EMBAK TATA USAHA
Pak Tyqnue Azbynt
Selepas meraih gelar sarjana sastra Bahasa Jerman ( ) kucoba cari pengalaman tuk magang di tempatku sekolah masa MAN dulu karena di situ butuh guru bahasa asing selain bahasa Inggris dan Arab di jururan A4 ( ilmu ilmu sosial ). Era itu memang tiap SMA berlomba menyajikan program bahasa asing khususnya di jurusan bahasa dan jurusan sosial, sebagai kontra jawaban atas prestisenya program eksakta yang banyak digandrungi wali murid.
Bertemu dengan para guruku ada perasaan ewuh pakewuh ( sungkan ) yang membuatku kikuk dalam bergerak. Namun karena rupanya guru-guruku merasa bangga atas prodiku, aku sedikit lega dan bersyukur. Apalagi masih diberi tugas ekskul seni rupa tiap pekannya. Dari bilik sebelah di ruang keadministrasian ternyata ada TU yang dulu pernah membully-ku saat penolakan cintaku padanya. Dia adik kelasku yang kutembak saat masa perkenalan siswa baru beberapa tahun silam. Bagiku masanya sudah lewat dan memorinya sudah kukubur dalam dalam.
Biaya ekskul dibidang seni rupa ternyata taklah sedikit. Beli kanvas, cat akrilik, olieverb, easel dan lainnya ternyata harus meminta surat pengantar dari TU yang artinya aku harus menghubungi orang yang sama sekali tak ingin kulihat wajahnya itu. Akhirnya kupilih untuk membeli bahan dan alat dari kantongku sendiri demi menghindar darinya.
Memperingati kemerdekaan RI yang ke 77 semua bidang seni didaulat agar mengikuti event 'Gelar Budaya Merdeka ' yang diadakan oleh KODIM 22 Bondowoso, dan ini lagi-lagi aku harus meminta surat pengantar dari TU untuk biaya transport dan biaya akomodasi lainnya. Untungnya hasil jualan karya lukisku bisa menutupi biaya itu semua, karena ketidak mauanku menghubungi wanita di meja TU itu. Alhamdulillah jerih payahku dan anak-anak yang berlatih dengan tekun telah berhasil menggondol banyak juara di gelaran itu. Juara karikatur, lukis kontemporer, kaligrafi, lukis natural dengan tema juang semuanya disabet oleh madrasah kami. Hal inilah yang kemudian jadi gunjang ganjing warga madrasah, dianggap pembiayaan yang besar wajar kalau meraih banyak juara. Demi menutup issue itu akhirnya kepala madrasah meminta laporan dari bendahara dan TU di rapat umum madrasah. Dan pasti saja laporan dana pengeluaran dari bidang seni rupa zero point, dan ini menepis anggapan warga madrasah.
Breafing dari kepala madrasah pasca issue pembiayaan. Ka TU, bendahara dan saya disuruh menghadap di ruang kepala. Finally pak kepala menanyakan alasan kenapa aku tidak meminta biaya dari madrasah.
" Maaf pak ini privasi dan teramat pribadi, saya tidak bisa meminta rekom dari TU, karena saya tak mau berhubungan administrasi dengannya ",.
Setelah didesak perihal tersebut akhirnya belaiau tahu kalau aku sempat ditolak cintaku saat sekolah dulu.
" Tapi pak... itu kan dulu saat masih sekolah, sekarang kan sudah tidak kayak dulu lagi", sanggahnya.
" Maksud Bu Anik... Maaf Anik Susanti kan nama jenengan, ...maksudnya apa?", Tanya pak kepala.
"Heemmm gimana gih paak saya kok sungkan...".
" Sampaikan saja Bu", tegasnya.
" Kalau sekarang, kan masih sama bujang...gimana kalau aku yang meminta agar beliau menjadi imam saya?", Jelasnya sembari mempermainkan ujung jilbabnya.
" Owalaaah..., Gimana neh pak?".
Aku tak menjawabnya hanya tanganku yang kurentangkan sebagai penerimaanku, dan dia dengan segera merapat. Tanpa aku sadari tahu tahu aku sudah mengecup keningnya tanpa sadar di hadapan pak kepala yang menanggapinya dengan misam misem kebingungan menyikapinya.
____
Bondowoso 30 Juli 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar