TAHLILAN DI BAWAH GAMBAR YESUS
Pak Tyqnue Azbynt
Siang itu rumah bercat putih yang penuh tanaman anggrek mendadak ramai oleh kerumunan orang bersarung. Sontak saja aku hentikan laju motor GSX hitamku , dengan berjuta tanya kuhampiri kerumnan di beranda rumah itu. Tanpa pikir ini itu kumasuk ke kerumunan itu. Tak kulihat si tuan rumah Ibu Karno, begitupun putrinya bak Rini. Aku sangat mengenal keluarga itu karena Tri Ariyanto ( walaupun anak kedua namanya Tri ) atau yang biasa dipanggil Gugun adalah teman sebangku SD-ku dulu. Gugun adalah putra kedua dari keluarga Bapak Sukarno. Tapi anehnya siang itu tak kulihat juga batang hidungnya si Gugun.
Mereka adalah saudara se-desa denganku, dan keluarga mereka adalah satu satunya penganut Kristen. Tapi persaudaraan dengan masyarakat sekitar sangatlah akrab dan damai. Persaudaraan ini telah belangsung sejak puluhan tahun yang lalu. Mungkin karena mereka memang selalu santun dengan masyarakat di kampung kami, terlebih lagi mereka adalah keluarga yang biasa menangani masalah kesehatan masyarakat, karena mendiang bapak Sukarno dan ibu Sukarno berdinas sebagai mantri kesehatan. Ya mereka sering dikunjungi masyarakat. Tapi ada keanehan yang luar biasa di keluarga yang Kristiani itu berlangsung pembacaan ayat ayat suci Al Qur an, ada juga yang membaca sholawat kepada kanjeng nabi s a w, padahal di tembok tembok rumahnya banyak gambar, Yesus, bunda Maria,dan gambar gambar rohani yang lainnya.
Teman sebangku SD-ku itu, Tria Ariyanto atau terbiasa kami memanggilnya Gugun, putra kedua Bapak Sukarno, begitu akrab dengan masyarakat skitar. Siang itu telah berpulang keharibaa-Nya. Gugun yang masih muallaf itu terlalu cepat meninggalkan kami. Banyak pelayat yang memakai baju muslim yang menangani prosesi pemakamannya. Aneh dan memang aneh pihak keluarga hanya berperan sebagai penerima tamu, dan justru yang menangani pemakamanna adalah kami warga muslim di sekitar kediaman almarhum plus beberapa ustadz dan kiyai dari desa sebelah.
Siang kian beranjak dan sore mulai mengusir waktu, orang-orang tetap berseliweran datan berkunjung dan melayat ke rumah almarhum. Entah telah terjadi kesepakatan warga atau memang permintaan tuan rumah, dapur dikuasai ibu-ibu kaum muslimin dengan membawa peralatan sendiri begitupun bahan-bahan yang dijadikan menu santapan tuk pelayat. Praktis tuan rumah yang Kristiani itu hanya menyediakan kompor dan air.
Mentari kian mendekati ufuk barat, pelayat tetap saja tak bekurang bahkan sudah mulai ada beberapa oran lelaki yang mempersiapkan lahan parkir, dan karpet muali digelar tuk persiapan tahlilan. Memang tradisi tahlilan telah mengakar dan membudaya di desa kami. Aku tetap berbincang-bincang dengan ibu Sukarno, bunda almarhum, sembari menceritakan tentang proses muallafnya sahabat saya itu.
oh ya bu, saya mohon diri dulu ne sudah hampir maghrib.. pintaku.
oh gitu....jangan lupa mas nanti malam datang tuk acara doa-doa yang katanya juga dihadiri Kiyai Mas Rais... begitu pintanya sembari memohon-mohon.
insya-Allah saya akan datang bu, moga tak ada halangan.
*********************
Selepas sholat isya kulangkahkan kaki menuju rumah duka. Dan benar saja, jamaah tahlil sudah berdatangan, dan telah memenuhi beberapa ruangan. Maklum saja jarak rumahku sekitar 1km, ya sedikitit terlambat.
Yang teramat kusesalkan adalah tradisi orang desa yang mayoritas warga NU itu, tak bisa dilepaskan dari kebiasaan jelaknya dalam hal merokok. Ruangan-ruangan jadi penuh asap berbagai aroma rokok yang menjajah saluranan napasku. Mbok yao tahan sejenak, bukankah rumah duka ini adalah orang-orang yang dinas di kesehatan?.
Canda renyah selepas tahlilan masih terdengar dari teras depan. Entah siapa gerangan yang sempat-sempatnya bercanda ria di rumah duka. Rupa-rupanya beberapa sahabat dekat almarhum yang terbiasa berbagi cerita dengannya. Walaupun terasa sangat janggal tapi justru merekalah yang menjadi panitia tak resmi di tahlilan itu.
uwalaah.... para dedengkot ini toh yang ramai sedari tadi.... sapaku saat menghampiri mereka yang sama sama asyik dengan rokok di sela sela candaannya.
hayo merapat ke sini ! sambut salah seorang temanku.
sabar cuy....tak tunggu hingga asap-asap itu pada kabur ...baru aku kan merapat “
huhuy....pakai lipstik aja you kalau alergi asap 76 ne... sambung Amir tetangga desaku.
Memang kalau lagi cangkruan taklah asyik kalau tanpa asap yang menyelimuti atmosfir di sekitar kami. Hal itu sangat terasa, sebagai mana aku saat kecanduan roko sebelum ngajar di mahad. Yaah karena tak betah dengan gojlokan para sahabat akhirnya kupaksakan merapat padanya.
Entah sudah berapa kali ganti topik pembicaraan di teras itu, dan sudah 2 bungkus rokok 76 sudah habis. Satu persatu mulai meninggalkan area canda kami. Jam sudah menunjuk pukul 21 dan para tetangga yang menjadi peramu saji sudah tinggal beberapa orang saja. Sementara aku sengaja agak akhir karena perlu bicara sama tuan rumah ibu Sukarno dan adik Rini. Sekalian mau memohon maaf atas kebiasaan warga yang telah menyumbang sebegitu banyak asap rokok di ruangan-ruangan rumahnya.
Jam di gawayku telah menunjuk ke angka 21 :45, sudah hampir seluruhnya pulang ke rumah masing masing. Ketika kuhendak beranjak pulang mataku tertuju pada gazebo di pojok halaman. Bu. Sukarno, adik Rini dan seseorang yang smar-samar di memoriku seperti pernah aku kenal.
kaka sinilah barang sejenak...ne ada white coffee masih hangat, sapanya
oh yaa, dah malam ne timpalku.
hayo lah dik, ibu ingin bicara sebentar ..., sambung bu Sukarno.
oh injih bu.., dengan sedikit ragu kumerapat ke gazebo di pojok halaman itu.
Setelah agak lama bercengkrama baru aku ingat si wanita asing itu ternyata, santri di mushollaku beberapa tahun silam. Aminah, yaa Aminah namanya yang selalu aku antar pulang selepas mengaji dan sholat Isya. Aku baru ingat dia adalah gadis mungil hitam manis yang biasa kuanggap sebagai adikku. Ya waktu itu tak berani mengatakan senang dan tertarik padanya, karena masa masih ABG di tahun yang silam masih sangat malu. Rasa itu kusimpan adalam hati saja, dan tiap kumengantarnya pulang jantung selalu berdegup tak wajar. Orang itu ternyata sekarang ada di hadapanku dengan status janda yang ditinggal mati suaminya karena kecelakaan kerja.
Kaka masih ingat gak ....pas antar aku selepas ngaji beberapa tahun silam ? celetuknya.
yaa ingat ....ingaat , tapi sempat pangling tadi pas lihat dede, yang dulu hitam manis kini berubah kuning langsat and tetap manis macam dulu...malah tambah besih
yaa dulu kan masih anak anak kaka, sekarang ya beda, mau bicara apa aja dah gak perlu malu-malu jawabnya.
Aminah memang tetangga dekat ibu Sukarno, tapi sudah lama pindah mukim mengikuti almarhum suaminya. Ya pantas saja kalau saya lupa padanya.
kaka tetep lucu yaa... kayak dulu, tambahnya.
dede masih ingat gak, pas di perempatan yang terkejut karena ada kucing loncat yan disangka hantu itu?
ya ingat lah ka, lah wong aku pas memeluk kaka denagan erat samapai bebrapa lama, awalnya berdetak karena kaget eh lama lama detak di jantungku berubah lain..gak tahu apa namanya pada saat itu. Yang jelas hampir semalam suntuk aku tak tidur memikirkan kejadian itu, celotehnya panjang sembari memukul pahaku dengan tangan mungilnya itu.
masya Allah kok sama ya saya hampir semalaman tak tidur saat itu..dan cerita itu baru terungkap setelah sepuluh tahun berlalu, jujur saja aku saat itu ada rasa padamu dede , jelasku
hemmm berarti sama ya kaka.., tapi dengan statusku sebgai janda ini apa kaka masih mau mengantarku pulang macam dulu, dan kita cari kucing lagi he he godanya.
huss.... aku dah punya istri lho.... pangkasku.
yaaa aku tahu , lagian gak bakalan ganggu masalah gaji kaka, aku kan dapat pensiunan suamiku celotehnya.
e e e... nakal yaaa, genit kayak masih ABG dulu, garai pusing, masa gus-nya digoda santrinya
yaa tapi kaka eit gusku ne kan suka candain aku, dan sejak dulu aku kan memang kagum sama kaka, sambutnya.
hayo doooong, ngertiin dede ne kaka, .. sembari mencubit lenganku.
ah aku ne kan PNS ya gak mungkinlah gituan.
besok aku tunggu jawaban kaka and harus segera akad sirri demi jaga status ASN kaka, sembari mengerlingkan matanya genit.
*********************
Keesokan malamnya kutelah di tunggu di tempat yang sama, dan kegiatan tahlilku menjadi tak konsentrasi. Bukan karena berada di bawah gambarnya Yesus, tapi dede Aminah telah mengacaukan suasana hatiku. Dan benar saja malam itu bertempat di beranda depan aku diakad nikah oleh Kiyai Mas Rais Asy Ary sebagai wakil dari wali yang telah dipasrahkan selepas acara tahlilan. Finally tiap hari Jum at dan Ahad saya biasakan bereada di apartementnya di bilangan tempat wisata Almor Bondowoso.
---------------------------------------
BumiRengganis, akhir Agustus 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar