Total Tayangan Halaman

Senin, 12 Mei 2025

RAYYA ELDEEDA

 RAYYA ELDEEDA 

Pak Tyqnue Azbynt 



Masuk di ruang lab kimia kampus National Yang Ming Chiao Tung University (NYCU) musim gugur tahun ini terasa tak nyaman di hati. Mungkin karena rindu tanah air dan orang-orang tercinta di rumah yang sudah setahun tak bersua muka. Kesibukan di Taiwan menjadikan hari-hari begitu padat tak seperti ketika kuliah S1 ku di Indonesia. Badan terasa capek dan kehilangan semangat tuk ngelab di sesi hari ini. 


Tak banyak pelajar dari asia tenggara yang mengambil program di kampus itu, mungkin karena kendala bahasa atau hal lain yang merepotkan. Bagiku soal bahasa bukanlah kendala toh mahasiswa banyak menggunakan bahasa Inggris dan bahkan di fasilitas fasilitas umum banyak bertuliskan Bahasa Indonesia. Mungkin karena banyak pekerja migran asal Indonesia atau karena hubungan bilateral kedua negara, entahlah. Aku memilih bermain game di laptop demi mengusir badmoodku. 

"Hi, are you Indonesia?", sapa seorang gadis di dekatku.

"Oh, yah, I'm Indonesian, I am Javanesse"

"Owww jowo Endi?" Lanjut cewek pirang itu penasaran. Usut punya usut dia asal Bondowoso Jawa Timur yang setahuku berbahasa Madura. Semula aku duga dia asli Taiwan karena kulitnya yang bening dan rambutnya yang dipirangkan itu menjadikannya tak tampak seperti orang Indonesia. 

"Aku biasa keluar masuk lab ini mas, tapi bukan sebagai mahasiswa, tapi sebagai room girl yang membersihkan dan menata alat-alat di sini. Kukira dia sebagai laboran ternyata hanya seorang room girl, yaa kurang sebanding dengan kemolekan wajahnya, apalagi tampilannya yang super rapi itu. Btw, dia semula hanya sebagai pekerja di rumah salah seorang dosen di kampus itu. Mungkin karena kerjanya yang bagus dia dipekerjakan di situ, entahlah. Bicaranya tertata bagus menunjukkan level pendidikannya. Dan benar saja justru dia lulusan fakultas tarbiyah di UIN Malang, hanya saja dia tak menggunakan jilbab seperti layaknya anak kampus muslim. Mungkin karena penyesuaian dengan lingkungan kerjanya.

Menapak kaki di negeri orang bagi seorang wanita apalagi berpendidikan tentunya sudah dibarengi dengan penataan asa yang kuat. Di tanah air yang sulit mendapatkan kerja, terlebih lagi ramainya disensi terhadap situasi ekonomi nasional yang kurang menguntungkan. Pilihan "kabur aja dulu" menjadi tekat Rayya. Bagiku di Taiwan ini bukan dalam kontek kabur tetapi memang melanjutkan straraku ke S2 yang jurusannya memang linear plus beasiswa yang dipromotori oleh Profesor di tanah air.


"Masnya kangen masakan Indonesia? Kalau mau aku buatkan nanti sore, kan homestay saya di ujung jalan itu, sekitar 100 meteran lah"

"Boleh, berarti aku harus kesana?"

"Ya bisa aku ke mess-nya mas, atau jenengan yang ke tempat saya ya munggo kerso"

Akhir kusanggupi tuk ke griya tinggalnya. 


Sore itu aku tiba di berandanya, tampak di sisi jalan pohon Cemara merah yang dedaunnya berguguran menjadikan jalanan penuh sampah musim gugur. Beruntunglah dia yang bernama RAYYA ELDEEDA itu diberi homestay oleh juragannya di sisi kiri rumahnya. Aku ketuk pintu, dia pun muncul dengan wajah segarnya yang rasa-rasanya baru usai mandi. 

"Wih, segarnya", celetukku.

"Yah biasa mas habis berbenah di rumah si boss, lagian sekarang lumayan gerah"

"He he untung deh aku datang pas musim gugur gini, jadi bisa menikmati suasana alam"

"Lah, justru banyak pohon meranggas"

"Gak kok"

Dia hanya mengernyitkan dahinya, tak memahami goda nakalku. Barulah setelah kupelototi kemolekan wajah dan tubuhnya, dia mulai mengerti dan sedikit malu.

"Oh, si mas, malu ah"

"Boleh kan aku memelototi apa yang ada di depanku ini? Boleh Doong, please ah", godaku sambil memegang kedua tangannya. 

"Husss ini mau makan lodeh, apa mau merayu?"

Dia pun mengambilkan aku lodeh dan semangkuk kecil nasi putih. Tanpa disilahkan langsung saja aku makan, tapi suapan pertama aku tujukan padanya. Dia pun mau walau sedikit ragu. Air matanya menetes teringat akan tunangannya yang pernah melakukan hal yang sama namun peristiwa itu harus dikubur dari ingatannya karena dia lebih memilih seorang guru SD yang lebih mapan. Semula kukira dia sedih karena ulahku. Reflek saja kutarik dia kucium keningnya kudekap dengan penuh kasih. Napasnya tersengal, entah dia suka atau marah padaku, aku tak peduli. 

"Mas, bolehkah aku mencium tanganmu?"

Tanpa kuiyakan lansung kujulurkan, sembari kubelai rambut pirangnya. 

"Oh yaa mas, bolehkah aku minta Jerseymu tuk aku pakai?"

"Trus aku pulang gak pakai baju, oh no, no"

"Pakai Jerseyku kita tukaran"

"Hemmm boleh, toh besok besok kamu yang akan mencuci bajuku saat menjadi ibu anak anak kita", candaku begitu jauh. Dia pun mencubit sekuatnya di perutku. Sontak saja aku kesakitan. 

"Boleh aku balas ne"

"He em"

Aku pun duduk bersimpuh menggigit pinggangnya dengan mesra. Dia tersenyum aku cengengesan bahagia.

____

Bondowoso, 12 Mei 2025

Minggu, 11 Mei 2025

TANORA LOVE STORY

 TANORA LOVE STORY 

Pak Tyqnue Azbynt 



Tampias hujan memercik di ubin beranda laboratorium komputer di siang hari. Murid-murid yang bersiap pulang sedari tadi harus mengurungkan niatnya. 11 Mei 2025 ternyata masih saja hujan memesra bumi di Tanjung Morawa. Aku yang baru beberapa bulan praktek mengajar di SMKN 1 Tanjung Morawa menjadi kurang nyaman dengan situasi itu. Bukan, bukan karena aku tak suka maunya alam, tapi ketertutupan akulah yang tak bisa berhabituasi di SMK itu. Apakah karena aku belum siap menjadi seorang guru, atau memang bukan passionku sebagai pendidik? Kurasa tidak juga, nyatanya aku sejak dulu ingin menjadi guru. No debat.


Kadang aku iri pada guru-guru yang begitu profesional dan nyaman di zona itu. Sebut saja Bu Novi Fransiska yang menjadi idola anak-anak yang jumlahnya mendekati seribu siswa itu. Sejak awal telah aku bidik si dia, maksud hati ingin mengetahui tips dan triknya supaya menjadi idola siswa. Berkali aku berusaha mencari momen yang tepat tuk membidik wajahnya tuk kujadikan model lukisan kanvasku.  Tak ada maksud lain, selain ingin mengetahui tips mengajarnya yang smart dan brilliance. Dan lukisan itu kumaksudkan tuk dijadikan persembahan ulang tahunnya. Namun sia-sia belaka usahaku. 


Hujan reda dan anak-anak pun bergegas dan berhamburan pulang termasuk Bu Novi. Dilalah buku Agenda dan Teacher's note nya ketinggalan. Dengan tanpa dosa kuambil dan kubaca semua isinya tanpa terkecuali. Jurnal mengajar dan catatan guru begitu lengkapnya bahkan catatan-catatan rujukan bahan ajarnya. Pokoknya lengkap dan rinci deh bahan ajarnya. Di otakku berkecamuk, ribet benar ya ternyata menjadi guru? Beda catatan guru beda agendanya, ternyata di buku agenda warna hijau tosca itu banyak catatan  romantis yang menghanyutkan rasa.  Diksi-diksi romantis, gaya bahasa yang beragam menjadikan aku nyaman membacanya. Hemmm ternyata dia juga punya catatan hati yang haru biru.

Fasilitas di sekolah itu bisa dikatakan cukup memadai dan representatif tuk menghadapi perkembangan jaman yang serba cepat ini. Satu hal yang tak banyak diminati oleh guru-guru di situ ialah tentang literasi, sepengetahuanku tak ada satu pun yang menjadi penulis, walaupun sebatas sagu sabu (satu guru satu buku). Semestinya Bu Novi bisa membuat buku itu karena tulisan-tulisan nya di agenda layak dijadikan novel atau setidaknya novelet, atau kumpulan cerpen romantis. Di catatan guru pun mestinya bisa dijadikan buku paket, bukankah sumber rujukan pengajarannya sudah lengkap? Ya tinggal utak-atik sedikit kebahasaannya saja. Sayangnya dia tak melakukan itu. 


Sejak membaca agendanya dan memelototi foto-fotonya justru menghadirkan perasaan lain di hati ini. Di sekolah memang sempat diumumkan tentang kehilangan buku Bu guru cantik itu, cctv ruang lab juga diperiksa karena praktikum terakhir sebelum buku itu hilang adalah di lab komputer. Untunglah buku dan agendanya dia tinggalkan di teras sekolah dekat daun pintu yang tak tersorot cctv. Finally buku itu hilang tanpa jejak.

Gaya tulisan ringan yang enak dibaca kuketik rapi dengan font Times New roman ukuran A4. Alur kisah yang ditulis episodik menjadikanku tak perlu out line lagi. Hanya sedikit merapikan ke bahasaannya. And 213 halaman rampung kubuat, kuedit he he, kan dia penulisnya. Kutajuk dengan TANORA LOVE STORY oleh Novi Fransiska. Naskah segera kukirim ke penerbit dengan harapan di Bulan Bahasa bisa release. 

____

Hari terlewati dan bulan pun berlalu. Awal Oktober buku sudah selesai cetak. Selama masa penantian cetak buku, aku selalu menghubungi Bu Novi dengan nomor baru via VPN agar aku tak bisa dilacaknya. Benar saja dia pun tak menaruh curiga padaku walau pun hampir tiap malam kugoda lewan candaan usil. "Bu guru mohon jangan protes dan jangan banyak komentar bila saat upacara Sumpah pemuda ada kejutan dariku, kalau macam-macam foto-fotonya akan aku sebarkan via medsos". Rupanya ancamanku membuatnya sedikit cemas, terbukti dari sikap kesehariannya yang tak seceria sebelumnya. Dan, aku tak mau peduli soal itu. Di sisi lain, Bu kepala sekolah aku kirimi email bahwa ada paket buku atas nama Bu Novi, dan aku mohon untuk dibuka paketnya saat upacara 28 Oktober sebagai kejutan dan penghargaan buat Bu guru itu. Yes, jawaban Bu kepala meng-acc nya. Penerbit mengirimkan paket tersebut atas nama Bu Safriantina Purba kepala sekolah, tertanggal 20 Oktober 2025. Oh ya, untuk Bu kepala dikirimi satu eksemplar edisi Lux sebagai penghargaan, agar beliau lebih dulu mencermati dan membaca buku karya Bu Novi tersebut.

Selasa 28 Oktober 2025 di pagi yang cerah tibalah hari yang mendebarkan bagiku, ingin kulihat ekspresi Bu Novi saat penganugerahan sebagai guru literat oleh kepala sekolah saat bulan bahasa. Panggilan demi panggilan untuk guru berprestasi dari sekitar 70-an terasa begitu delay di otakku. "Dewan guru dan anak-anak muridku sekalian, guru berprestasi berikut adalah di bidang Literasi, kita turut bangga padanya, inilah dia Bu Novi Fransiska, S.Pd yang telah membuat karya novelet remaja dengan judul TANORA LOVE STORY, kepadanya dipersilahkan menuju panggung utama". Dia tampak kebingungan, tapi melangkah jua untuk menerima piagam dari sekolah. 

"Kepada Bu Novi saya minta untuk sedikit memberi komentar atas karyanya tersebut", lanjut Waka kurikulum yang menjadi protokol di acara penerimaan piagam itu. Ah kenapa ada gituan sih, begitu benakku, ini kejutan bisa kacau. 

"Terima kasih bapak ibu sekalian, sampai detik ini saya belum menerima buku itu, dan tak bisa saya komentar lebih jauh", kilahnya. Namun saat kepala sekolah menyodorkan sampel dari buku itu, Bu Novi membuka daftar isinya. Sub judul demi sub judul tak beda jauh dengan catatan di agendanya. 

"Bapak ibu dan anak-anakku yang saya banggakan, detik ini juga saya umumkan, siap pun yang telah menemukan buku agenda saya harap maju ke hadapan saya, karen novelet ini ada di catatan pribadi saya. Jika seorang murid, aku akan hadiahkan netbook jika seorang guru saya akan minta persetujuan hadiah apa yang dimauinya". Peserta upacara saling pandang karena tak ada satu pun yang maju. Namun ketika Bu Kepala yang memerintahkan, akhirnya aku maju jua. Tepuk tangan riuh menjadi penyemarak saat itu. Bu Novi kaget karena ternyata yang merayunya tiap malam adalah saya. 

"Baiklah, untuk bapak saya hadiahkan salam cinta dari saya, karena ternyata dialah yang menjadi manusia misterius di malam malamku"

_____

Bondowoso, 11 Mei 2025

Kamis, 01 Mei 2025

Ojhung Bandabasa

 OJHUNG BANDABASA

Pak Tyqnue Azbynt

Dari Bumi Megalitikum Bondowoso

Kabarkan tradisi leluhur pengunduh hujan

Batang rotan senjata lelaki ksatria bertajuk Ujung

Menggeliat menari unjuk gagah tak peduli tubuh memar disabet rotan musuh

             Akaleya majhendhar atengka mapeyar

             Ngabes eyattas lajhu meltas macowet paceppet

             Moso nyise, aba ngalle moso nyandher laju majhuwer

             Dara nyapcap pello aghili panjhelin asepsap  attas baba

Menggeliat dihajar melangkah menampar

Lihat atas dilibas melanting secepat kilat

Musuh menyisih aku mendekat menggempur

Darah menetes peluh luruh, manuver rotan atas dan bawah

             Gendhing se nyandhing etabbhu maramme

             Bebini adhandhan maraddhin male ta akaon kodhin

             Masanta samangat senegghu ojhung

             Se nenggu male perna tor jhumambhar 

Gending disanding tetabuhan menyemarak

Perempuan perempuan bersolek biar molek

Penambah semangat ksatria penari Ujung

Penonton biar betah dan gembira terpendar

           Ojhung Bandabasa tradisi pengunduh hujan

            Riual tari berbalut dedoa, darah menetes hujan pun menampias

___________

Bondowoso, 2 Mei 2025

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...