BANDARA INTERNASIONAL ISLAM KARIMOV TASHKENT
Pak Tyqnue Azbynt
Kami memilih Direct Flight Tashkent - Jakarta, hari Rabu yang hanya sepekan sekali ini menjadi pilihan yang pas. Economi Class hanya sekitar 6 jutaan perorang dan membutuhkan waktu sekitar 8 jam menuju Jakarta. Bandara yang tak sebegitu besar ini telah membangkitkan rindu pulang yang mendalam. Setelah berhari hari kami makan makanan khas yang penuh rempah dan daging justru di terminal bandara kami menemukan resto Korea, tapi kami memilih bergegas selonjaran di kursi-kursi departure bandara. Yaa karena tak begitu ramai apalagi penerbangannya pukul 10 malam.
Aku memilih ticket yang A 45 Yap pas dengan jendela, ya bisa melihat lihat langit malam Tashkent. Makanan yang tersaji kembali makanan berempah, daging, kismis, kacang-kacangan ya ramai rasa deh. Aku lihat teman-teman menikmati makanan itu setelah 1 jam-an selepas take off. Aku sedikit kurang suka makanan yang banyak minyaknya itu, tapi soal rasa ya memang maknyuss apalagi Plov yang kaya rasa itu. Roti dan beberapa bungkus kacang sengaja aku bungkus untuk breakbeat saat tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta Jakarta esok paginya.
Ada catatan tersendiri bagi kami dari perawatan ke Uzbekistan ini, yaitu kami mendapatkan Scholarship dengan mudah. Alhamdulillah. Yang lebih berkesan justru Inar Arroisy yng yang lagi kasmaran itu, saat mendapat kecupan manis di punggung tangan kanannya dari Sang Pangeran Alee Mahmoudov sebari berucap," Meni gaytishini kutmoqchiman" (kutunggu kedatanganmu kembali dengan sabar) wah senyum-senyum sendiri dia di sepanjang penerbangan. Haaa kesambet cinta dianya.
---
Bondowoso, 7 Ramadhan 1446
Tidak ada komentar:
Posting Komentar