Total Tayangan Halaman

Selasa, 30 April 2024

Griya Cinta Putih Abu abu

 GRIYA CINTA PUTIH ABU ABU

Pak Tyqnue Abynt



          Cinta abg semasa di SMPN 1 Tenggarang Bondowoso itu berlanjut di dua sekolah yang beda. Roffy Dian dan Anjasmara bak Romeo dan Juliet saja. Selepas dari SMP mereka tetap mengikat temali cintanya walau di dua kutub yang beda. Roffy MAN Bondowoso jurusan keagamaan sedangkan Anjasmara memilih SMAN 1 Bondowoso jurusan IPA. Tak ada alasan tuk saling berganti pinjam buku, apalagi Raffy stay di pondok pesantren yang bersebelahan dengan madrasahnya, sedangkan Anjas melilih kost di bilangan Gang Palm dekat RSUD yang berjarak kekitar 200-an meter dari pondoknya.  Cinta mereka kini terpenjara entah sampai kapan kan terlepas dari sekapannya.

          Janji tuk saling berbagi kisah justru kini sama sekali tak dapat dilakukan. Madrasah Roffy yang ekstra ketat apalagi dia memilih ekskul Tahfiz Qur an yang limitasi waktuya sangat presisi. Di tempat yang berbeda Anjas lebih menemukan kebebasan, apalagi saat ekskul Sepak Bola. Stadion Magenda yang tepat di depan gedung MAN menjadi tempat indah tuk menyemai harapan, barangkali bisa walau barang sekejap melihat wajah kekasihnya kongkow di beranda madrasahnya. Harapan itu sia-sialah belaka. Indah romansa cinta hanya di sinetron saja.

          Setahun sudah masa penyiksaan perasaan itu mereka lewati, berbagai cara tuk bisa bersewajah dengan idamannya tak pernah tertunaikan jua. Anjas berkali sudah mencari cara yang ekstrim agar bisa menemui sang kekasih. Dia tak mengacuhkan betapa bahayanya jika tercium oleh guru BK di sekolah maupun madrasahnya, bukankah antar guru BK MA dan SMA di kota itu ada MoU tuk saling berbagi cara tuk membimbing anak-anak sekolah masing-masing.

          Entah ide dari mana, Anjas justru nekat mengirimkan paket untuk bidadarinya di MAN. Mungkin melalui kurir dia bisa berkirim salam via paket cintanya. Dilalah bencana justru kini bermula gegara dia kirimkan paket bertepatan dengan hari Valentine yang justru mengundang atensi Pak Prik sang guru BK. Sebuah set seragam sekolahnya putih abu-abu dengan stempel OSIS di ada kirinya. Entah apa maksudya harus dibubuhi stempel itu. Dalam saku bajunya diselipka kertas surat biru muda bertuliskan kekata ucapan salam rindu. Cerita cinta mereka bak era 80an saja, yang belum ada media sosial seperti sekarang ini. memang di MAN selama mereka sekolah tak boleh memegang HP terlebih lagi yang hidup di asrama pesantren. Walau di sekolah Anjas HP diperkenankan, tapi apalah guna jika tak bisa berkoneksi dengan Roffy.

           Petaka bagi sang bidadari, Roffy mendapat peringatan dari marasahnya, bahkan selama sepekan dia diskorsing tak boleh megikuti pembelajaran di marasahnya. Perasaannya mulai berontak, bukankah dia tak melakukan apa-apa? Toh rayuan dan cerita cinta yang disampaikan Anjas adalah kisah abg-nya dulu di SMPN 1 Tenggarang. Roffy mulai protes dalam banyak tindakan yang tak wajar. Salah satunya adalah saat dia kegiatan Olahraga justru memakai jersy SMPnya. Kaos olahraga warna putih dengan striping abu-abu dan merah yang justru menyolok di antara jersi teman-temannya. Yang paling ekstrim justru di dada kanannya ada bekas telapak tangan kotor lumpur plus tanda tangan di bawahnya. Konon ia dapatkan saat kejadian tanpa sengaja saat ekskul basket saat SMP dulu. 

