Total Tayangan Halaman

Senin, 26 Februari 2024

Beras dan Kost


 BERAS DAN KOST

Pak Tyqnue Azbynt

Salam rindu dititip lewat angin internet, sehat selalu kabar baik dari jauh. Celoteh suasana musim hujan tersaji dalam cengkerama maya. 
Selepas pemilihan umum gunjang ganjing Ka Pe Uu kuacuhkan saja. Logika para senator menabrak pintu pintu etika dan logika, walaupun dengan retorika dipaksa dengan dalih logika. Semua kuasingkan jauh jauh dari otak ini. 

Tapi saat anakku bertanya harga beras di kampung, otakku terusik juga dengan narasi para politisi gagal menang laga. Dan rakyat kecil dipaksa ikuti alur logikanya. Aaah otakku mendidih saja, jika beras naik bukankah petani bahagia?, Tapi tak begitu tuan, sebab ibu ibu butuh harga beras murah. Nah trus? Pupuk mahal, beras murah? Siapa rugi?.mau naik Mak emak juga protes. 

Terpaksalah naraca uang kuliah anak-anak kami harus ditara ulang, agar jangan berpuasa sebelum Ramadhan tiba. Harga beras naik, biaya di kost kotsan mesti tambah. Laporan selesai.

___
Bondowoso, 26 02 24

Minggu, 25 Februari 2024

Ulah Gen Zie

 ULAH GEN ZIE

                      Pak Tyqnue Azbynt

          Liburan di akhir tahun kalender pendidikan menjadi healing bagi seorang guru sepertiku. Merencanakan program berikutnya dengan santai lebih mengasyikkan dan tak terbebani oleh desakan waktu yang memburu. Mencari ide-ide baru yang inovatif, atau sharing dengan sesama guru di seluruh penjuru negeri ini, demi yang lebih baik dan aplikatif.

          


 Hampir semua murid kami mudik jelang dan pasca lebaran yang kebetulan berbarengan dengan libur panjang akhir tahun pelajaran. Walaupun muridku semuanya merupakan santri yang hidup agamis, tapi era Gen Zie ini tetap saja mewarnai gaya hidupnya. Mereka yang terbiasa sibuk dengan kitab kuning dan kajian-kajian agama, tapi saat mudik mereka memanfaatkan waktu liburnya tuk bermain di dunia mereka, berselancar di medsos, memosting healingnya di berbagai platform media dengan gayanya yang bebas.

          Hoffie murid di kelas VIII G tetiba mengirim pesan What’s App, Ayah, nanda mohon doanya untuk kesembuhan, aku sakit kelenjar getah bening, perdiksinya kesehatanku tinggal 25 persen saja. Murid yang satu-satunya panggil ayah padaku itu kini benar-benar menjajah atensi. Dicalling tak bisa, via pesan hanya centang satu. Sebagai guru aku turut mencemaskannya, lagian dia sudah terbiasa memanggilku dengan sebutan ayah. Benakku berkata, Apakah ini firasat sebagai pertanda buruk?. Aku tak punya akses untuk memnghubungi keluarganya, yang pernah kudengar dia hanya tinggal bersama neneknya, sedangkan ibunya lebih memilih kost demi dekat dengan tempat kerjanya sebagai pedagang buah di pinggiran alun alun kota.

          Perasaan kuterawangkan kembali pada saat sebelum liburan, kuingat kembali gadis dengan tahi lalat di dagunya itu selalu membawakan tasku ke kantor selepas pelajaran. Sebagai hadiah kuberikan dia coklat, atau apa saja yang mungkin bisa kubeli di kantin sekolah. Anehnya dia malah sering meminta pulpen atau pensil yang biasa aku pakai. Suatu ketika dia tunjukkan sebelas pulpen yang telah dikumpulkan dari pemberianku. Aneh, tapi begitulah nyatanya. Dia merasa bangga memiliki pulpen yang pernah aku pakai.

