Total Tayangan Halaman

Minggu, 15 Juni 2025

GAUN KOYAK

GAUN KOYAK

Pak Tyqnue Azbynt

          Vanya Janneta begitulah nama yang tersemat pada sosok gadis berkulit coklat cerah, walau tak sebening gadis kebanyakan, namun tubuh sintalnya menjadi nilai tersendiri. Dia yang kini sibuk di berbagai organisasi pemuda, ekstra kampus bahkan organisasi pemuda yang berbasis organisasi agama terbesar di dunia ‘NU’, dia aktif di IPPNU-nya. Namanya banyak dikenal oleh para aktifis dan masyarakat sekitar. Giat di berbagai kegiatan ini rupanya terular oleh habitual Sang Ibu yang juga aktif di berbagai kegiatan sosial.

          Sosok yang dibesarkan oleh ibu tanpa didampingi sosok ayah yang telah sekian lama memilih jalan cerai lantaran beda pandangan dengan ibu. Bangku SMP dan SMA dilewati dengan cara nyantri di sebuah pesantren ternama di kota Tape. Kemandirian sudah mulai tertanam sejak di sana, bergaul dengan berbagai karakter pun menjadi hal yang mudah baginya. Di dunia pesanren Vanya benar-benar terbarikade dari pergaulan dengan sosok lelaki. Sejak menjadi mahasiswilah matanya mulai terbuka pada sosok lelaki. Di kegiatan para aktifis dia kenal dengan seorang pemuda tampan yang benar-benar menjadi dunianya penuh bintang. Andhika Samoedra resmi memacarinya dan telah mengenyampingkan tradisi santri Vanya. 

          Entah karena apa, para tetangga tak menyalahkan kedekatan Vanya dengan Andhika walaupun habitual sebagai santri pernah dijalaninya. Sejoli itu asyik masyuk dalam dunia cinta. Pantas saja kalau mereka digunjingkan bakal menjadi pasangan yang serius ke jenjang pernikahan. Demi menjaga kehormatan sang gadis, bunda Vanya mengintrogasi Andika perihal hubungan mereka. Benar saja dia menyanggupi dengan serius bakal meminang putinya dan finalnya ke pernikahan. Janji pemuda itu merebak ke telinga tetangga bahkan warga se kampung tahu akan hal itu. Dunia menjadi milik mereka berdua, dan kita-kita hanya numpang padanya. Viralnya berita Andhika akan meminang sang gadis semakin santer saja di telinga warga.

         Suatu sore di Orilla Cafe mereka sedang have fun sepulang ngampus. Di temapat itu Vanya berjumpa dengan sepupunya Farah. Dengan bangganya ia memperkenalkan Arjunanya pada saudari sepupunya itu. Maklumlah Vanya dan Farah yang dulu pernah sehalaman rumah plus sebagai saudari mereka begitu akrabnya walau kini Vanya telah tinggal bersama ibunya di tempat yang relatif jauh sejak perceraian dengan ayahnya. Walhasil pertemuan di cafe itu menjadi perajut kembali temali keluarga yang telah rusak.

          Kesibukan menyusun skripsi telah merehatkan jalinan asmara Vanya - Andhika. Hingga lepas bulan Desember karya ilmiyahnya itu belum juga tertuntaskan. Mungkin harus pulang kampung tuk bersimpuh di kaki sang bunda agar segera urusannya terentaskan, begitu pikir Vanya. Namun sesampai di rumah, tiap kali hendak berbiccara pasal Andhika semua orang mengalihkan pembicaraan. Aneh, namun di otaknya belum tergambar apa-apa. Di dekat main road kecamatan dia bertemu Andrea saudara sambung dari pernikahan ayah dengan ibu sambunya. Tuturannya kalau calonnya telah berpaling dan justru meminang Farah sepupunya. Walau semula dia tak percaya tapi keseriusan penuturan saudara sambung itulah yang mulai membuatnya percaya ditambah lagi dengan pengalihan perbincangan keluarganya di rumah.

          Anne Barge bridal gown yang sengaja dia beli dengan harga yang terbilang mahal untuk kantongnya terpaksa dia geletakkan sahaja sebagai bukti kekecewaannya. Di antara tumpukan buku kerja gaun itu ia abaikan dan tak ada sedikit pun ekspektasi dengannya. Semula yang hendak digunakan saat pertunangan ternyata kini hanya memuakkan mata dan menyesakkan dada. Entah harus pada siapa ia melabuhkan curhatnya karena tak ada teman sejati yang bisa ia tumpahkan semua beban yang menyampah di hatinya. Ketika desas-desus kabar pernikahan Farah dan Andhika masuk ke telinganya, gaun itu mmenjadi tumpahan amarahnya. Cutter di rak bukunya menjadi eksekutor tuk merobek-robek gaun mahal itu. Anehnya, justru ia bungkus dengan kertas kado yang begitu estetiknya.