          Gelagat tak baik itu kini telah menjadi perhaian publik MAN, peringatan ke-2  dan ke-3 telah dilakukan. Pernyataan untuk tidak mengulangi diabaikannya, dan finalnya Roffy memilih drop out dari madrasahnya. Di sisi lain sebagai rasa tenggang rasanya, Anjas pun memilih jalan yang sama, namun orang tua mereka masing-masing tak merestuinya cara mereka. Dan gita cinta mereka terbengkalai dengan keidakpastian.

         Roffy diganjar ayahnya  agar nyantri di sebuah pesantren kecil  sebuah desa yang sama sekali tak ada pendidikan formalnya, sedang Anjas di usia yang teramat belia itu harus pergi ke Jepang menjadi petani bersama beberapa remaja yang sudah beberapa tahun pernah bekerja di sana. Tautan cinta itu nyaris tak ada kini selain lamur terkikis oleh perjalanan waktu. 

           6x12 purnama terlewati sudah,  teman-teman mereka sudah berada di perguruan tinggi dengan asa yang begitu indahnya. Roffy dan Anjas hanya menjadi korban halusinasi cinta masa abg. Harapan orang tuanya terabaikan sudah. Namun tekat kedua anak manusia itu tetap tersemat di hatinya. Hanya dedoa yang bisa mereka langitkan, pada Sang Ilah semua harapan ditambatkan.

           Setiap gajian dari Jepang Anjas transfring pada Pak De-nya, agar di belikan sebidang tanah dan dibuatkan rumah sederhana. Selama 6 tahun itu tak ada pihak keluarga lain yang mengetahuinya, hal ini sebagai protes pada kedua orang tuanya. Proses pembuatan rumahnya purna sudah. Detail penggarapan besteknya dibuat sendiri oleh Anjas. Dengan plot gambar itu, dibuat semirip mungkin dengan kemauan si empunya. Beranda depan warna putih dan abu abu, plus bercak bercak kuning podang dan pink di beberapa bagian. Konon katanya sebagai lambang kisah SMA-nya dulu, sedang kuning dan pink tuk mngingatkan ice cream kesukaan Roffy.

           Kepulangan Anjas dari Jepang disambut suka cita oleh keluarganya walaupun tak banyak membawa Yen dari Jepang karena telah terwujud pada griya mugil nan indah. Karena rindu orang tua pada si anak rantau itu telah mengubur kemarahannya yang dulu. Namun bias-bias kemarahannya mulai tumbuh kembali saat dia nekat hendak melamar bidadarinya yang dulu.

Aladalah, masihkah kamu mau bertahan dengan pacarmu yang telah menjadikan kamu kuli di Jepang ini? dan apa yang hendak kamu persembahkan? Kerjamu hanya lama saja, hasilnya tak seberapa, sergah bapaknya.

Pokoknya dengan sepenuh hati saya mohon kali ini tolong direstui, pintanya.

Kalau tak karena bujuk ibumu, aku takkan pernah meridhaimu, asal kau biaya sendiri, bapak akan turuti permintanmu, timpal bapaknya.

Gampag kang, biar aku saja yang tanggung, sergah Pak De-nya.

Oke, aku turuti, cari waktu dan hari yang tepat.

          Pertunanngan terjadi sudah, 4 bulan berlalu, dan prosesi pernikahan kini berlangsung. Diaundang teman-teman SMP, teman kelas MAN, SMAnya. Pesta meriah dipadati oleh teman sekolah, bak reuni saja. Yang paling ekstrim justru saat akad nikah mereka mengundang kedua guru BK- nya masing masing sebagai saksi. Tak cukup hanya itu, baju yang pernah dikirim ke Roffy dipakai sebagai kemeja penganten begitu pun Sang Permaisuri yang mngenakan almamater madrasahnya. Hanya beberapa sentuhan estetik yang disematkan oleh penata riasnya. Di tengah asyik masyuknya band SMA 1 yang didapuk sebagai musical accompaniment, seorang guru seneor SMA memberikan kekata yang membuat audien haru biru.Ketulusan cinta mereka telah melahirkan banyak cerita, konon rumah warna putih abu-abu ini merupakan persmbahan cinta Anjas pada bidadarinya. Dan ini juga surprise kepada kita semua, saya dapat bocoran dari Pak De-nya agar disampaikan kepada orang tua serta teman-temannya. Rumahnya adalah istana cinta mereka berdua. Hadirin pun terbelalak menyaksikan alur cinta mereka yang bak cerita asmara Romawi itu.

________ 

Bondowoso, 30 April 2024 


Minggu, 28 April 2024

ZEHRA LIEM

 ZEHRA LIEM 

Pak Tyqnue Azbynt



           Enam bulan terakhir ini aku hampir tiap hari stay di ruang pustaka kampus. Memelototi buku cetak lebih terasa daripada dengan buku digital yang meradiasi mata. Lembar demi lembar kujelajah referensi yang hendak kusematkan di jurnal yang akan kupublikasi di SINTA. Seorang gadis dengan wajah orientalnya selalu tampak di tiap pandangku saat duduk memesrai buku di beranda baca. Anehnya gadis itu seringkali menawarkan buku-buku asing tuk tiap pengunjung pustaka termasuk aku yang tetap menyintas di sana. Demi menambah pengetahuan bahasa aku beli beberapa buku sastra Jerman, alasannya sederhana karena Zehra Liem bisa menjadi mentorku walau hanya melalui media sosial, agar bisa mengikuti waku senggangnya.

           Gadis yang sudah mmpunyai Geothe Zertifikat B1  telah menjadi penambah hazanah kesusasteraan asingku. Semula aku hendak belajar sastra China padanya lantaran dia manusia cantik keturunan Tionghoa yang sedang menempuh S2nya di Universitas Negeri Surabaya. Keintensifannya menawarkan buku bahasa asing telah menjadikannya terkenal dengan julukan agen bahasa dunia. Semula aku tak tertarik untuk mengulik tentang habitualnya itu, namun saat dia menyampaikan permasalahan pribadi barulah aku memahami fenomena hidupnya.

          Semenjak konversi agama, dan memilih menjadi muallaf telah mengubah banyak hal tentang jati dirinya. Hampir-hampir dia kembali ke agama asalnya karena, di tahun-tahun pertamanya begitu tersiksa. Dihapus dari daftar anggota keluarga, memilih hidup mandiri, dan dikucilkan dari lingkungan masyarakatnya benar-benar menjadi ujian berat baginya. Walaupun studi S2nya mendapat beasiswa dari kedutaan Jerman, namun biaya hidup di kota Surabaya sangatlah mahal.

          Saling share secara intens menjadikan kami saling mengenal kian jauh. Semula yang hanya berkutat sekitar akademis namaun akhirnya beruba pada hal-hal yang teramat privasi. Tak segan-sgan dia mengirimiku tulisan panjang demi meminta atensi mendalam dariku.

                                                                                       Kagem Koko Ano 

                                                                                           di Ruang baca

assalamu alaikum ww

salam satu jiwa, 

Untuk yang ke sekian kalinya kusampaikan uneg-uneg yang belum tertumpahkan pada siapa pun. Ko Ano sobat setiaku,  ketika aku muallaf, aset pribadi yang pernah aku miliki semuanya disita oleh keluarga, bahkan mau numpang tidur pun aku tak diperkenankan oleh semua anggota keluarga. Beberapa malam aku harus menginap di mess Kantor Wilayah NU setelah mendapat restu dari pengurus harian di sana. Bermodal buku-buku yang kudapat dari kedutaan Jerman yang free, sedikit demi sedikit bisa kujadikan modal tuk kost di sekitaran kampus ini. Ketika buku kian menipis aku berkoresponensi dengan para mahasiswa RI yang ada di luar negeri, dan Alhamdulillah sampai sekarang usaha ini menjadi penopang kehidupanku. 

Dulu, aku pernah punya boutiqeu yang income perbulannya lumayan besar, tapi kini aku harus menjadi pengedar buku berbahasa asing dengan penghasilan yang fluktuatif. Finally aku sekarang ingin bersewajah secara langsung dengan Ko Ano agar bisa lebih pas. Oh ya, Ko Ano kan dulu pernah di pesantren, so, boleh dong aku belajar Islamologi pada koko.

Ya, gitu dulu. Sambung lain waktu.

                                                                             Bye, wassalam

                                                              Melanie Tjandra Liem ( Zehra Liem)

          Pertemuan kian intens semenjak keseriusan Zehra Liem pada ke-Islaman. Kami memilih tempat di sebuah beranda Kantor wilayah NU Jawa Timur dengan harapan juga dapat bantuan pemahaman dari tokoh-tokoh di kantor itu. Sejauh ini progresifnya sangalah terasa. Sesekali dia mengikuti rutinan dan kajian kitab kuning walaupun hanya ingin merasakan hal-hal kenahdiyahan.

          Hatiku mulai kacau, keiklasan membimbingnya berubah tendensi asmara. Sebagai seorang mahasiswa pasca aku harus menjaga marwah kilmiyahan Islamologi, jangan rusak dengan sikap atau perkataan yang terlalu konyol. Entahlah, apakah karena aku angkuh atau takut mencari peluang tuk memberikan sedikit saja sinyal cinta? Atau apakah memeng benar kekata orang-orang tua, orang yang terlalu tinggi pendidikannya akan sulit menyampaikan perasaan cintanya? Logikaku menjadi kacau, senyumnya selalu menyintas di benakku. What the matter with you? celetuk Zehra. Nothing,” pungkasku.

        Suatu hari Bang Oemar seorang dosen di UIN Maliki Malang yang sering kali melakukan kajian kitab di kantor PWNU, menyempatkan diri bersewajah dengan kami dan berbincang banyak hal. Rupanya beliau lebih peka pada gundah hatiku. Sindiran-sindiran kecil kuacuhkan saja demi menjaga agar koneksitasku tak rusak karenanya. Bukankah aku belum tahu menahu tentang telaga asmara Zehra padaku? Jangan-jangan tandus dan menerik selamanya dan kering memanggagng hati ini. Ah, perasaanku tak tenang, tersesat di belantara asmara.

Ko, jaketmu ketinggalan di kantor PW, aku bawa pulang, paparnya saat VC denganku.

Bawa aja saat ngampus besok Senin.

“Oke, siap 86, candanya sembari pamer senyum manisnya.

          Senin saat matahari masih sepenggalah, dan baru beberapa lembar buku kubaca, aku dikejutkan oleh bekapan telapak tangan di mataku. sesorang telah melingkarkan tangannya dari belakang. Tak tahu siapakah gerangan, hanya harum aroma Fifth Aveneu yang menjajah ruang ciumku. Apakah si Zehra? Tak mungkinlah, aroma parfumnya kan biasanya silver, lagian tak pernah pula dia bersentuhan denganku. Aroma parfum itu kunikmati hingga ke ujung hati, begitu pun sentuhan lembut tangannya.

Wahai mahluk asing siapakah ini?

“Tralalaaaa.., Ini aku ko, jawabnya.

Yassalam, cantik kali kau, 

Yeee baru tahu, kan sedari dulu emang imut, apalagi pakai jaket yang ada bedge logo ini!

“Wah

“Cocok gaaak? Tanyanya sembari berputar putar di depanku. Tak pernah aku melihatnya seceria itu. 

Sumpah demi ayam geprek cocok, pake banget lagi.”

Naah kalau cocok, boleh dong aku miliki.

Yap oke oke, sure, jawabku walau sejatinya jaket itu merupakan kebanggaan yang aku dapat saat mengikuti bimbingan penelitian di BRIN. Yah demi si imut apa pun akan kuberikan, bahkan mobil milik tetangga akan kuberikan padanya, he he.

          Sentuhan itu hingga kuguratkan dalam tulisan ini masih terasa jua. Saat itu kusempat mengusilinya dengan mencolek dagunya. Dia tersenyum manja bak anak abg saja. Sinyal itu kumanfaatkan tuk menggamit tangannya dan kukecup mesra penuh kesyahduan di hatiku. Tanpa kata, hanya senyum yang tak bisa kugambarkan rasanya di tulisan ini. Gegara tak melepas sedikit kekata cinta itulah yang justru membuatku kian tersiksa tanpa kepastian. Hatiku rajadan khauf (cemas penuh harap) pada sebuah kata cinta. Memang cinta sulit dilogikakan.

          Setelah beberapa pekan berlalu, sedang aku belum berani melepas sauh cinta di dasar hatinya. Dilalah saat kembali ke kantor PW, Bang Oemar dan Gus Aab, yang semula hendak mengusiliku berubah mejadi keseriusan.

