Pak Tyqnue Azbynt
Vanya Janneta begitulah nama yang tersemat pada sosok gadis berkulit coklat cerah, walau tak sebening gadis kebanyakan, namun tubuh sintalnya menjadi nilai tersendiri. Dia yang kini sibuk di berbagai organisasi pemuda, ekstra kampus bahkan organisasi pemuda yang berbasis organisasi agama terbesar di dunia ‘NU’, dia aktif di IPPNU-nya. Namanya banyak dikenal oleh para aktifis dan masyarakat sekitar. Giat di berbagai kegiatan ini rupanya terular oleh habitual Sang Ibu yang juga aktif di berbagai kegiatan sosial.
Sosok yang dibesarkan oleh ibu tanpa didampingi sosok ayah yang telah sekian lama memilih jalan cerai lantaran beda pandangan dengan ibu. Bangku SMP dan SMA dilewati dengan cara nyantri di sebuah pesantren ternama di kota Tape. Kemandirian sudah mulai tertanam sejak di sana, bergaul dengan berbagai karakter pun menjadi hal yang mudah baginya. Di dunia pesanren Vanya benar-benar terbarikade dari pergaulan dengan sosok lelaki. Sejak menjadi mahasiswilah matanya mulai terbuka pada sosok lelaki. Di kegiatan para aktifis dia kenal dengan seorang pemuda tampan yang benar-benar menjadi dunianya penuh bintang. Andhika Samoedra resmi memacarinya dan telah mengenyampingkan tradisi santri Vanya.
Entah karena apa, para tetangga tak menyalahkan kedekatan Vanya dengan Andhika walaupun habitual sebagai santri pernah dijalaninya. Sejoli itu asyik masyuk dalam dunia cinta. Pantas saja kalau mereka digunjingkan bakal menjadi pasangan yang serius ke jenjang pernikahan. Demi menjaga kehormatan sang gadis, bunda Vanya mengintrogasi Andika perihal hubungan mereka. Benar saja dia menyanggupi dengan serius bakal meminang putinya dan finalnya ke pernikahan. Janji pemuda itu merebak ke telinga tetangga bahkan warga se kampung tahu akan hal itu. Dunia menjadi milik mereka berdua, dan kita-kita hanya numpang padanya. Viralnya berita Andhika akan meminang sang gadis semakin santer saja di telinga warga.
Suatu sore di Orilla Cafe mereka sedang have fun sepulang ngampus. Di temapat itu Vanya berjumpa dengan sepupunya Farah. Dengan bangganya ia memperkenalkan Arjunanya pada saudari sepupunya itu. Maklumlah Vanya dan Farah yang dulu pernah sehalaman rumah plus sebagai saudari mereka begitu akrabnya walau kini Vanya telah tinggal bersama ibunya di tempat yang relatif jauh sejak perceraian dengan ayahnya. Walhasil pertemuan di cafe itu menjadi perajut kembali temali keluarga yang telah rusak.
Kesibukan menyusun skripsi telah merehatkan jalinan asmara Vanya - Andhika. Hingga lepas bulan Desember karya ilmiyahnya itu belum juga tertuntaskan. Mungkin harus pulang kampung tuk bersimpuh di kaki sang bunda agar segera urusannya terentaskan, begitu pikir Vanya. Namun sesampai di rumah, tiap kali hendak berbiccara pasal Andhika semua orang mengalihkan pembicaraan. Aneh, namun di otaknya belum tergambar apa-apa. Di dekat main road kecamatan dia bertemu Andrea saudara sambung dari pernikahan ayah dengan ibu sambunya. Tuturannya kalau calonnya telah berpaling dan justru meminang Farah sepupunya. Walau semula dia tak percaya tapi keseriusan penuturan saudara sambung itulah yang mulai membuatnya percaya ditambah lagi dengan pengalihan perbincangan keluarganya di rumah.
Anne Barge bridal gown yang sengaja dia beli dengan harga yang terbilang mahal untuk kantongnya terpaksa dia geletakkan sahaja sebagai bukti kekecewaannya. Di antara tumpukan buku kerja gaun itu ia abaikan dan tak ada sedikit pun ekspektasi dengannya. Semula yang hendak digunakan saat pertunangan ternyata kini hanya memuakkan mata dan menyesakkan dada. Entah harus pada siapa ia melabuhkan curhatnya karena tak ada teman sejati yang bisa ia tumpahkan semua beban yang menyampah di hatinya. Ketika desas-desus kabar pernikahan Farah dan Andhika masuk ke telinganya, gaun itu mmenjadi tumpahan amarahnya. Cutter di rak bukunya menjadi eksekutor tuk merobek-robek gaun mahal itu. Anehnya, justru ia bungkus dengan kertas kado yang begitu estetiknya.
14 Juni 2025 sebuah surat undangan lux warna jingga ia terima dari saudara sepupunya. Walau bara perseteruan cinta masih membara tapi sebagai saudara harus ia terima. Bagi Vanya ini benar-benar menjadi puncak kemarahannya namun dia sebagai aktifis harus menunjukkan ketegaran hatinya. Namun hati taklah seteguh karang, hantaman ombak amarah yang bertubi-tubi merapuhkan jua. Antara iya dan tidak untuk hadir di hari bahagia sang mantan bergejolak di hatinya.
Teman-teman pemuda kreatif di komunitas yang menjadi kelompok para pemuda penggerak di kampungnya menyarankan agar Vanya tak mengahdirinya. Memang pertimbangan dari komunitasnya sangat reasonable demi tidak terjadi hal yang diluar kemampuan dan ketegarannya. Tak seperti anjuran teman komunitas dia justru bersikukuh tuk menyaksikan hari penyiksaan hatinya itu walau jiwanya masih sangat terguncang.
Alex Abdillah seorang asisten dosen di kampusnya, menanyakan ihwal acara penikahan yang akan di gelar Farah dan Andhika yang dulu pernah se kampus dengannya. Lelaki tampan itu bertanya pada Vanya karena dia tahu kalau dia satu kampung dengan Farah. Entah karena apa justru dia menemukan tempat curhat yang dianggapnya tepat. Alex menyeriusinya tuturan adik tingkatnya itu dan memberikan banyak saran padanya. Dia tak sekedar sebagai kating tapi lebih dari itu dia mengajak Vanya tuk membersamainya. Bak satu koin uang yang dilempar di ajar perlombaan, mereka berdua hanya dijadikan mainan.Ternyata Alex pernah jadi pacar Farah namun ditinggalkannya tanpa alasan yang berarti. Semula dia sudah merencanakan pertunangan pasca doktoralnya selesai, namun Farah justru berpaling ke lain lelaki.
Kado indah telah meraka bawa, gaun koyak perlambang penghianatan. Alex Vanya mengenakan baju senada. Alex dengan Jaz biru serasi dengan Gaun Vanya biru muda berulas putih yang dibelikan teman penyampingnya itu. Mereka beriring berdua menapaki pelataran panggung kedua mempelai sembari memberikan salam restu. Tak hanya itu Alex Vanya justru bergerak ke Wedding Band dengan membawakan lagu Tak Ingin Usai – Keisya Levronka. Sontak saja banyak undangan yang mengapresiasinya. Satu persatu bergerak memberikan standing applause sembari merapat menyalami mereka berdua, seakan merekalah pengantinnya. Mungkin karena kabar telah santer tentang romantika asmara mereka hingga secara tidak langsung hadirin justru memberikan dukungan pada Alex Vanya. Benarlah kata orang, yang berani berjanji akan terkalahkan sama yang berani meminang, berani meminang akan kalah sama yang berani ijab kabul nikah. Namun siapayang menyemai maka meraka yang akan menuai, benih yang baik akan berbuah yang baik pula.
_________
Bondowoso, 15 Juni 2025