          14 Juni 2025 sebuah surat undangan lux warna jingga ia terima dari saudara sepupunya. Walau bara perseteruan cinta masih membara tapi sebagai saudara harus ia terima. Bagi Vanya ini benar-benar menjadi puncak kemarahannya namun dia sebagai aktifis harus menunjukkan ketegaran hatinya. Namun hati taklah seteguh karang, hantaman ombak amarah yang bertubi-tubi merapuhkan jua. Antara iya dan tidak untuk hadir di hari bahagia sang mantan bergejolak di hatinya. 

          Teman-teman pemuda kreatif di komunitas yang menjadi kelompok para pemuda penggerak di kampungnya menyarankan agar Vanya tak mengahdirinya. Memang pertimbangan dari komunitasnya sangat reasonable demi tidak terjadi hal yang diluar kemampuan dan ketegarannya. Tak seperti anjuran teman komunitas dia justru bersikukuh tuk menyaksikan hari penyiksaan hatinya itu walau jiwanya masih sangat terguncang.

        


  Alex Abdillah seorang asisten dosen di kampusnya, menanyakan ihwal acara penikahan yang akan di gelar Farah dan Andhika yang dulu pernah se kampus dengannya. Lelaki tampan itu bertanya pada Vanya karena dia tahu kalau dia satu kampung dengan Farah. Entah karena apa justru dia menemukan tempat curhat yang dianggapnya tepat. Alex menyeriusinya tuturan adik tingkatnya itu dan memberikan banyak saran padanya. Dia tak sekedar sebagai kating tapi lebih dari itu dia mengajak Vanya tuk membersamainya. Bak satu koin uang yang dilempar di ajar perlombaan, mereka berdua hanya dijadikan mainan.Ternyata Alex pernah jadi pacar Farah namun ditinggalkannya tanpa alasan yang berarti. Semula dia sudah merencanakan pertunangan pasca doktoralnya selesai, namun Farah justru berpaling ke lain lelaki.

          Kado indah telah meraka bawa, gaun koyak perlambang penghianatan. Alex Vanya mengenakan baju senada. Alex dengan Jaz biru serasi dengan Gaun Vanya biru muda berulas putih yang dibelikan teman penyampingnya itu. Mereka beriring berdua menapaki pelataran panggung kedua mempelai sembari memberikan salam restu. Tak hanya itu Alex Vanya justru bergerak ke Wedding Band dengan membawakan lagu Tak Ingin Usai – Keisya Levronka. Sontak saja banyak undangan yang mengapresiasinya. Satu persatu bergerak memberikan standing applause sembari merapat menyalami mereka berdua, seakan merekalah pengantinnya. Mungkin karena kabar telah santer tentang romantika asmara mereka hingga secara tidak langsung hadirin justru memberikan dukungan pada Alex Vanya. Benarlah kata orang, yang berani berjanji akan terkalahkan sama yang berani meminang, berani meminang akan kalah sama yang berani ijab kabul nikah. Namun siapayang menyemai maka meraka yang akan menuai, benih yang baik akan berbuah yang baik pula.

_________ 

Bondowoso, 15 Juni 2025


         

 







Jumat, 13 Juni 2025

KEYRANE SIBONDETA

 KEYRANE SIBONDETA 

Pak Tyqnue Azbynt 



Melabuhkan tubuh penat  di Tomoro Kafe menjadi kebiasaanku. Duduk menyendiri di pojokan sembari melihat-lihat file tulisan di laptop menjadi keasyikan tersendiri.  Sekedar membaca ulang, menyelia tulisan-tulisan yang typo atau mereset ulang alur cerita menjadi kebiasaanku kala sendiri. Walau tubuh penat tapi soal menulis tak pernah aku lupakan. 

Seorang Barista girl datang mengusiliku sembari senyum tipis di bibirnya. 

"Mas penulis, mbok yao aku jadikan tokohnya dong" yang ber-name text KEYRANE SIBONDETA, padahal Nama dirinya Gerin Shashikirana sudah apik.  Mungkin alasan marketlah ia harus mem-falsify namanya. Tanpa babibu langsung kuambil gambar elok wajahnya sebagai cover buku yang bakal aku cetak. Akhirnya penyeliaan tulisan aku hentikan dan menjadi bincang ria dengannya. Mungkin karena aku sudah biasa hadir di tempat itu, sang Barista diperkenankan bercengkrama denganku. Dan yang menggantikan barista di pantri seorang cowok yang terbiasa bergantian dengan Keyrane. 

"Pinjam satu boss bidadariny satu, ada sedikit yang perlu dibincangkn".Boss pemilik kafe hanya tersenyum sembari mengacungkan jempolnya. 

