GRIYA SINGGAH SISI KALI
Pak Tyqnue Azbynt
Malam masih semenjana saat kulewati Ambarawa. Suasana sedikit lengang karena rinai gerimis masih saja mencumbu bumi. Sebenarnya aku pun ogah keluar di malam hari kalau tak karena menuntaskan laporan mengajar di kampus. Dan walau ogah-ogahan dan perasaan lagi badmood, demi tugas aku melangkah jua.
Rengek perut meminta sapaan kudapan telah mengganggu konsentrasi. Laporan berkali-kali salah dan tertolak. And Finally aku harus sedikit refreshing menuju ' Bakso Lambada ' di bilangan komplek SMA 08 Republik kopi Sebenarnya tak sampai 5 menit harusnya sudah sampai. Tapi saat melewati jembatan ' Gledheg Pegghek ' , aku hilang kesadaran. Yang kutahu kepalaku sudah dibebat perban dan tinggal di tempat yang asing. "Dimana aku?", Itu yang sempat kugumamkan sembari meringis kesakitan di beberapa bagian kakiku yang memar.
Ruangan yang besar, harum, dan ber-AC, serta aksesoris bunga anggrek phalaenopsis kuning bercak ungu berada di atas meja kecil di dekatku. Tak ada sesiapa yang membuatku bingung dengan keadaan itu.
"Assalamualaikum, oh bapak sudah siuman?, tadi memang sengaja disuntik perada nyeri oleh tim medis di sini, agar bapak tidak mengigau dan menggerutu saat tidak sadarkan diri", jelasnya. Tapi siapakah gerangan yang begitu peduli padaku ini?, Apakah dia telah menabrakku, ataukah aku terjatuh saat berkendara? Semua pertanyaan itu berkecamuk di otakku. Tapi karena saya disuruh tenang dan tak berpikir yang berat-berat olehnya, aku pun manut saja. " Oh ya, saya Arline mahasiswi bapak yang di semester 3 yang selalu duduk di pojok kanan paling depan saat bapak ngajar kami". Di otakku tak ada orang yang secantik itu di kelasku ngajar. Tapi aku tak paksa berpikir jauh karena kepala masih pusing.
Dia kembali ke ruangku sembari membawa susu hangat untuk menenangkan pikiran katanya. Saat kuteguk tanpa sengaja aku menanyakan tentangnya dan juga kenapa aku di tempat itu. " Bapak sekarang ada di ruang utama hotel ' Griya Singgahh Sisi Kali' Sang iadi bapak tertubruk mobil tamu kami dari Jerman yang pulang Kawah Ijen setelah 2 hari di sana. Pengelola hotel memilih opsi agar bapak ditangani medis sini asal ada kesepakatan pihak keluarga. Karena saya tahu bapak, maka saya katakan bahwa bapak adalah keluargaku. Oh yaa saya Arline Mazaya yang kalau ngampus memakai niqob itu. Di sini ada peraturan tak boleh bercadar, makanya saya tanggalkan cadar saya demi rupiyah tuk bayar kuliyah saya". Jelasnya dengan tenang.
Wah, kok malah cantik banget ya mahasiswiku kalau menanggalkan niqobnya. Rasanya sakit dan pusing di kepala hilang saat berbincang dan melihatnya tersenyum. Nafsu asmara justru menjajah otakku. Sakit? Hilang. Laporan? Gak urus. Keluarga di rumah? Tinggal telpon aja bahwa aku lagi menuntaskan laporan dan tinggal di asrama dosen. Gitu kan beres. Lagian di rumah hanya bapak dan adik-adikku. Saatnya mencari pendamping ne, begitu sinyal cinta merah jambu di otakku.
"Sebenarnya bapak sedang menuntaskan laporan untuk persiapan pendampingan mahasiswa semester 6 ke Australia, karena Masalah ini pasti aku diganti oleh dosen yang lain, padahal obsesiku adalah menjadi Academic Advicer saat ke Ausy. Kalau aku tuntut hotel ini, malah kena kamunya, lha wong kami ngaku keluargaku". Dia mulai kebingungan atas penjelasanku.
