NGAMPUS SENDIRI
Pak Tyqnue Azbynt
Materi kuliah statistik sama sekali tak menarik bagi kami, ditambah lagi dosennya kurang simpatik ya bisa dipastikan sepi peminat. Hanya mereka-mereka budak kampus yang begitu serius mengikutinya. Semua gengku dipastikan tak menyukai materi kuliyah itu.
Aku memilih memanjakan diri di studio lukisku. Bermain warna di atas kanvas, berekspresi lewat sapuan kuas dan palet knife. Salah satu rekreasiku adalah merupa atau menyanyi di studio. Finally kulupakan saja semua teori-teori di kampus.
"Bro, bidadarimu kenapa nyasar di pelataran kampus? Kuliyah kagak tapi malah ngampus", celetuk Ali Swarno kating kampus. Sontak saja saat santaiku terganggu. "Huh bakalan runyam ne dunia" begitu benakku. Apa masih belum selesai cemburunya, atau ada masalah lain? Aku tahu betul karakter Zara yang sensitif itu. Mau dibiarkan takut terjadi apa-apa, mau disamperi takut malah tambah runyam. Akhirnya kudatangi jua dan pantau dari kejauhan siapa tahu ada info lainnya yang bisa aku dapatkan. Ah, jangan-jangan dia hanya pura-pura cemburu demi lepas dariku, atau dia dah punya gacoan lain? Perasaan mulai kacau dah, mau dilindungi, dimanja, atau campakkan saja? Dilalah pas aku ngafe ada pemain badut di seberang jalan, yaa bisa pinjm kostumnya. And finally aku memakai kostum badut yang ternyata tidak sebegitu bau keringat mungkin karena lumayan baru. 500 ribu kuberi pada mas badut, dan aku pun mulai beraksi menari-nari mendekati Zara. Kuberi dia mawar sulap milik mas badut lalu kuucapkan "I Love you" padanya. Dia menarik tanganku seraya berbisik, " Maaf aku sudah punya mas Dino, yang biasa menjaga dan memanjakanku". Mendengar kata-katanya aku merasa senang, kuberikan dia Pager (pengirim pesan SMS sebelum ada HP), " tolong dijaga, pager ini terkunci dengan sandi, suatu saat orangnya yang kan membuka sandinya", dia hanya mengangguk setuju. Aku pun berlalu mengembalikan kostum mas badut.
___
Bondowoso, 12 Ramadhan 1446
Tidak ada komentar:
Posting Komentar