GULALI
Pak Tyqnue Azbynt
Sontak saja aku melangkah ke teras tempat anak-anak mahasiswa sedang ramai bengcengkerama malam itu. Memang biasa tiap malam selalu saja mereka ramai dengan berbagai kegiatannya. Sebagai orang tua aku mencoba untuk menelisik jauh tentang kegiatan mereka. Kekhawatiranku kian menjadi karena mereka hanya diterangi oleh nyala lilin, dan kudengar celoteh mereka sedang menikmati sesuatu, apakah mereka sedang nyabu, atau lagi minum?.
Berbekal sebugkus rokok Gudang Garam coklat kudekati mereka demi menjawab sebuah tanya di benakku. Telisik punya telisik mereka ternyata sedang bercanda selepas ngerjakan tugas-tugas kampus mereka. Ya Tuhan... ternyata mereka sedang membuat gulali ala anak kost. Bermodal sekilo gula pasir dengan alat sendok kuah yang dipanggang di atas nyala lilin. Dan jadilah lelehan karamel yang kemudian didinginkan dengan tampilan serupa mangkuk sendok kuah tadi.
" Hampir tiap malam kami membuat gulali ini pak, demi menghemat biaya hidup di perantauan ini", celetuk Iqbal salah satu dari mereka. Dari tuturan mereka baru aku tahu bahwa mereka rata-rata anak buruh tani, bahkan ada yang hanya anak PRT. Kecurigaanku gugur seketika ketika kulihat di meja emper mereka ada 3 jilid Al-Qur'an. Pastilah mereka bukan anak nakalan seperti dugaanku. Yaa manis yang mereka buat dengan cara mereka, berarti mereka menikmati manisnya hidup kebersamaan di kosannya yang cukup bersahaja.
" Kami tak pernah beritahu cara ini pada keluarga kami di rumah, kami sampaikan bahwa kami lebih dari cukup atas bekal rupiah yang mereka berikan", pungkas salah seorang dari mereka.
____
Bondowoso, 23 1022