" Trus gimana pak...?, Saya harus gimana agar bisa mewujudkan obsesi bapak?, Apa bisa saya yang buat laporan, ya tentunya dengan bimbingan bapak". Kujawab entahlah, karena aku tak mau pusing, tapi moment itu sebenarnya telah mengubur obsesiku karena ada senyum manisnya. Dia kusuruh kembali ke tempatnya karena aku mau rehat dulu, tapi kalau ada hal urgen aku memintanya agar bisa datang ke ruangku.
Sebenarnya aku rada kaku bersemuka dengan orang cantik walaupun dia mahasiswiku. Kubuat rencana nakal tuk mengisenginya dan menjebaknya dalam kalang asmaraku, lagian aku terlalu lama jomblo. Bukan karena keasyikan sebagai budak kampus, tapi sebenarnya aku kurang pede. Dengan tipu-tipu ilmiyah aku menutupi kecemasanku dalam hal berelasi dengan cewek. " Mazaya, bisa kemari sejenak and tolong bawakan air hangat!". Dia pun bersegera menuju kamarku walaupun waktu sudah pukul 22.00,. Yang sebenarnya riskan baginya. Aku menyadari hal itu. " Oh yaa tolong dikompres punggungku, rasanya nyeri dan kaku", kilahku. Dengan memohon maaf dia mulai mengikuti perintahku, kaku dan gemetaran. Aku pun sama gemetaran. " Kenapa pak kok gemetar?" Aku jawab sekenanya bahwa sangat nyeri.
"Apa kamu nyeri juga kok sama gemetaran?"
" Maaf bapak, saya tak pernah bersentuhan dengan lelaki lain mahram, apalagi guru atau dosen saya. Mohon maaf pak kalau justru kompres ini membuat bapak kian nyeri ", katanya ragu.
" Mazaya, Mazaya, hemm ".
" Ya bapak".
" Coba kompresnya tanpa waslap, cukup kamu bilas dengan air hangat saja. Oh yaa, kenapa ya kok nyeri sampai ke dada?"
" Apa kena benturan bapak?"
" Ya"
" Bagian yang mana bapak?".
" Itu di punggung yang kamu sentuh, benturan dengan tanganmu. Sumpah aku baru kali ini disentuh wanita selain almarhumah ibuku. Moga yang menyentuh ini bisa menjadi awal sentuhan yang bisa menjadi ibu anak-anakku kelak", kekataku menjadi lancar karena kami hanya berdua.
Dia pun beringsut segera keluar dan menjauh dariku. Wah salah langkah ne aku, begitu benakku.
" Bapak terpaksa saya keluar dan hanya jawab lewat pesan WhatsApp ini. Saya benar-benar kaget dan tak percaya, benarkah kekata bapak?. Jika memang benar maka, buktikan, dan video call keluarga saya di rumah, dan kita bisa konfrens. Oh yaa Mazaya sangat beruntung dan menerima kinayah yang bapak sampaikan tadi. Mohon maaf saya terlalu kaget menerima anugerah indah ini", katanya via WhatsApp. Tanpa peduli nyeri di sekujur tubuhku, kudatangi dia yang biasa sebagai office accounting dan bekerja malam hari karena siangnya harus kuliyah itu.
"Lho...bapak, kok memaksa jalan kemari, kan lagi sakit".
" Ah kamu adalah obatku".
Kugamit tangannya sembari mencium penuh kesungguhan. Kulihat bibirnya gemetar dan butiran air matanya meluncur berjatuhan.
____
Bondowoso, 27 Mei 2023
Kerenππ
BalasHapusHatur tengkiyu Bu Tatik dah Sudi singgah
HapusMuantapp
BalasHapusYes π₯°π₯°π₯°
BalasHapusYes Good π₯°ππ
BalasHapus