alex pernah jadi pacar Farah namun ditinggalkannya tanpa alasan yang berarti. Semula dia sudah merencanakan pertunangan pasca doktoralnya selesai, namun Farah justru berpaling ke lain lelaki.

          Kado indah telah meraka bawa, gaun koyak perlambang penghianatan. Alex Vanya mengenakan baju senada. Alex dengan Jaz biru serasi dengan Gaun Vanya biru muda berulas putih yang dibelikan teman penyampingnya itu. Mereka beriring berdua menapaki pelataran panggung kedua mempelai sembari memberikan salam restu. Tak hanya itu Alex Vanya justru bergerak ke Wedding Band dengan membawakan lagu Tak Ingin Usai – Keisya Levronka. Sontak saja banyak undangan yang mengapresiasinya. Satu persatu bergerak memberikan standing applause sembari merapat menyalami mereka berdua, seakan merekalah pengantinnya. Mungkin karena kabar telah santer tentang romantika asmara mereka hingga secara tidak langsung hadirin justru memberikan dukungan pada Alex Vanya. Benarlah kata orang, yang berani berjanji akan terkalahkan sama yang berani meminang, berani meminang akan kalah sama yang berani ijab kabul nikah. Namun siapayang menyemai maka meraka yang akan menuai, benih yang baik akan berbuah yang baik pula.

_________ 

Bondowoso, 15 Juni 2025


         

 







Jumat, 13 Juni 2025

KEYRANE SIBONDETA

 KEYRANE SIBONDETA 

Pak Tyqnue Azbynt 



Melabuhkan tubuh penat  di Tomoro Kafe menjadi kebiasaanku. Duduk menyendiri di pojokan sembari melihat-lihat file tulisan di laptop menjadi keasyikan tersendiri.  Sekedar membaca ulang, menyelia tulisan-tulisan yang typo atau mereset ulang alur cerita menjadi kebiasaanku kala sendiri. Walau tubuh penat tapi soal menulis tak pernah aku lupakan. 

Seorang Barista girl datang mengusiliku sembari senyum tipis di bibirnya. 

"Mas penulis, mbok yao aku jadikan tokohnya dong" yang ber-name text KEYRANE SIBONDETA, padahal Nama dirinya Gerin Shashikirana sudah apik.  Mungkin alasan marketlah ia harus mem-falsify namanya. Tanpa babibu langsung kuambil gambar elok wajahnya sebagai cover buku yang bakal aku cetak. Akhirnya penyeliaan tulisan aku hentikan dan menjadi bincang ria dengannya. Mungkin karena aku sudah biasa hadir di tempat itu, sang Barista diperkenankan bercengkrama denganku. Dan yang menggantikan barista di pantri seorang cowok yang terbiasa bergantian dengan Keyrane. 

"Pinjam satu boss bidadariny satu, ada sedikit yang perlu dibincangkn".Boss pemilik kafe hanya tersenyum sembari mengacungkan jempolnya. 

Saya tak tahu harus memulai dari mana alur ceritanya akan bermula. Otakku blank, tak menemukan idea cerita. Aku katakan saja kalau otak lagi buntu padanya. 

"Gimana mas kalau ceritanya aku berpacaran sama mas penulis ?"

"Trus"

"Ya kita pacaran, dalam ceritanya"

"Ah halu, ga mau ah"

Dia cemberut sembari memonyongkan mulutnya. Dia langsung menyesap kopiku, sembari merapatkan tubuhnya. Hangat, lembut, dengan aroma fifth avenue menjadikan aku terpana tanpa kata. Sampai beberapa saat aku diam tanpa kata tak tahu harus berbuat apa. Sampai dia menegur dan mengejutkan aku dari lamunan. 

"Woi kok malah sawan"

"Oh, aku kena sihir Dewa Amor"

"Hemmm, lelaki gayanya memang begitu" Kekatany menyindir. Tapi sumpah deh, aku justru dibuat tak berdaya olehnya. Walau hatiku telah takluk, aku berusaha setenang mungkin agar tak dibully si cantik ini. Tapi lagi lagi aku mati langkah berada di dekatnya, idea tak ada, mau bicara apa, kelu. Barulah aku tersadar kalau didompet ada souvenir logam mulia Antam walau hanya 2 gram kujadikan media tuk melepaskan belenggu kekaluan tingkahku.

"key, aku ada sesuatu untukmu, walau tak seberapa tapi ini logam mulia bersertifikat, ada barcodenya sebagai tanda jadi pacaran kita"

"Yee, asyik kita jadian neh", timpalnya sembari menempelkan telinganya di dadaku.

"Yaaah ternyata dredegnya kencang mas,  berarti langsung ke hati ne?"

Sebelum kepalanya beranjak kubelai rambutnya sembari mencium keningnya tipis.

"Iih, masnya nakal", sambungnya, tapi dia justru menempelkan pipi mbemnya ke hidungku.

" Neh sekalian, yang satunya lagi biar gak meri". 

Sejak saat itu kami jadian namun novel yang   dia minta sebagai tokoh masih belum terampungkan jua.

___

Bondowoso, 13 Juni 2025





Sabtu, 07 Juni 2025

WINDY TYASMARA

 WINDY TYASMARA 

Pak Tyqnue Azbynt 

Sebuah motor matic trouble telah mamanikkan si empunya, sedangkan awan kian berat menggantung di langit. Entah karena terdorong oleh kemanusiaan atau kerana terjerat pesona cantiknya aku spontan saja membantunya. Sayang seribu sayang, motornya tak kunjung bisa kebenahi, phone mekanik tak ada yang siap layani on the road. Akhirnya kami pilih meneduh dulu karena hujan mulai mendera kami. Motorku dan motornya cukuplah ditutup jas hujan sedang kami beranjak ke halte warna biru putih di sisi trotoar jalan. 

Sembari menunggu hujan reda kami asyik bertutur kata saling mengulik jati diri. Windy Tyasmara nama yang enak didengar tersemat pada wanita di sampingku. Seakan kami telah kenal lama. Deras hujan yang menampias justru memperdekat kami demi tak kebasahan. Dari bincang itulah aku tahu kalau wanita muda di sampingku adalah seorang janda yang sudah 2x cerai. Otakku mulai bernalar kemana mana, ini kesempatan atau justru warning? Semuda itu sudah dua kali cerai berarti type cewek pemilih dan posesif. Namun dugaanku salah, dia cerai pertama setelah hartanya diporoti mantan suaminya untuk bisnis, tapi saat sukses justru memilih cewek lain. Cerai keduanya karena sang suami terlebih dahulu telah menghadap sang Kuasa karena kecelakaan. Tuturnya yang menyiratkan ketulusan menjadikan aku iba. Nafsu asmaraku tumbuh seketika dan menafikan semua logika dan sakwasangka yang bukan-bukan tentangnya. Ketika hujan mulai reda kusegerakan memperbaikinya namun tetap saja tidak bisa. Finally kupersilahkan dia bawa motor tuaku sementara motor kudorong mencari bengkel terdekat. Demi kepercayaan, kutitipkan KTPku. Mungkin karena itulah dia pun membawa motor tuaku. 

ICU motornya bermasalah dan harus ganti. Setelah diganti motor pun aman. Saatnya aku kembalikan dan sekalian memuaskan hasrat tuk memandangi wajah ayunya saat tiba di grianya. Eng ing eng, dia muncul dari pintu depan dengan wajah cantiknya yang natural. Aku hendak duduk diberanda namun dia justru menyilakan aku masuk di ruang tamu yang tertata rapi dengan polesan tembok hijau muda monokromatik.

Anggrek catalea hijau muda berulas putih bersih teronggok di atas meja kecil pojok ruang itu. Sejenak perhatianku tertuju pada rekahnya yang memesona. Suara cangkir beradu ditatakan yang mengejutkanku saat Windi menaruh di dekatku.

 "Mas, ngelamun ya?", tegurnya lembut. 

" Hm, iya, itu si catty bagus banget, hanya saja..." 

Dia pun menatapku sembari bertanya, "kenapa?" Lanjutnya penasaran.

"Tak seelok si mpyunya"

"Halah gombal, aku dah kenyang rayuan sampah macam itu", timpalnya serius. 

Karena pujianku, dianggap rayuan gombal aku pun berhenti basa basi. Perbincangan berubah menjadi datar hingga aku pamit pulang. Aku meminta kontak motor, dan sengaja meninggalkan KTP agar aku bisa kembali lagi di lain waktu.

Malam Minggu sengaja aku calling dia demi mengambil KTPku. Kubahasakan dengan serius, tanpa basa-basi seakan aku tak peduli padanya. Dia pun menanggapinya dengan datar, agar aku segera mengambilnya selepas salat isyak. Yassalam gaun biru muda berulas kuning pucat yang dikenakan telah membuatku terpaku. Aku tetap berlagak angkuh tak butuh tapi sebenarnya hmmm gak tahu deh maknanya. Yang di luar dugaanku dia justru berkata kalau KTPku rusak di mesin cuci. Perasaan mau marah, tapi aku tahan, karena dia memohon maaf atas kesalahannya. Sebagai ganti penyesalannya dia bersedia menemaniku ke kepolisian untuk membuat laporan dan berlanjut ke dukcapil. Aku mengiyakan saja. Heh asyik ne tapi rada ribet juga. Sembari berbincang bab KTP, aku coba mencari cara untuk berbasa-basi, namun dia sok panik dan bersalah. 

Senin pagi kami ke kantor polisi, lanjut ke dukcapil. Dia kupaksa ikut motorku. Di perjalanan masih saja cuek dan no coment. Di kantor posisi Windi menjelaskan duduk masalahnya bahwa pembuatan Surat Keterangan Kehilangan hanya formalitas saja karena sejatinya KTP rusak di mesin cuci dan bangkai rusaknya terbuang. Anehnya polisi mengamininya. Perjalanan menuju kantor dukcapil baru suasana mulai cair, dia mulai sedikit tanya-tanya bla bla bla. Di kantor dukcapil kami bertemu Sulaiman seorang pegawai yang ayahnya adalah temanku. Dia melah bisik bisik, "Nemu mangsa di mana kang?"

Setelah kujelaskan dia hanya manggut-manggut. Pukul 13 urusan kami baru kelar. Demi menuntaskan lapar kami berlanjut ke warung bakso Kangen Roso. Dilalah di tempat itu justru Windy bermanja-manja agar disuapinya, katanya sih tuk manas-manasi cewek saingannya di pojok selatan yang duduk dengan cowoknya. Bagiku ini kesempatan walaupun terasa deg-degan. Saat ada respon dari cewek di pojokan malah dia merapat dan bersandar di bahu kiriku. " Lah kok dredeg kencang dadamu mas?", bisiknya. "Aku tegang". "

"Yang mana ne yang tegang?"

" Husss" timpalku sembari mencolek dagunya. Namun dia malah mengigit lenganku manja. 

Pukul 14 aku segera mengantarnya pulang. Anehnya dia malah merangkulku mesra. Duh gimana neh? Pikirku. Di rumahnya aku disuguhi teh hangat di mug besar dengan 2 sedotan. " 1 mug untuk bersama celetuknya". Dan candaan tak penting pun kemana-mana. Usai canda-canda aku pun pamit pulang. 

" Entar dulu mas, ada sesuatu yang mau aku titipkan" dia masuk kamar seperti mengambil sesuatu.

"Traaam tamtammm, ne KTPnya gak rusak Yee, aku sengaja agar aku mendapat id card mu mas, silakan marah, terserah" crocosnya.

"Huuh dasar kamu, aku kena jebak ne" 

" Yang ini untuk aku, masnya kan sudah punya yang baru, oh yaa sini mendekat aku bisikin sesuatu". Ternyata hanya menempelkan bibirnya yang berlipstik coklat muda itu di dada kiriku. Yaaa noda stempel bibir di bajuku. Finally aku pun pulang, namun sebelum pulang aku mengambil hotpantsnya yang bertuliskan Reebok di jemuran beranda samping. Sembari aku kibas-kibaskan ke mukanya, " Ne aku Sandra sebagai ganti KTP". Dia hanya memonyongkan bibirnya sembari melempaiku dengan jepitan baju.

____

Bondowoso, 7 Juni 2025

Senin, 12 Mei 2025

RAYYA ELDEEDA

 RAYYA ELDEEDA 

Pak Tyqnue Azbynt 



Masuk di ruang lab kimia kampus National Yang Ming Chiao Tung University (NYCU) musim gugur tahun ini terasa tak nyaman di hati. Mungkin karena rindu tanah air dan orang-orang tercinta di rumah yang sudah setahun tak bersua muka. Kesibukan di Taiwan menjadikan hari-hari begitu padat tak seperti ketika kuliah S1 ku di Indonesia. Badan terasa capek dan kehilangan semangat tuk ngelab di sesi hari ini. 


Tak banyak pelajar dari asia tenggara yang mengambil program di kampus itu, mungkin karena kendala bahasa atau hal lain yang merepotkan. Bagiku soal bahasa bukanlah kendala toh mahasiswa banyak menggunakan bahasa Inggris dan bahkan di fasilitas fasilitas umum banyak bertuliskan Bahasa Indonesia. Mungkin karena banyak pekerja migran asal Indonesia atau karena hubungan bilateral kedua negara, entahlah. Aku memilih bermain game di laptop demi mengusir badmoodku. 

"Hi, are you Indonesia?", sapa seorang gadis di dekatku.

"Oh, yah, I'm Indonesian, I am Javanesse"

"Owww jowo Endi?" Lanjut cewek pirang itu penasaran. Usut punya usut dia asal Bondowoso Jawa Timur yang setahuku berbahasa Madura. Semula aku duga dia asli Taiwan karena kulitnya yang bening dan rambutnya yang dipirangkan itu menjadikannya tak tampak seperti orang Indonesia. 

"Aku biasa keluar masuk lab ini mas, tapi bukan sebagai mahasiswa, tapi sebagai room girl yang membersihkan dan menata alat-alat di sini. Kukira dia sebagai laboran ternyata hanya seorang room girl, yaa kurang sebanding dengan kemolekan wajahnya, apalagi tampilannya yang super rapi itu. Btw, dia semula hanya sebagai pekerja di rumah salah seorang dosen di kampus itu. Mungkin karena kerjanya yang bagus dia dipekerjakan di situ, entahlah. Bicaranya tertata bagus menunjukkan level pendidikannya. Dan benar saja justru dia lulusan fakultas tarbiyah di UIN Malang, hanya saja dia tak menggunakan jilbab seperti layaknya anak kampus muslim. Mungkin karena penyesuaian dengan lingkungan kerjanya.

Menapak kaki di negeri orang bagi seorang wanita apalagi berpendidikan tentunya sudah dibarengi dengan penataan asa yang kuat. Di tanah air yang sulit mendapatkan kerja, terlebih lagi ramainya disensi terhadap situasi ekonomi nasional yang kurang menguntungkan. Pilihan "kabur aja dulu" menjadi tekat Rayya. Bagiku di Taiwan ini bukan dalam kontek kabur tetapi memang melanjutkan straraku ke S2 yang jurusannya memang linear plus beasiswa yang dipromotori oleh Profesor di tanah air.


"Masnya kangen masakan Indonesia? Kalau mau aku buatkan nanti sore, kan homestay saya di ujung jalan itu, sekitar 100 meteran lah"

"Boleh, berarti aku harus kesana?"

"Ya bisa aku ke mess-nya mas, atau jenengan yang ke tempat saya ya munggo kerso"

Akhir kusanggupi tuk ke griya tinggalnya. 


Sore itu aku tiba di berandanya, tampak di sisi jalan pohon Cemara merah yang dedaunnya berguguran menjadikan jalanan penuh sampah musim gugur. Beruntunglah dia yang bernama RAYYA ELDEEDA itu diberi homestay oleh juragannya di sisi kiri rumahnya. Aku ketuk pintu, dia pun muncul dengan wajah segarnya yang rasa-rasanya baru usai mandi. 

"Wih, segarnya", celetukku.

"Yah biasa mas habis berbenah di rumah si boss, lagian sekarang lumayan gerah"

"He he untung deh aku datang pas musim gugur gini, jadi bisa menikmati suasana alam"

"Lah, justru banyak pohon meranggas"

"Gak kok"

Dia hanya mengernyitkan dahinya, tak memahami goda nakalku. Barulah setelah kupelototi kemolekan wajah dan tubuhnya, dia mulai mengerti dan sedikit malu.

"Oh, si mas, malu ah"

"Boleh kan aku memelototi apa yang ada di depanku ini? Boleh Doong, please ah", godaku sambil memegang kedua tangannya. 

"Husss ini mau makan lodeh, apa mau merayu?"

Dia pun mengambilkan aku lodeh dan semangkuk kecil nasi putih. Tanpa disilahkan langsung saja aku makan, tapi suapan pertama aku tujukan padanya. Dia pun mau walau sedikit ragu. Air matanya menetes teringat akan tunangannya yang pernah melakukan hal yang sama namun peristiwa itu harus dikubur dari ingatannya karena dia lebih memilih seorang guru SD yang lebih mapan. Semula kukira dia sedih karena ulahku. Reflek saja kutarik dia kucium keningnya kudekap dengan penuh kasih. Napasnya tersengal, entah dia suka atau marah padaku, aku tak peduli. 

"Mas, bolehkah aku mencium tanganmu?"

Tanpa kuiyakan lansung kujulurkan, sembari kubelai rambut pirangnya. 

"Oh yaa mas, bolehkah aku minta Jerseymu tuk aku pakai?"

"Trus aku pulang gak pakai baju, oh no, no"

"Pakai Jerseyku kita tukaran"

"Hemmm boleh, toh besok besok kamu yang akan mencuci bajuku saat menjadi ibu anak anak kita", candaku begitu jauh. Dia pun mencubit sekuatnya di perutku. Sontak saja aku kesakitan. 

"Boleh aku balas ne"

"He em"

Aku pun duduk bersimpuh menggigit pinggangnya dengan mesra. Dia tersenyum aku cengengesan bahagia.

____

Bondowoso, 12 Mei 2025

Minggu, 11 Mei 2025

TANORA LOVE STORY

 TANORA LOVE STORY 

Pak Tyqnue Azbynt 



Tampias hujan memercik di ubin beranda laboratorium komputer di siang hari. Murid-murid yang bersiap pulang sedari tadi harus mengurungkan niatnya. 11 Mei 2025 ternyata masih saja hujan memesra bumi di Tanjung Morawa. Aku yang baru beberapa bulan praktek mengajar di SMKN 1 Tanjung Morawa menjadi kurang nyaman dengan situasi itu. Bukan, bukan karena aku tak suka maunya alam, tapi ketertutupan akulah yang tak bisa berhabituasi di SMK itu. Apakah karena aku belum siap menjadi seorang guru, atau memang bukan passionku sebagai pendidik? Kurasa tidak juga, nyatanya aku sejak dulu ingin menjadi guru. No debat.


Kadang aku iri pada guru-guru yang begitu profesional dan nyaman di zona itu. Sebut saja Bu Novi Fransiska yang menjadi idola anak-anak yang jumlahnya mendekati seribu siswa itu. Sejak awal telah aku bidik si dia, maksud hati ingin mengetahui tips dan triknya supaya menjadi idola siswa. Berkali aku berusaha mencari momen yang tepat tuk membidik wajahnya tuk kujadikan model lukisan kanvasku.  Tak ada maksud lain, selain ingin mengetahui tips mengajarnya yang smart dan brilliance. Dan lukisan itu kumaksudkan tuk dijadikan persembahan ulang tahunnya. Namun sia-sia belaka usahaku. 


Hujan reda dan anak-anak pun bergegas dan berhamburan pulang termasuk Bu Novi. Dilalah buku Agenda dan Teacher's note nya ketinggalan. Dengan tanpa dosa kuambil dan kubaca semua isinya tanpa terkecuali. Jurnal mengajar dan catatan guru begitu lengkapnya bahkan catatan-catatan rujukan bahan ajarnya. Pokoknya lengkap dan rinci deh bahan ajarnya. Di otakku berkecamuk, ribet benar ya ternyata menjadi guru? Beda catatan guru beda agendanya, ternyata di buku agenda warna hijau tosca itu banyak catatan  romantis yang menghanyutkan rasa.  Diksi-diksi romantis, gaya bahasa yang beragam menjadikan aku nyaman membacanya. Hemmm ternyata dia juga punya catatan hati yang haru biru.

Fasilitas di sekolah itu bisa dikatakan cukup memadai dan representatif tuk menghadapi perkembangan jaman yang serba cepat ini. Satu hal yang tak banyak diminati oleh guru-guru di situ ialah tentang literasi, sepengetahuanku tak ada satu pun yang menjadi penulis, walaupun sebatas sagu sabu (satu guru satu buku). Semestinya Bu Novi bisa membuat buku itu karena tulisan-tulisan nya di agenda layak dijadikan novel atau setidaknya novelet, atau kumpulan cerpen romantis. Di catatan guru pun mestinya bisa dijadikan buku paket, bukankah sumber rujukan pengajarannya sudah lengkap? Ya tinggal utak-atik sedikit kebahasaannya saja. Sayangnya dia tak melakukan itu. 


Sejak membaca agendanya dan memelototi foto-fotonya justru menghadirkan perasaan lain di hati ini. Di sekolah memang sempat diumumkan tentang kehilangan buku Bu guru cantik itu, cctv ruang lab juga diperiksa karena praktikum terakhir sebelum buku itu hilang adalah di lab komputer. Untunglah buku dan agendanya dia tinggalkan di teras sekolah dekat daun pintu yang tak tersorot cctv. Finally buku itu hilang tanpa jejak.

Gaya tulisan ringan yang enak dibaca kuketik rapi dengan font Times New roman ukuran A4. Alur kisah yang ditulis episodik menjadikanku tak perlu out line lagi. Hanya sedikit merapikan ke bahasaannya. And 213 halaman rampung kubuat, kuedit he he, kan dia penulisnya. Kutajuk dengan TANORA LOVE STORY oleh Novi Fransiska. Naskah segera kukirim ke penerbit dengan harapan di Bulan Bahasa bisa release. 

____

Hari terlewati dan bulan pun berlalu. Awal Oktober buku sudah selesai cetak. Selama masa penantian cetak buku, aku selalu menghubungi Bu Novi dengan nomor baru via VPN agar aku tak bisa dilacaknya. Benar saja dia pun tak menaruh curiga padaku walau pun hampir tiap malam kugoda lewan candaan usil. "Bu guru mohon jangan protes dan jangan banyak komentar bila saat upacara Sumpah pemuda ada kejutan dariku, kalau macam-macam foto-fotonya akan aku sebarkan via medsos". Rupanya ancamanku membuatnya sedikit cemas, terbukti dari sikap kesehariannya yang tak seceria sebelumnya. Dan, aku tak mau peduli soal itu. Di sisi lain, Bu kepala sekolah aku kirimi email bahwa ada paket buku atas nama Bu Novi, dan aku mohon untuk dibuka paketnya saat upacara 28 Oktober sebagai kejutan dan penghargaan buat Bu guru itu. Yes, jawaban Bu kepala meng-acc nya. Penerbit mengirimkan paket tersebut atas nama Bu Safriantina Purba kepala sekolah, tertanggal 20 Oktober 2025. Oh ya, untuk Bu kepala dikirimi satu eksemplar edisi Lux sebagai penghargaan, agar beliau lebih dulu mencermati dan membaca buku karya Bu Novi tersebut.

Selasa 28 Oktober 2025 di pagi yang cerah tibalah hari yang mendebarkan bagiku, ingin kulihat ekspresi Bu Novi saat penganugerahan sebagai guru literat oleh kepala sekolah saat bulan bahasa. Panggilan demi panggilan untuk guru berprestasi dari sekitar 70-an terasa begitu delay di otakku. "Dewan guru dan anak-anak muridku sekalian, guru berprestasi berikut adalah di bidang Literasi, kita turut bangga padanya, inilah dia Bu Novi Fransiska, S.Pd yang telah membuat karya novelet remaja dengan judul TANORA LOVE STORY, kepadanya dipersilahkan menuju panggung utama". Dia tampak kebingungan, tapi melangkah jua untuk menerima piagam dari sekolah. 

"Kepada Bu Novi saya minta untuk sedikit memberi komentar atas karyanya tersebut", lanjut Waka kurikulum yang menjadi protokol di acara penerimaan piagam itu. Ah kenapa ada gituan sih, begitu benakku, ini kejutan bisa kacau. 

"Terima kasih bapak ibu sekalian, sampai detik ini saya belum menerima buku itu, dan tak bisa saya komentar lebih jauh", kilahnya. Namun saat kepala sekolah menyodorkan sampel dari buku itu, Bu Novi membuka daftar isinya. Sub judul demi sub judul tak beda jauh dengan catatan di agendanya. 

"Bapak ibu dan anak-anakku yang saya banggakan, detik ini juga saya umumkan, siap pun yang telah menemukan buku agenda saya harap maju ke hadapan saya, karen novelet ini ada di catatan pribadi saya. Jika seorang murid, aku akan hadiahkan netbook jika seorang guru saya akan minta persetujuan hadiah apa yang dimauinya". Peserta upacara saling pandang karena tak ada satu pun yang maju. Namun ketika Bu Kepala yang memerintahkan, akhirnya aku maju jua. Tepuk tangan riuh menjadi penyemarak saat itu. Bu Novi kaget karena ternyata yang merayunya tiap malam adalah saya. 

"Baiklah, untuk bapak saya hadiahkan salam cinta dari saya, karena ternyata dialah yang menjadi manusia misterius di malam malamku"

_____

Bondowoso, 11 Mei 2025

Kamis, 01 Mei 2025

Ojhung Bandabasa

 OJHUNG BANDABASA

Pak Tyqnue Azbynt

Dari Bumi Megalitikum Bondowoso

Kabarkan tradisi leluhur pengunduh hujan

Batang rotan senjata lelaki ksatria bertajuk Ujung

Menggeliat menari unjuk gagah tak peduli tubuh memar disabet rotan musuh

             Akaleya majhendhar atengka mapeyar

             Ngabes eyattas lajhu meltas macowet paceppet

             Moso nyise, aba ngalle moso nyandher laju majhuwer

             Dara nyapcap pello aghili panjhelin asepsap  attas baba

Menggeliat dihajar melangkah menampar

Lihat atas dilibas melanting secepat kilat

Musuh menyisih aku mendekat menggempur

Darah menetes peluh luruh, manuver rotan atas dan bawah

             Gendhing se nyandhing etabbhu maramme

             Bebini adhandhan maraddhin male ta akaon kodhin

             Masanta samangat senegghu ojhung

             Se nenggu male perna tor jhumambhar 

Gending disanding tetabuhan menyemarak

Perempuan perempuan bersolek biar molek

Penambah semangat ksatria penari Ujung

Penonton biar betah dan gembira terpendar

           Ojhung Bandabasa tradisi pengunduh hujan

            Riual tari berbalut dedoa, darah menetes hujan pun menampias

___________

Bondowoso, 2 Mei 2025

Selasa, 22 April 2025

PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN LITERASI DAN NILAI KEISLAMAN

Teks Pidato

PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN LITERASI DAN NILAI KEISLAMAN

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Segenap Dewan Juri yang kami hormai

Bapak Ibu guru pendamping yang kami hormati dan takzimi

Rekan-rekanita dan hadirin sekalian yang berbahagia

           Assalamu alaikum warahmaullahi wabarakaatuh

           Hamidan Lillah salliman wa mushalliyan ala rasulillah

Puji syukur kepadanya Sang Penguasa jagat Allah Subhanahu wa taala karena atas kuasaNyalah kita bisa bersemuka di tempat ini.

Salawat serta salam senantiasa terhatur untuknya baginda Rasulillah yang telah membawa kita ke alam ilmiyah Islamiyah.

Hadirin yang berbahagia, di kesempatan yang berbahagia ini saya akan menyampaikan materi pidato saya dengan judul, PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN LITERASI DAN NILAI KEISLAMAN”

Ada tiga komponen yang akan saya kupas pada kesempaan kali ini, yakni

Pertama: Media Sosial yang kemudian diakronimkan denga istilah MEDSOS

Kedua : Peningkatan Literasi, dan yang

Ketiga : Nilai Keislaman

Bapak, Ibu, rekan-rekanita sekalian yang berbahagia, mari kita sejenak pancangkan pikiran pada apa yag akan saya sampaikan!

Media Sosial atau Medsos merupakan platform media online yang dijadikan penala untuk melakkan interaksi sosial, berbagi, dan berkomunikasi dengan orang lain. Dari media ini kita bisa berbagi pengalaman, pengetahuan, ide-ide brillian bahkan melakukan transaksi ekonomi serta politik kepemerintahan dengan cara yang singkat dan tepat. Tetapi perlu dicatat dari berbagai kemudahan itu muncul pula ekses-ekses yang sangat membahayakan bagi generasi bangsa. 

Media yang berasis online ini degan mudah mengirimkan pesan, tulisan, gambar, suara atau audio, bahkan video. File-file penting, data-data yang jlimet dan rumit pun mudah kita bagikan melalui berbagi platform yang ada seperti: WhatsApp, Tik Tok, You Tube, Twitter, Facebook, OmeTV, Linkdin dan sebagainya. 

Di era yang serba digital ini menjadikan segala sesuatu mudah dilakukan, lebih mudah lebih cepat, lebih tepat. Saking mudahnya bahkan anak kecil pun bisa memanfaatkannya. Di sinilah yang perlu menjadi perhatian dari semua pihak agar otak-otak generasi muda tidak tercemari, tereduksi oleh limbah-limah medsos yang memahayakan. Seperti :

Social Media Addiction (kecanduan Sosmed)

Social Media Dependence (Ketergantungan Medsos)

Social Media Obsession (Obsesi Medsos)

Kecanduan, ketergantungan, dan obsesi medsos tersebut menjadikan kita tak bisa dilepaskan dari media tersebut yang berdampak pada, kemalasan berpikir kreatif, ketergantungan pada karya orang lain, mudah menjiplak yang semua itu belum tentu sesuai dengan budaya kita bangsa keitmuran ini. Munculnya Gen Zie, Gen Alpha semakin menyemarakkan dunia permedsosan ini. Banyak baiknya tetapi banyak pula buruknya, and so kita harus bisa memilah, memilih mana yang harus kita lakukan.

Hadirin yang budiman, selanjutnya saya akan memaparkan tentang Peningkatan Litrasi. And than apa itu literasi? Literasi dimaknai sebagi kemampuan sesorang untuk membaca, menulis dan memahami informasi dalam berbagai bentuk. Itu artinya tidak hanya sebatas membaca dan menulis tetapi mencakup kemampuan untuk memahami, menganalisis dan menggunakan informasi secara efektif. 

Rekan rekanita dan hadirin yang berbahagia, setidaknya ada beberapa jenis yang bisa kita pahami, misalnya:

Literasi Dasar yaitu yang berkaitan dengan membaca dan menulis

Literasi Informasi berupa bagaimana kita mencari, mengevaluasi dan menggnakan informasi tersebut.

Literasi Digital yakni informasi yang berbasis teknologi, dan

Literasi Keislamam literasi untuk memahami ajaran Islam, Islamologi atau Dirasah Islamiyah.

Hadirin, dari sinilah dipandang betapa pentingnya kita mengetahui, kemudian meningkatkan kemampuan berliterasi karena salah satu indikator kemajuan suatu bangsa adalah tingkat atau level literasinya dalam berbangsa dan bernegara. Era keterbukaan medsos ini harus kita manfaatkan sebaik-baiknya.

Bapak ibu dan hadirin yang berbahagia. Pada bagian berikutnya saya akan paparkan tentang Nilai-nilai keislaman. Nilai menjadi acuan bagi kita dalam berprilaku baik atau buruk, benar dan salah. Artinya nilai ini mencakup prinsip-prinsip norma standar yang mengatur prilaku, keputusan dan tindakan. Hal ini akan dipengaruhi oleh: Agama, Budaya, Tradisi, Pendidikan dan Pengalaman Hidup.  

Nah lalu bagaimana dengan Nilai Keislaman? Tentunya tata nilai yang berhubungan dengan aspek keislaman seperi: Tauhid, Ahlak, Keadilan, empati, Amanah, Ihsan dan sebagainya yang tidak lepas dari ajaranajaran Islam. 

Rekan-rekanita, dewan juri dan hadirin sekalian, lalu bagaimana kita menyinambungkan ketiga unsur di atas yakni: Medsos, Literasi dan Nilai Keislaman. Baiklah, berikut ini saya akan sampaikan keterkaitan dari keiganya sekaligus menjadi penyimpul dari pidato saya ini.

Islam merupakan Agama menekankan kekuatan logika bahkan sejak penobatan Kanjeng Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam sebagai Nabi di Gua Hira sudah sejak awal diperintahkan untuk membaca, itu artinya harus berliterasi. Literasi yang bagaimana? Yaa semua aspek dalam kehidupan ini baik yang bersifat Hablum minallah ataupun hablum minannaas, hubungan kepada Allah maupun hubungan dengan manusia. 

Lalu bagaimana dengan Media Sosial? Hendaknya media ini dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan litarsi kita agar bisa menjadi bangsa yang maju, generasi yang smart. Tidak hanya smart dan maju tetapi harus didasari oleh nilai nilai yang Islami. Dengan begitu, adanya media sosial bisa kita jadikan sebagai alat untuk kebaikan dan kemajuan dan paling penting yaitu menyinambungkan dengan nilai Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari. Karena Maju suatu bangsa tanpa adanya sentuhan nilai keagamaan hanya akan serupa AI ( artifisial Intelegence atau kecerdasan tiruan) yang pandai tetapi tak punya hati dan perasaan.

Hadirin sekalian demikianlah pidato singkat saya, 

Indah gading pada retaknya, salah tingkah dan kekata ada pada saya sebagai mansia. Mohon maaf atas segala kesalahan. Wallahl muwafiq Ilaa aqwamith Thariq

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabara kaatuh.



Sabtu, 19 April 2025

21 FEBRUARI DI SMA ISLAM MIFTAHUSSAADAH

 21 FEBRUARI DI SMA ISLAM MIFTAHUSSAADAH 

Pak Tyqnue Azbynt 



Pagi buta kulintasi Jalan Pakuwon Km 10  Sukabumi agar bisa kunikmati kenangan indah dulu sebelum aku hijrah ke Bondowoso Jawa Timur. Tekatku hanya tuk menemui Si Cantik Nih R Hayati. Liburan kami sekeluarga, digunakan tuk menemui keluarga yang jauh gegara bapakku pindah tugas ke Jawa Timur. Maklumlah pegawai kemenag memang tergantung dari kewenangan pusat yang harus siap ditempatkan di mana pun di Indonesia ini. Kepindahan kami benar benar menyisakan rindu pada kampung yang damai itu. 


