KETULUSAN CINTA BUNDA COREENA
Pak Tyqnue Azbynt
Benciku pada dosen bahasa ini sudah melewati ubun-ubun saja. Tiap kali tugas makalah selalu bermasalah, yang kurang ini kurang itu. Intinya ketatabahasaanku acakadut. Kalau bukan karena dosenku pasti kulempar sandal. Bayangkan! Raga sudah lelah cari biaya ditambah otak diperas pula.
Malang tak dapat ditolak, mujur tak bisa diraih. Manusia yang kubenci itu justru kini menjadi dosen pembimbing skripsi, bayangkan!, remuk kan otakku. Demi menyandang gelar sarjana, kubetahkan tuk menjalani tugas itu. Sore itu selepas hujan aku mengikuti ujian skripsi dengan modal nekat kuhadapi semua tampang garang dosenku. Dilalah justru ujianku lancar bahkan banyak penguji yang memuji karyaku. "Wah ini baru the best," kata Pak Prof. Windarto salah seorang pengujiku.
Hampir 5 tahun aku menuntaskan bangku kuliyah. Dengan berbagai luka kupaksa melangkah di belantara cendekia itu. Hampir runtuh rasa jiwa dan ragaku. Prosesi wisuda pun digelar sudah. Semua keluarga wisudawan wisudawati tumpah ruah beserta keluarga demi merayakan kesuksesan anaknya. Aku yang hanya seorang yatim piatu tak punya sesiapa, tak bisa menyertakan keluarga. Namun, yang membuat hatiku haru biru, hampir ambruk aku di depan rektor saat yang menjadi waliku adalah Bunda Coreena. Tanpa sepengetahuanku beliau justru tak mengenakan toga dosen, justru mengenakan baju sebagai wali wisudawan. Yaa Allah, terima kasih Bunda Coree, kasihmu begitu tulus pada anakmu yang begitu lama mengacuhkan dan membencimu.
___
Bondowoso, 11 Mei 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar