Sepekan bersama AERA KINAN
Pak Tyqnue Azbynt
Hujan yang begitu deras itu benar-benar menyiksa ragaku, belum lagi perasaan yang kurang tenang telah benar-benar membuatku tak nyaman. Banyak orang yang merasa nyaman dan fresh di alam terbuka seperti saat aku di Villa Sekoci Mega Mendung Bogor. Tapi tidak denganku, cuacanya yang terlalu dingin apalagi kehujanan saat melakukan jelajah alam. Kegiatanku yang sedang melakukan penelitian terhadap prilaku sosial di sana menjadi siksa tersendiri. Kalau tak karena tugas dari kampus mungkin aku takkan pernah menyanggupinya.
22 Oktober tubuhku ambruk di dekat batu besar yang dikelilingi banyak pohon besar. Mulutku kelu, tubuh gemetar terserang hipotermia. Kupangil kawanku tak bisa didwngarnya mungkin karena lari dari hujan. Beruntunglah ada rombongan guru dari SDN Jatiranggon 1 Yang sedang melintas. Seorang guru yang usianya 15 tahun di bawahku dengan telaten membantuku. Aera Kinan begitu saat ia kenalkan namanya. Mungkin karena ia seorang guru dan mengerti trik dan cara mengatasi hipotermia, ia segera meneduhkanku, membuka jaket yang basah, lalu ia permisi untuk memelukku. Dengan bersentuhan kulitnya yang hangat aku mulai merasa kian lega. Napas mulai tak tersengal lagi. Anehnya teman-teman Bu Aera malah memilih diam dan berkata kalau yang ahli kepramukaan hanya Bu Aera yang biasa menangani hal semacam itu.
Hari ke 2 aku kembali melakukan wawancara dan menyebar angket di berbagai komunitas termasuk juga guru guru yang sedang mengikut workshop di tempat itu. Sampling dari informan itu kukumpulkan, dianalisa dan diformulasikan dalam rubrik rubrik penilaian. Tapi bukan itu yang perlu aku ceritakan lebih jauh, melainkan sosok guru SD itu yang serius menanganiku saat butuh pertolongan. Singkat cerita aku saling berbagi kontak nope, yang muaranya aku terpaksa kerumahnya untuk sekedar basa basi mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Namun justru kami saling merasa nyaman, walau usia berinterval 15 tahunan. Karena dia sosok singgel parent, menjadikan aku sedikit bebas dan tidaklah begitu canggung. Hari-hari berikutnya aku sering berkunjung ke rumahnya demi sekedar ngobrol yang tak penting tapi terasa mengasyikkan. Mungkin karena kecurigaan masyarakat sekitar kami sampai di datangi RT di komplek rumahnya. Bagiku kalau dianggap.macam-macam oleh masyarakat mending aku pastikan absah secara hukum, paling tidak hukum agama. Dan benar saja hanya waktu sepekan aku memilih menikahinya walaupun dengan nikah siri dulu Temu cinta pun berlangsung aku merasa nyaman saat dia bersandar ke bahu kiriku sembari berucap, " aku sebenarnya sudah menutup pintu hati untuk semua lelaki sejak kepergian mantanku yang dulu karena kecelakaan yang merenggut nyawanya . Entah kenapa saat aku mengatasi saat hipotermia itu dadaku berdetak kencang. Padahal aku reflek saja agar tak terjadi hal yang kritis", begitu jelasnya. Orang yang bisa dibilang biasa itu ternyata punya hati mulia. Terbukti saat menerimaku apa adanya. Karena kami sama-sama PNS terpaksalah aku harus berusaha untuk mutasi pindah propinsi. Tugas kuliah S2 ku harus kutuntaskan dulu agar nikahku dengnnya tak hanya sekedar siri saja, walaupun soal rasa tak ada beda. Aera Kinan dia bidadari tak bersayap yang menjadi penyamatku dan penambat hatiku.
____
Bondowoso, 22 10 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar