Total Tayangan Halaman

Senin, 15 April 2024

Sepekan Menjelang Lebaran

 SEPEKAN MENJELANG LEBARAN

Pak Tyqnue Azbynt



          Sisi jalan di kawasan timur Stadion Magenda sudah terbiasa dengan pasar dadakan di bulan Ramadhan. Tiap menjelang ujung siang ramai oleh para pemburu kudapan berbuka puasa. Santapan manis segar yang menjajah imaji rasa, begitupun tampilan gorengan ginuk-ginuk yang menggoda. Bagiku sore adalah waktu jeda yang mengasyikkan bila berkumpul komunitas motor sambil ngabuburit healing dari kerja yang melelahkan otak dan ragaku.

          Mengamati keramaian sosial seringkali melahirkan inspirasi bagiku. Objek lukisan keramaian menjadi titik sasar. Objek alami takkan tergantikan oleh ulah aplikasi lukisan AI, walaupun tampak lebih indah namun di situlah keindahan seni asli yang sesungguhnya. Kupotret tiap spot yang menarik dengan kamera gaway. Anak yang menenteng kantong plastik hingga nenek renta yang masih berupaya mencari receh dengan jualannya yang teramat sederhana. Berkah Ramadhan menjadi fenomena sosial yang indah di jiwa lukisku.

          Sekitar dua depa di depanku seorang bocah terjatuh dan jajanan takjil yang dibelinya jatuh berserakan, sontak saja dia mengerang nangis antara kesakitan dan kalut oleh makanan miliknya yang berserak. Seorang ibu muda penjual mie ayam datang membantu, diseka air matanya sembari berujar,  Duh hati hati tole, gimana ya jajanmu kotor sudah. Aku belum dapat receh tuk menggantinya. Mendengar celoteh si ibu muda kusegerakan saja melangkah dan memberinya lima puluh ribuan kepada si ibu agar dibelikan jajan si bocah kecil itu. Dan saat aku kembali berbicang dengan teman-temanku, si penjual bakso memberikan sisa belanjaan bocah tadi. Dua lembar duapuluhan dijulurkan padaku namun suruh kuambil padanya. 

          Perkenalan pun bermula dengan bu penjual mie ayam. Dari keluhannya aku tahu kalau selama sepekan ini dia hanya membawa receh sekedarnya saja karena pembeli banyak yang hanya mencari takjil jajanan dan minuman segar. Istri dari seorang waker sebuah kantor pemerintahan itu terpaksa melapakkan mie ayamnya di jalanan demi membantu ekonomi keluarga. Konon sang suami yang menikahinya selepas gagal dengan istri pertamanya, begitu pun dia yang kandas dengan suami pertamanya. Perjalanan cintanya yang lempeng-lempeng saja, tak ada peningkatan ekonomi walaupun sang suami sudah tampak keras bekerja. Demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya dia harus berjualan. Kebiasaan Sang  suami masih tetap dengan hobi mancing bersama teman-temannya.  Bu mie ayam yang telah rela membantunya itu rupanya kurang diapresiasi sang suami. Dari berbagai ceritanya itu dapat aku simpulkan kalau dia sangat mencintai keutuhan rumah tangganya yang sudah dikarunianya cewek kecil usia TK. Bagaimana pun juga dia selalu berusaha bertahan walau biduk rumah tangganya terombang-ambing ombak kehidupan.  

          Seorang teman klub motorku bilang kalau dia itu istri teman kantornya. Dari penjelasannya aku tahu kalau sang suami telah back sreet dengan mantan istri pertamanya. Bu mie ayam wanita berjilbab yang manis itu sama sekali tak mengetahui tingkah suaminya.Tanda kesetiaan si istri tersia-siakan belaka, baju lebaran untuk suami dan anaknya telah dibelikan, karena kata arjunanya gaji harus menutup semua hutang-hutannya di bank. Sang istri hanya mengenakan baju sederhana, bahkan katanya untuk lebaran tahun ini dia tak berani mudik ke desa orang tua gegara tak ada buah tangan yang bisa diberikan pada mereka.

          Lebaran kian dekat saja, lapak Bu mie ayam semakin jarang didatangi pembeli, mungkin karena orang-orang lebih berburu baju baru atau parcel lebaran. Sesekali aku amati dia sedang asyik memelototi gawaynya. Kukira dia sedang menonton sinetron atau apalah yang bisa menjadi penenang jiwa. Dugaanku salah belaka, dia ternyata sedang melanjutkan hataman qur annya, yang konon sudah menjelang hataman ke-6nya selama Ramadhan ini. wajar saja kalau dia tak pernah bergeming saat dinakali dengan kata-kata oleh pembelinya, rupanya Al qur an menjadi pelabuhan gundahnya.  

          Entah sore yang keberapa aku kembali ngabuburit di pangkalan klubku. Kembali kuperhatikan ibu muda penjual mie ayam itu, babyface-nya menjadi nilai eksotika tersendiri. Kenapa kok di sia-siakan ya? begitu benakku. Di tengah keasyikan lamunanku, seorang teman mengejutkanku dengan petasan kecil yang di sulut di belakangku. Kaget dan ledekan  teman-temankulah yang mnyadarkan petualangan anganku yang terlalu jauh. Demi menyembunyikan gelagat otakku, kupura-pura aja sedang konsentrasi atas karya-karyaku yang kupost di beberapa platform medsos.

          Terlalu asyik kerja dan motoran sedikit mengenyampingkan info-info medsosku. Oh ya, mungkin juga karena ibu muda yang sekarang sudah mengatensi otak ini. 

Santai bro, aku bukan lagi ngayal ini-itu, aku sedang konsentrasi ma jualan karya-karyaku yang sudah dijajah oleh karya Artificial Intellegence, begitu kilahku.

Trus kalau terjual, you mau trakir kami, timpal Adit sahabaku.

Eehhh, ngapain? Kalau kita-kita tak perlu lah. Tuh lho Bu mie”

Naaah, tu kan, tu kan, kata teman yang lain.

Gak bro, sumpah ne kalau laku, akan kuberikan semua hasil padanya, tapi yang laku saja yaa! 

Tanpa kusadari ternyata saat kulihat di emailku ada seorang keturunan Belanda yang akan memborong 10 kanvasku, dengan dealing separuhnya dulu. Dan dengan nego singkat kujual murah karyaku, 5 lukisan hanya 7juta 5ratus saja. Sementara 5 lainnya laku 12juta tapi pada pembayaran berikutnya.  Dilalah tanpa kusadari mulut berucap Alhamdulillah yang jusru aku ketahuan teman-teman karenanya aku didaulat untuk merealisasikan janji semula. Sorry bro, ini baru deal awal belum ada transfering dari pembelinya, kilahku. But, tak seberapa lama ada calling dari Si Pembeli untuk memastikan nomer rekening BCA-ku. Dan dalam hitungan sekian menit saja transfer berhasil.

          Qonita Boutique menjadi persinggahan. Segera kumeminta Bu Mie Ayam untuk memilihkan baju untuk istriku, dengan alasan sebagai kejutan. Dia manut saja, tanpa curiga. 2 abaya Navy dan Dark red by Elva Fauqo dan kerudung silky  grey saya padu padankan akan menambah cerah bening kulit Venyta Gloria Sang penjual mie. Sepatu white Korean style akan menambah tampilan belianya walaupun sudah punya seorang bocah TK. Total  4600.000,- dan sisanya kubelikan 2 parcel sederhna tuk kedua orang tuanya, ortu dan mertuanya. Tuntas transfer ke kasir, barang langsung kuberikan padanya. Tangan gemetar, matanya berkaca-kaca, saat menerima semua itu. Semula dia menolak dengan gigih, tapi penjelasanku yang kemudian meluluhkannya.

“Dede Veny tak perlu rikuh dengan ini semua, aku takkan mengganggu kehidupanmu,karena kita sudah sama-sama punya keluarga sendiri-sendiri. And so, anggap ini hanyalah takdir di jalanan yang harus diterima tanpa ini itu.

Tapi ini terlalu berlebihan mas

“Udaaah terima saja, kamu berhak menikmati rejeki ini, toh ini didapat dengan cara halalan.

Gimana kalau ditanyakan suamiku mas, harganya terlalu tinggi tuh, gak pantas untuk orang sepertiku.

Hmmm, bak kasir tolong buatkan nota fake, tulis aja totanya Rp.500.000,- dengan parcelnya.

Oke, siap mas, Jawab bak kasirnya.

          Sepekan berlalu, kini lebaran tiba. Di depan pelataran Masjid Attaqwa aku salat ied demi membersamai teman-teman Religi Sunmori komunitas dari luar kota yang hendak merayakan lebaran di Jampit House tempat wisata di bilangan Kawah Ijen. Keluargaku salat di musala di depan rumah saja. Untuk kali ini mereka memaklumkanku. Satu di antara egoku yang tak boleh diganggu adalah kalau sudah bersama komunitas motor, komunitas nulis, atau lukis. Ego dan angkuh memang, parah!? 

          Tak seberapa lama saling bersalaman para pemotor itu segera gaspol pergi ke hotel tuk mempersiapkan keberangkatannya ke spot yang direncanakan. Aku memohon maaf karena tak bisa mmbersamainya mengaspal menuju Jampit. Mereka pun memaklumkan hal itu, karena selama 6 hari sudah aku menemaninya berkunjung ke tempat-tempat yang asyik untuk mengaspalt di kota ini. 

          Berhamburan saling menjabat tangan kenal atau tidak, tanpa rikuh kami saling berjabat akrab dengan ikatan Ukhuwah Islamiyah. Sejatinya aku ingin segera beranjak pulang namun beberapa wanita berniqab buru-buru menjabat tanganku memohon kemaafan. Mereka adalah mantan muridku di sebuah pesantren. Salah seorang memohon agar menyediakan waktu untukku tuk bertemu di pojok alun alun kota, tepatnya pojok tenggara. Aku pun menyanggupinya dengan tanda tanya besar.

          Masih mengenakan mukenah dan niqab, wanita itu telah menunggu di bangku taman menyambutku.

Ya Tuhan, mas apakah ini kebetulan? Saya oleh suamiku diperintah untuk menjadi pramusaji di rumah kepala kantornya yang ditinggal mudik pembantunya, dan saya salatnya di masjid besar itu. Kok masnya juga di sini? Tadi sengaja saat kujabat tanganmu kulama-lamakan sebagai ungkapan terima kasih yang sangat mendalam atas semuanya.

Hah, kukira muridku seperti mereka itu.

Hemmm.

Makanya sedikit aneh, malah ditempelkan ke pipi kanan kiri kanan selepas menciumnya. Pikirku , ada yang nakal mridku ini,” timpalku.

Silakan mas lihat, tampilanku sebelum dilihat orang lain, pintanya sembari membuka mukenah berikut niqabnya. Masaallah, elok kali hingga aku terperanjat oleh pesonanya.

Yassalaaaam.

Lalu dengan apa aku harus membalas semua kebaikan masnya?

Ah, ga perlu, yang penting dede bahagia, oh yaa aku hendak pulang ne.

Ijinkan aku menempelkan punggung tangan masnya ke pipiku lagi.”

Tanpa pikir panjang, kujulurkan tanganku. Saat digamitnya jantungku berdetak kencang apalagi kala disntuhkan ke pipi beningnya. Dan aku pun mencubit hidungnya sebelum berlalu. Dia tersenyum, aku gila.

________  

Bondowoso,15 April 2024

Notula kata:

         Niqab         , kain penutup kepala dan wajah, hanya keliatan matanya.

         Mukenah  , Pakaian salat untuk  wanita

2 komentar:

  1. Luar biasa..
    Keren banget..
    Pokoknya Top Markotop..
    Semangat dan sukses selalu kak..

    BalasHapus

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...