Saya tak tahu harus memulai dari mana alur ceritanya akan bermula. Otakku blank, tak menemukan idea cerita. Aku katakan saja kalau otak lagi buntu padanya. 

"Gimana mas kalau ceritanya aku berpacaran sama mas penulis ?"

"Trus"

"Ya kita pacaran, dalam ceritanya"

"Ah halu, ga mau ah"

Dia cemberut sembari memonyongkan mulutnya. Dia langsung menyesap kopiku, sembari merapatkan tubuhnya. Hangat, lembut, dengan aroma fifth avenue menjadikan aku terpana tanpa kata. Sampai beberapa saat aku diam tanpa kata tak tahu harus berbuat apa. Sampai dia menegur dan mengejutkan aku dari lamunan. 

"Woi kok malah sawan"

"Oh, aku kena sihir Dewa Amor"

"Hemmm, lelaki gayanya memang begitu" Kekatany menyindir. Tapi sumpah deh, aku justru dibuat tak berdaya olehnya. Walau hatiku telah takluk, aku berusaha setenang mungkin agar tak dibully si cantik ini. Tapi lagi lagi aku mati langkah berada di dekatnya, idea tak ada, mau bicara apa, kelu. Barulah aku tersadar kalau didompet ada souvenir logam mulia Antam walau hanya 2 gram kujadikan media tuk melepaskan belenggu kekaluan tingkahku.

"key, aku ada sesuatu untukmu, walau tak seberapa tapi ini logam mulia bersertifikat, ada barcodenya sebagai tanda jadi pacaran kita"

"Yee, asyik kita jadian neh", timpalnya sembari menempelkan telinganya di dadaku.

"Yaaah ternyata dredegnya kencang mas,  berarti langsung ke hati ne?"

Sebelum kepalanya beranjak kubelai rambutnya sembari mencium keningnya tipis.

"Iih, masnya nakal", sambungnya, tapi dia justru menempelkan pipi mbemnya ke hidungku.

" Neh sekalian, yang satunya lagi biar gak meri". 

Sejak saat itu kami jadian namun novel yang   dia minta sebagai tokoh masih belum terampungkan jua.

___

Bondowoso, 13 Juni 2025





Sabtu, 07 Juni 2025

WINDY TYASMARA

 WINDY TYASMARA 

Pak Tyqnue Azbynt 

Sebuah motor matic trouble telah mamanikkan si empunya, sedangkan awan kian berat menggantung di langit. Entah karena terdorong oleh kemanusiaan atau kerana terjerat pesona cantiknya aku spontan saja membantunya. Sayang seribu sayang, motornya tak kunjung bisa kebenahi, phone mekanik tak ada yang siap layani on the road. Akhirnya kami pilih meneduh dulu karena hujan mulai mendera kami. Motorku dan motornya cukuplah ditutup jas hujan sedang kami beranjak ke halte warna biru putih di sisi trotoar jalan. 

Sembari menunggu hujan reda kami asyik bertutur kata saling mengulik jati diri. Windy Tyasmara nama yang enak didengar tersemat pada wanita di sampingku. Seakan kami telah kenal lama. Deras hujan yang menampias justru memperdekat kami demi tak kebasahan. Dari bincang itulah aku tahu kalau wanita muda di sampingku adalah seorang janda yang sudah 2x cerai. Otakku mulai bernalar kemana mana, ini kesempatan atau justru warning? Semuda itu sudah dua kali cerai berarti type cewek pemilih dan posesif. Namun dugaanku salah, dia cerai pertama setelah hartanya diporoti mantan suaminya untuk bisnis, tapi saat sukses justru memilih cewek lain. Cerai keduanya karena sang suami terlebih dahulu telah menghadap sang Kuasa karena kecelakaan. Tuturnya yang menyiratkan ketulusan menjadikan aku iba. Nafsu asmaraku tumbuh seketika dan menafikan semua logika dan sakwasangka yang bukan-bukan tentangnya. Ketika hujan mulai reda kusegerakan memperbaikinya namun tetap saja tidak bisa. Finally kupersilahkan dia bawa motor tuaku sementara motor kudorong mencari bengkel terdekat. Demi kepercayaan, kutitipkan KTPku. Mungkin karena itulah dia pun membawa motor tuaku. 

ICU motornya bermasalah dan harus ganti. Setelah diganti motor pun aman. Saatnya aku kembalikan dan sekalian memuaskan hasrat tuk memandangi wajah ayunya saat tiba di grianya. Eng ing eng, dia muncul dari pintu depan dengan wajah cantiknya yang natural. Aku hendak duduk diberanda namun dia justru menyilakan aku masuk di ruang tamu yang tertata rapi dengan polesan tembok hijau muda monokromatik.

Anggrek catalea hijau muda berulas putih bersih teronggok di atas meja kecil pojok ruang itu. Sejenak perhatianku tertuju pada rekahnya yang memesona. Suara cangkir beradu ditatakan yang mengejutkanku saat Windi menaruh di dekatku.

 "Mas, ngelamun ya?", tegurnya lembut. 

" Hm, iya, itu si catty bagus banget, hanya saja..." 

Dia pun menatapku sembari bertanya, "kenapa?" Lanjutnya penasaran.

"Tak seelok si mpyunya"

"Halah gombal, aku dah kenyang rayuan sampah macam itu", timpalnya serius. 

Karena pujianku, dianggap rayuan gombal aku pun berhenti basa basi. Perbincangan berubah menjadi datar hingga aku pamit pulang. Aku meminta kontak motor, dan sengaja meninggalkan KTP agar aku bisa kembali lagi di lain waktu.

Malam Minggu sengaja aku calling dia demi mengambil KTPku. Kubahasakan dengan serius, tanpa basa-basi seakan aku tak peduli padanya. Dia pun menanggapinya dengan datar, agar aku segera mengambilnya selepas salat isyak. Yassalam gaun biru muda berulas kuning pucat yang dikenakan telah membuatku terpaku. Aku tetap berlagak angkuh tak butuh tapi sebenarnya hmmm gak tahu deh maknanya. Yang di luar dugaanku dia justru berkata kalau KTPku rusak di mesin cuci. Perasaan mau marah, tapi aku tahan, karena dia memohon maaf atas kesalahannya. Sebagai ganti penyesalannya dia bersedia menemaniku ke kepolisian untuk membuat laporan dan berlanjut ke dukcapil. Aku mengiyakan saja. Heh asyik ne tapi rada ribet juga. Sembari berbincang bab KTP, aku coba mencari cara untuk berbasa-basi, namun dia sok panik dan bersalah. 

Senin pagi kami ke kantor polisi, lanjut ke dukcapil. Dia kupaksa ikut motorku. Di perjalanan masih saja cuek dan no coment. Di kantor posisi Windi menjelaskan duduk masalahnya bahwa pembuatan Surat Keterangan Kehilangan hanya formalitas saja karena sejatinya KTP rusak di mesin cuci dan bangkai rusaknya terbuang. Anehnya polisi mengamininya. Perjalanan menuju kantor dukcapil baru suasana mulai cair, dia mulai sedikit tanya-tanya bla bla bla. Di kantor dukcapil kami bertemu Sulaiman seorang pegawai yang ayahnya adalah temanku. Dia melah bisik bisik, "Nemu mangsa di mana kang?"

Setelah kujelaskan dia hanya manggut-manggut. Pukul 13 urusan kami baru kelar. Demi menuntaskan lapar kami berlanjut ke warung bakso Kangen Roso. Dilalah di tempat itu justru Windy bermanja-manja agar disuapinya, katanya sih tuk manas-manasi cewek saingannya di pojok selatan yang duduk dengan cowoknya. Bagiku ini kesempatan walaupun terasa deg-degan. Saat ada respon dari cewek di pojokan malah dia merapat dan bersandar di bahu kiriku. " Lah kok dredeg kencang dadamu mas?", bisiknya. "Aku tegang". "

"Yang mana ne yang tegang?"

" Husss" timpalku sembari mencolek dagunya. Namun dia malah mengigit lenganku manja. 

Pukul 14 aku segera mengantarnya pulang. Anehnya dia malah merangkulku mesra. Duh gimana neh? Pikirku. Di rumahnya aku disuguhi teh hangat di mug besar dengan 2 sedotan. " 1 mug untuk bersama celetuknya". Dan candaan tak penting pun kemana-mana. Usai canda-canda aku pun pamit pulang. 

" Entar dulu mas, ada sesuatu yang mau aku titipkan" dia masuk kamar seperti mengambil sesuatu.

"Traaam tamtammm, ne KTPnya gak rusak Yee, aku sengaja agar aku mendapat id card mu mas, silakan marah, terserah" crocosnya.

"Huuh dasar kamu, aku kena jebak ne" 

" Yang ini untuk aku, masnya kan sudah punya yang baru, oh yaa sini mendekat aku bisikin sesuatu". Ternyata hanya menempelkan bibirnya yang berlipstik coklat muda itu di dada kiriku. Yaaa noda stempel bibir di bajuku. Finally aku pun pulang, namun sebelum pulang aku mengambil hotpantsnya yang bertuliskan Reebok di jemuran beranda samping. Sembari aku kibas-kibaskan ke mukanya, " Ne aku Sandra sebagai ganti KTP". Dia hanya memonyongkan bibirnya sembari melempaiku dengan jepitan baju.

____

Bondowoso, 7 Juni 2025

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...