DI ATAS ASAP BELERANG
Pak Tyqnue Azbynt
Gigil pagi menyiksa raga kami saat deru Jeep Wrangler menggendong penumpang menuju Kawah Wurung, sebuah destinasi wisata di ketinggian kota kecil Bondowoso. Maklum saja suhunya begitu dingin karena berada pada 1500 MDPL apalagi di bulan Desember yang biasa bermain hujan.
Malam-malam aku tiba disambut beberapa rekan penulis yang keesokan harinya meng-guide kami menuju Kawah Wurung dan berlanjut hingga ke Kawah Ijen justru menjadi penyihir sukma. Yang lebih memesonakanku bukan destinasi belaka tapi Miss Empang yang selalu menggelayut manja padaku. Dada berdegup kian kencang saat dia minta gendong menuju puncak. Beban berat tak terasa saat dia berbisik, "mas aku nyaman bersamamu". Sontak saja energiku kian bertambah kala dia membisikkan kekata mesra itu.
Tiba di puncak tampaklah kawah yang mendanau biru kehijauan penuh pesona, walaupun kami tak bisa menikmati nyala api birunya karena siang hari. Pesonanya sungguh menjeratkan pada nuansa yang lain apalagi ditemani Miss. Empang yang manja. Asap sulphur mulai menyengat hidung, dan mata sedikit terasa perih. Pandanganku tertuju pada para pencari belerang yang memikul batu belerang kekuningan tampak dari kejauhan. Sialnya si Empang tak sadarkan diri gegara sesak oleh asap sulphur. Kami semua panik, apalagi aku. Mesranya berubah panik, hidungnya diberi inheler tidaklah pengaruh apa-apa. "Mungkin dengan napas buatan bisa mas Alee!" Tanpa babibu aku langsung ACC, namun baru kutempelkan bibirku, dia mendelik dan berucap, "Ye modus yaa?". Hah sial, pikirku, aku kena prank, tapi kenapa tak dibiarkan yaa? Bukankah dia tahu bahwa aku mencintainya? "Santai mas, momentnya jangn di sini" katanya sembari menyeringai bangga.
____
Bondowoso, 27 01 25
Hahahaha ..mantap...terima kasih ...sang pujangga
BalasHapusHatur tengkiyu singgahnya
Hapus