USTAZ ZAIN
Pak Tyqnue Azbynt
Selepas Zuhur kami masih saja leyeh-leyeh menuntaskan malas yang biasa menjajah semangat para kuli ilmu. Tetapi beda dengan Ustaz Zain yang sudah terbiasa melayani anak-anak muridnya dengan penuh ketelatenan. Membersamai saat bersih-bersih, saat menunggu makan dan lainnya sudah menjadi habitualnya. Beberapa bulan ini tampak kali perubahan dari kebiasaan anak-anakku.
Sebagai orang yang cukup berumur aku merasakan betul gelagat dari beberapa dewan guru yang tak menyukainya, dan menganggapnya tak permisif pada anak-anak, juga dianggap terlalu otoriter. Mereka menganggap tak memerdekakan anak. Namun ustaz Zain justru menganggap anak perlu diayomi, dibersamai karena kemerdekaan itu butuh komandan yang mengomandaninya.
Ustaz Zain yang hanya S1 itu menjadi terpojok dalam ruang rapat dewan guru, gegara ada beberapa guru yang dari sisi stratanya di atasnya merasa lebih mampu. Meraka rata-rata S2 dan merasa konsep-konsep pendidikannnya lebih visioner dan lebih memerdekakan. Akhirnya ustaz Zain lebih mengalah walaupun sejatinya dia beranggapan bahwa anak didiknya adalah anaknya sendiri. Dia lebih pasif dari biasanya namun justru semenjak itu sekolah kembali menjadi kotor, pembelajaran lebih banyak delay dan cendrung main-main.
____
Bondowoso, 19 8 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar