IFTAR
Pak Tyqnue Azbynt
Langit masih saja menjanjikan deras hujan, tampak begitu berat awan menggelayut di tiang cakrawala. Desau angin kabarkan resah seperti Zara Eng yang masih saja uring-uringan. Entah harus dengan apalagi agar luka hatinya bis kuobati. Wajah murungnya dan kekatanya yang sering ketus itu membekap napas hatiku.
Tak selaiknya puasa ini menyimpan dendam dan aku harus bisa mengobatinya. Otakku seakan membuntu saja.
Tetiba ada calling dari salah seorang sahabat penulis yang mengajak untuk buka puasa bareng di Gandok gede miliknya.
Zara kujemput di rumahnya tuk menghilangkan bad mood-nya, atau setidaknya semacam pendekatan ulang. Kan kurajut lagi dari awal dan memulai semua cerita dari lembar-lembar awal. Saat azan Maghrib tiba kuambilkan dua buah kurma Tunisia yang kuning keemasan. Kusuapkan walau dia sedikit mengelak. Dilalah tanpa sengaja dia melihat gantungan kunci replika tarantula, dia yang fobia binatang itu seketika saja langsung memelukku erat sekali. Anehnya saat ganci itu dijauhkan oleh temanku, dia tetap saja menggelayut, yang semula dingin ketakutan, kok menjadi hangat. Aneh? ,"Sabar sayang ada kang mas yang akan melindungimu" Tatapan tajamnya dan sedikit senyum di bibirnya menjawab semua cerita itu.
---
Bondowoso, 10 Ramadhan 1446
Tidak ada komentar:
Posting Komentar