Salah satu siswi cantik yang menjadi idola di SMA itu adalah Nih.R. Hayati. Wajah oriental bumi Pasundan menyempurnakan keelokannya. Hanya kegilaanku saja yang beling berkorespondensi dengan murid perempuan, padahal di lembaga itu begitu ketatnya. Satu hal yang tak mudah kulupa saat aku memberikan hadiah ultahnya, yang kemudian ketahuan salah seorang ustaz, yang mengakibatkan aku disuruh menghadap di bagian BK. Finalnya saat upacara bendera hari Senin aku didaulat untuk menyatakan permohonan maaf di hadapan siswa siswi yang lain. Mungkin karena aku sudah terlanjur kebelet cinta, sama sekali aku tidak nervous. "Bapak ibu dewan Asatiz wal ustazaad, mohon maaf atas pelanggaran saya yang telah berkhalwat dengan salah seorang siswi yang sedang memberi surprise di ulang tahunnya. Sekali lagi mohon maaf, jika lain kali aku mengulanginya saya siap dinikahkan dengannya”. Entah karena apa, mulut saya berujar begitu, karenanya halaman sekolah menjadi riuh. Cilakanya, Hayati justru semaput tak sadarkan diri. Mungkin karena malu atas ulahku yang dibully peserta upacara. Upacara menjadi kacau. Dan, aku diskorsing selama sepekan tidak boleh masuk sekolah. 


Setelah dipikir-pikir ternyata kekonyolanku memang terlalu gila. Bapakku yang juga sebagai guru di tempat itu terdampak akan ulahku. Mungkin karena itulah beliau mengajukan mutasi ke Jawa Timur tepatnya di Bondowoso tempat tanah lahirnya. Dilalah tak sampai satu bulan, kami pun pindah meninggalkan tanah kelahiran ibu yang asli Sukabumi itu. 


Kali ini aku liburan mengikuti cuti bapak untuk menjenguk nenek sedang sakit parah. Aku sengaja ikut walau pun sekolah masih aktif, apalagi kelas 12 yang harus bersiap asesmen akhir. Ah aku tak pedulikan itu semua. Niatku kembali menemui si cantik, yang sempat menyandera hatiku dulu. Jum at pagi 21 Februari 2025 aku kembali ke sekolah itu setelah satu tahun aku tinggalkan. Aku sengaja memakai masker dan menyamar menjadi pengantar paket. Kutemui kepala sekolah dan guru-guru sembari memohon maaf, aku katakan sebagai alumni di sekolah itu. Masker tetap aku pakai saat membawa paket yang kutulis "Untuk. Nih.R.Hayati kelas 12 IPA". "Mohon maaf bak, mau difoto dulu sebagai laporan". Saat hendak aku foto, kubuka maskerku, terbelalaklah matanya sembari berujar,"Yaa Allah". Sontak saja mengundang perhatian warga sekolah yang saat itu sedang rehat pertama. Dan, sekolah menjadi ramai, teman-temannya melempari kami. Tapi aku segera ke bapak ibu guru sembari meminta maaf setulusnya. Mereka hanya geleng-geleng atas sikapku. Mungkin karena bapakku sempat menjadi teman merekalah yang masih mentolerir gilaku. Sebelum aku pamit pulang kusempatkan menjabat tangan Hayati.  Wiiih lembut cuy, terasa sampai ke ulu hati. Senymnya itu lho yang kini masih kubawa ke Jawa Timur. "Hayati, hidupku” begitulah gumamku saat kulepas jabat tangannya. Getar bibir dan nanar tatapnya menyiksa dadaku. Moga dia tak tersakiti hatinya gegara ulahku. Hayati-hidupku.

____

Bondowoso, 19 April 2025

Sabtu, 12 April 2025

GADIS PENJUAL BUKET

 GADIS PENJUAL BUKET

Pak Tyqnue Azbynt 

12 April 2025 pagi yang begitu dingin menyambutku di kota Malang dalam sebuah gelaran Wisuda 132. Riuh riang membuka pagi itu. Wali wisudawan hilir mudik berswafoto, ber-vlog ria mengabadikan event istimewa itu.


Di mulut pintu Utara kudapati seorang penjual buket yang begitu sopannya. Ah itu memang biasa, tapi tidak juga justru di saat pembeli mulai sepi dia justru membuka kotak tanggung berisi Alquran. Ah itu biasa juga kok, ah gak kok justru bacaan yang indah pelan disertai tetesan air matanya yang mengalir deras. Saat kudekati dan menelisik keberadaannya. Ternyata dia juga seorang mahasiswi di kampus itu. Aku dan istri begitu kagum akan kecintaannya pada Al-Qur'an disela berjualan buket itu.


"Maaf, bapak dan ibu, bolehkah aku berbagi bahagia dengan kalian?" Tawarnya padaku. 

"Oh tentu saja"

Sebentuk buket diberikan padaku, dan aku menolaknya, karena takut membuatnya rugi. Namun dia memaksanya jua.

"Bapak, ibu, saya juga wisudawati yang sebentar lagi mau masuk ruangan. Graha Cakrawala tuk diwisuda juga. Maaf ibu bapak, saya teramat bersyukur karena berkat pekerjaanku sebagai penjual buket ini sebagai penopang dana kuliyahku. Mohon dengan hormat bapak tuk mewakili orang tua saya yang tak bisa hadir karena berada di pelosok Sumbawa. Alhamdulillah saya mendapat summa cumlaude, dan bapak saya mohon mewakili orang tua saya", katanya panjang lebar sembari bercucuran air matanya begitu derasnya.

-----

Malang, 12 April2025

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...