Total Tayangan Halaman

Jumat, 21 Maret 2025

AYAM GORENG

 AYAM GORENG 

Pak Tyqnue Azbynt 

Pulang dari bimbingan dosen terasa lega sekali. Berjam-jam dikuliahi menjadi penambah berat otakku apalagi saat-saat berpuasa begini. Kepala terasa pusing, mata berkunang-kunang dan terpaksalah aku rehat di halte dekat kampus. Rupanya aku terlalu pulas dalam lelapnya hingga tak terasa sudah nidak menjelang Maghrib terdengar dari corong masjid. 


Saat hendak bangkit, kepala bagian belakang terasa cenat-cenut. Duh vertigoku kambuh. Aku hanya berpegangan pada tiang halte berharap bisa segera baikan. Namun hingga Maghrib tiba aku belum bisa beranjak, bumi seperti berputar kencang terpaksa menutup mata walaupun tak berarti apa-apa. Anehnya orang-orang yang melintas tak pedulikan aku. Apa aku dianggap lagi nge-fly? Entahlah.

"Eh mas Dinokah ini?" Terdengar suara cewek menanyakanku. Kujawab saja sekenanya sembari menjelaskan bahwa aku sedang terserang vertigo. Akhirnya aku dipapah untuk naik ke motornya. Dan, aku diboncengnya, sementara mataku masih saja mengatup rapat. 

Tak seberapa lama motor itu berhenti, dan aku disuruh membuka mata. 

"Ayo mas ambil wudhu biar berkurang pusingnya, selepas itu mari berbuka di pantry samping ruang ini", jelasnya.

Aku tak sempat berpikir, dia siapa dan mengapa care padaku. Dilalah pas ambil wudhu pusingku sedikit berkurang. Apalagi saat iftar dengan minum teh hangat yang disiapkan olehnya saat aku masih ambil wudhu. Aneh, kok secepat itu ya berkurang nyeri di otak belakangku? Apa aku yang paranoid saat di hadapan dosen. Tahu ah gelap! Yassalam di meja sudah teronggok ayam goreng dan jus mangga. Gratis atau gimana ini? Belum sempat usai dialog otakku, dia pun berujar.

"Mas Dino kan kating saya, dan kita berasal dari kota yang sama. Di sini saya menempati rumah Bu De yang sedang Umrah, oh ya namaku Janet anak Fisika juga", jelasnya panjang. Aku masih jaga muruah, pura-pura saja aku tak terlalu merespon ayam goreng itu.

"Masih pusigkah?"

"He em"

Dia pun beringsut mendekatiku, sembari menyodorkan jus mangga dengan sedotan yang dibimbingkan ke mulutku. Aneh, rasa-rasanya pahala puasaku akan hilang ne, begitu benakku. Aku pegang tangannya yang masih memegang gelas itu, dianya diam. Desah helaan napasnya menandakan dia rupanya juga capek. 

"Masnya kalau masih pusing, bermalam di sini saja, biar ditemani adikku yang masih belum pulang dari basketnya".

"ngh gak usah, biar aku pulang aja, selepas buka puasa, aku yakin sembuh asal disuapin cewek cantik, he he", candaku.

"Oh, mari kita makan sepiring berdua, lagian aku tak pernah makan bareng cowo smart macam mas Dino. Siapa takut?" Timpalnya sembari mengibaskan jilbabnya yang luruh di ujung dagu. Duh hilang pahala puasa ne, benakku.

----

Bondowoso, 21 Ramadhan 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...