Gus gimana sejoli ini kalau kita khitbahkan? seru Bang Oemar

Oke, aku bisa kan jadi wali muhakkamnya? timpal Gus Aab

Emang bo..leh? celetuknya

Boleh kok, jawab Bang Oemar dan Gus Aab bersamaan.

Waah kode keras ne, jawab Bang Oemar sembari mengerlingkan matanya.

And finally,  28 April 2024 aku resmi bertungan dengan dicomblangi oleh orang-orang di PW itu. Anehnya tanggal itu justru pas hari ulang tahunnya. Sebagai hadiah khitbah saat itu Gus Aab memberi rida yang katanya sudah berkali-kali dipakai untuk umroh, beliau berikan padaku. Kain rida itu kulilitkan dilehernya sembari kuberucap, Bidadariku, kini dan selamanya kau akan menjadi milikku, hingga ke surga Nya kelak.

Ya Allah, terima kasih Ko, jawabnya, bibir gemetar dan buliran air matanya berlomba melintasi pipi mulusnya.

___ 

Bondowoso, 28 April 2024

        


Senin, 15 April 2024

Sepekan Menjelang Lebaran

 SEPEKAN MENJELANG LEBARAN

Pak Tyqnue Azbynt



          Sisi jalan di kawasan timur Stadion Magenda sudah terbiasa dengan pasar dadakan di bulan Ramadhan. Tiap menjelang ujung siang ramai oleh para pemburu kudapan berbuka puasa. Santapan manis segar yang menjajah imaji rasa, begitupun tampilan gorengan ginuk-ginuk yang menggoda. Bagiku sore adalah waktu jeda yang mengasyikkan bila berkumpul komunitas motor sambil ngabuburit healing dari kerja yang melelahkan otak dan ragaku.

          Mengamati keramaian sosial seringkali melahirkan inspirasi bagiku. Objek lukisan keramaian menjadi titik sasar. Objek alami takkan tergantikan oleh ulah aplikasi lukisan AI, walaupun tampak lebih indah namun di situlah keindahan seni asli yang sesungguhnya. Kupotret tiap spot yang menarik dengan kamera gaway. Anak yang menenteng kantong plastik hingga nenek renta yang masih berupaya mencari receh dengan jualannya yang teramat sederhana. Berkah Ramadhan menjadi fenomena sosial yang indah di jiwa lukisku.

          Sekitar dua depa di depanku seorang bocah terjatuh dan jajanan takjil yang dibelinya jatuh berserakan, sontak saja dia mengerang nangis antara kesakitan dan kalut oleh makanan miliknya yang berserak. Seorang ibu muda penjual mie ayam datang membantu, diseka air matanya sembari berujar,  Duh hati hati tole, gimana ya jajanmu kotor sudah. Aku belum dapat receh tuk menggantinya. Mendengar celoteh si ibu muda kusegerakan saja melangkah dan memberinya lima puluh ribuan kepada si ibu agar dibelikan jajan si bocah kecil itu. Dan saat aku kembali berbicang dengan teman-temanku, si penjual bakso memberikan sisa belanjaan bocah tadi. Dua lembar duapuluhan dijulurkan padaku namun suruh kuambil padanya. 

          Perkenalan pun bermula dengan bu penjual mie ayam. Dari keluhannya aku tahu kalau selama sepekan ini dia hanya membawa receh sekedarnya saja karena pembeli banyak yang hanya mencari takjil jajanan dan minuman segar. Istri dari seorang waker sebuah kantor pemerintahan itu terpaksa melapakkan mie ayamnya di jalanan demi membantu ekonomi keluarga. Konon sang suami yang menikahinya selepas gagal dengan istri pertamanya, begitu pun dia yang kandas dengan suami pertamanya. Perjalanan cintanya yang lempeng-lempeng saja, tak ada peningkatan ekonomi walaupun sang suami sudah tampak keras bekerja. Demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya dia harus berjualan. Kebiasaan Sang  suami masih tetap dengan hobi mancing bersama teman-temannya.  Bu mie ayam yang telah rela membantunya itu rupanya kurang diapresiasi sang suami. Dari berbagai ceritanya itu dapat aku simpulkan kalau dia sangat mencintai keutuhan rumah tangganya yang sudah dikarunianya cewek kecil usia TK. Bagaimana pun juga dia selalu berusaha bertahan walau biduk rumah tangganya terombang-ambing ombak kehidupan.  

          Seorang teman klub motorku bilang kalau dia itu istri teman kantornya. Dari penjelasannya aku tahu kalau sang suami telah back sreet dengan mantan istri pertamanya. Bu mie ayam wanita berjilbab yang manis itu sama sekali tak mengetahui tingkah suaminya.Tanda kesetiaan si istri tersia-siakan belaka, baju lebaran untuk suami dan anaknya telah dibelikan, karena kata arjunanya gaji harus menutup semua hutang-hutannya di bank. Sang istri hanya mengenakan baju sederhana, bahkan katanya untuk lebaran tahun ini dia tak berani mudik ke desa orang tua gegara tak ada buah tangan yang bisa diberikan pada mereka.

          Lebaran kian dekat saja, lapak Bu mie ayam semakin jarang didatangi pembeli, mungkin karena orang-orang lebih berburu baju baru atau parcel lebaran. Sesekali aku amati dia sedang asyik memelototi gawaynya. Kukira dia sedang menonton sinetron atau apalah yang bisa menjadi penenang jiwa. Dugaanku salah belaka, dia ternyata sedang melanjutkan hataman qur annya, yang konon sudah menjelang hataman ke-6nya selama Ramadhan ini. wajar saja kalau dia tak pernah bergeming saat dinakali dengan kata-kata oleh pembelinya, rupanya Al qur an menjadi pelabuhan gundahnya.  

          Entah sore yang keberapa aku kembali ngabuburit di pangkalan klubku. Kembali kuperhatikan ibu muda penjual mie ayam itu, babyface-nya menjadi nilai eksotika tersendiri. Kenapa kok di sia-siakan ya? begitu benakku. Di tengah keasyikan lamunanku, seorang teman mengejutkanku dengan petasan kecil yang di sulut di belakangku. Kaget dan ledekan  teman-temankulah yang mnyadarkan petualangan anganku yang terlalu jauh. Demi menyembunyikan gelagat otakku, kupura-pura aja sedang konsentrasi atas karya-karyaku yang kupost di beberapa platform medsos.

          Terlalu asyik kerja dan motoran sedikit mengenyampingkan info-info medsosku. Oh ya, mungkin juga karena ibu muda yang sekarang sudah mengatensi otak ini. 

Santai bro, aku bukan lagi ngayal ini-itu, aku sedang konsentrasi ma jualan karya-karyaku yang sudah dijajah oleh karya Artificial Intellegence, begitu kilahku.

Trus kalau terjual, you mau trakir kami, timpal Adit sahabaku.

Eehhh, ngapain? Kalau kita-kita tak perlu lah. Tuh lho Bu mie”

Naaah, tu kan, tu kan, kata teman yang lain.

Gak bro, sumpah ne kalau laku, akan kuberikan semua hasil padanya, tapi yang laku saja yaa! 

Tanpa kusadari ternyata saat kulihat di emailku ada seorang keturunan Belanda yang akan memborong 10 kanvasku, dengan dealing separuhnya dulu. Dan dengan nego singkat kujual murah karyaku, 5 lukisan hanya 7juta 5ratus saja. Sementara 5 lainnya laku 12juta tapi pada pembayaran berikutnya.  Dilalah tanpa kusadari mulut berucap Alhamdulillah yang jusru aku ketahuan teman-teman karenanya aku didaulat untuk merealisasikan janji semula. Sorry bro, ini baru deal awal belum ada transfering dari pembelinya, kilahku. But, tak seberapa lama ada calling dari Si Pembeli untuk memastikan nomer rekening BCA-ku. Dan dalam hitungan sekian menit saja transfer berhasil.

          Qonita Boutique menjadi persinggahan. Segera kumeminta Bu Mie Ayam untuk memilihkan baju untuk istriku, dengan alasan sebagai kejutan. Dia manut saja, tanpa curiga. 2 abaya Navy dan Dark red by Elva Fauqo dan kerudung silky  grey saya padu padankan akan menambah cerah bening kulit Venyta Gloria Sang penjual mie. Sepatu white Korean style akan menambah tampilan belianya walaupun sudah punya seorang bocah TK. Total  4600.000,- dan sisanya kubelikan 2 parcel sederhna tuk kedua orang tuanya, ortu dan mertuanya. Tuntas transfer ke kasir, barang langsung kuberikan padanya. Tangan gemetar, matanya berkaca-kaca, saat menerima semua itu. Semula dia menolak dengan gigih, tapi penjelasanku yang kemudian meluluhkannya.

“Dede Veny tak perlu rikuh dengan ini semua, aku takkan mengganggu kehidupanmu,karena kita sudah sama-sama punya keluarga sendiri-sendiri. And so, anggap ini hanyalah takdir di jalanan yang harus diterima tanpa ini itu.

Tapi ini terlalu berlebihan mas

“Udaaah terima saja, kamu berhak menikmati rejeki ini, toh ini didapat dengan cara halalan.

Gimana kalau ditanyakan suamiku mas, harganya terlalu tinggi tuh, gak pantas untuk orang sepertiku.

Hmmm, bak kasir tolong buatkan nota fake, tulis aja totanya Rp.500.000,- dengan parcelnya.

Oke, siap mas, Jawab bak kasirnya.

          Sepekan berlalu, kini lebaran tiba. Di depan pelataran Masjid Attaqwa aku salat ied demi membersamai teman-teman Religi Sunmori komunitas dari luar kota yang hendak merayakan lebaran di Jampit House tempat wisata di bilangan Kawah Ijen. Keluargaku salat di musala di depan rumah saja. Untuk kali ini mereka memaklumkanku. Satu di antara egoku yang tak boleh diganggu adalah kalau sudah bersama komunitas motor, komunitas nulis, atau lukis. Ego dan angkuh memang, parah!? 

          Tak seberapa lama saling bersalaman para pemotor itu segera gaspol pergi ke hotel tuk mempersiapkan keberangkatannya ke spot yang direncanakan. Aku memohon maaf karena tak bisa mmbersamainya mengaspal menuju Jampit. Mereka pun memaklumkan hal itu, karena selama 6 hari sudah aku menemaninya berkunjung ke tempat-tempat yang asyik untuk mengaspalt di kota ini. 

          Berhamburan saling menjabat tangan kenal atau tidak, tanpa rikuh kami saling berjabat akrab dengan ikatan Ukhuwah Islamiyah. Sejatinya aku ingin segera beranjak pulang namun beberapa wanita berniqab buru-buru menjabat tanganku memohon kemaafan. Mereka adalah mantan muridku di sebuah pesantren. Salah seorang memohon agar menyediakan waktu untukku tuk bertemu di pojok alun alun kota, tepatnya pojok tenggara. Aku pun menyanggupinya dengan tanda tanya besar.

          Masih mengenakan mukenah dan niqab, wanita itu telah menunggu di bangku taman menyambutku.

Ya Tuhan, mas apakah ini kebetulan? Saya oleh suamiku diperintah untuk menjadi pramusaji di rumah kepala kantornya yang ditinggal mudik pembantunya, dan saya salatnya di masjid besar itu. Kok masnya juga di sini? Tadi sengaja saat kujabat tanganmu kulama-lamakan sebagai ungkapan terima kasih yang sangat mendalam atas semuanya.

Hah, kukira muridku seperti mereka itu.

Hemmm.

Makanya sedikit aneh, malah ditempelkan ke pipi kanan kiri kanan selepas menciumnya. Pikirku , ada yang nakal mridku ini,” timpalku.

Silakan mas lihat, tampilanku sebelum dilihat orang lain, pintanya sembari membuka mukenah berikut niqabnya. Masaallah, elok kali hingga aku terperanjat oleh pesonanya.

Yassalaaaam.

Lalu dengan apa aku harus membalas semua kebaikan masnya?

Ah, ga perlu, yang penting dede bahagia, oh yaa aku hendak pulang ne.

Ijinkan aku menempelkan punggung tangan masnya ke pipiku lagi.”

Tanpa pikir panjang, kujulurkan tanganku. Saat digamitnya jantungku berdetak kencang apalagi kala disntuhkan ke pipi beningnya. Dan aku pun mencubit hidungnya sebelum berlalu. Dia tersenyum, aku gila.

________  

Bondowoso,15 April 2024

Notula kata:

         Niqab         , kain penutup kepala dan wajah, hanya keliatan matanya.

         Mukenah  , Pakaian salat untuk  wanita

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...