           Saat tanggal kelahiran aku banyak mendapat kado kecil dari anak-anak murid, yang kadang lebay sok dramatis. Aku sih mengikuti alurnya, agar tak menyinggung ketulusannya. Lalu bagaimana dengan si Hoffie?, tak ada ucapan atau haiah kecil darinya selain nomer HP yang ditulis pada selembar kertas kecil.  Tolong disimpan Yah, jangan dihubungi dan jangan dihilangkan, pada saatnya  nanti itu akan berguna. Teringat nomer kontak itu, kucoba mencari-cari di dompet barang kali kertas kecil itu masih ada. Dan dilalah masih ada diantara selipan STNK motor. 

          Nope baru itu kuhubungi dengan pesan suara,

  Assalamu alaikum, ini nomer Hoffie kan?, plis dijawab deh! 

Tak ada jawaban malah nopeku diblock, terpaksalah aku memakai nomer lain tuk mnghubunginya.

 Jangan usil dan sok kenal dengan gadisku, begitu timpalnya. Oh mungkin dia pacarnya, begitu pikirku.

 Owh maaf, yang penting tidak tambah parah dan kembali pulih. Tetiba dia malah calling, ternyata suara wanita.

Maaf anda siapa dan mengapa bicara tentang kesehatannya?

“Saya wali kelasnya di madrasah, dia kirim pesan ini, sembari kukirimkan tangkapan layar HP padanya. 

“Owh gimana ya, ini kuhubungi tak ada jawaban, sedang aku bila kerumahnya, pasi embahnya akan mengusirku lagi

Yang menjadi pertanyaanku, siapa orang itu sebenarnya, apakah ibunya atau siapa? 

          Untuk beberapa saat kami tak saling kontak setelah menyepakati akan menghubungi bila salah satu pihak telah menemukan dan mengetahui keberadaannya. Otakku berputar mencari cara, sedang perasaan kian cemas saja. Mungkin sama halnya dengan wanita yang sempat kuubungi beberapa hari lalu. Setiap akun medsos kucari tentang dia, sedikit sulit karena tiap akun murid-muridku mnggunakan fake-name dan tak pajang tampang wajahnya sendiri. Mngkin karena mereka santri, lebih menjaga privasi dan nama almamater mereka.

          Assalamu alaikum mohon bapak segera ke klinik Avicena, penting. wassalamu alaikum, begitu bunyi pesan masuk di instagramku. Otakku tertuju pada si Hoffie, dan tanpa pikir panjang segara gaspoll ke tujuan. Benar saja seorang paramedis membawaku ke Paviliun Catlea B3 kudapati dia sedang terlentang dengan pengasapan nebula di mulut dan hidungnya. Kutatap si manis anakku itu tetap menutup mata dan tanpa berkata apa-apa. Seorang dokter menyarankan agar jangan diganggu, karena baru saja melewati masa kritisnya. 

          Seorang wanita muda dengan kulit beningnya, plus wajah oriental yang menawan datang dengan wajah cemas. Karena saran dokter dia pun tak banyak bicara apa-apa. Kami saling menatap tanpa saling tanya, tapi firasatku menyimpulkan kalau dia itu kerabat Hoffie. Kali ini cemasku sedikit berkurang gegara senyum wanita itu, manis dan mendegupkan pacu jantung. Tak seberapa lama lamunanku terganggu saat Hoffie bergumam, ya Allah. Matanya memandang ke segala penjuru seperti kebingungan. 

Alhamdulillah, ini mama sayang, kata wanita muda itu sembari memegang bahu kirinya. Gadis abg itu meraih tangan wanita itu seraya berkata,aku rindu mama. Oh rupanya dia itu ibunya, begitu benakku. 

Ma..., ini ayahku di madrasah, beliau yang menjadi penguat hatiku. Dia guruku yang menyayangiku seperti anaknya sendiri. Saya hanya menganggukkan kepala saja saat mamanya menatapku. 

Mama sayang aku kan?, Ayah juga sayang aku?, tanyanya.

Tentu sayang, tetiba saja kami kompak menjawabnya.

Kata dokter aku tak boleh berat mikir agar aku kembali pulih.

Ya sayang, mama akan curahkan hidup mama demi kesembuhanmu, mama akan turuti semua permintaanmu, asal kamu kembali pulih seperti dulu.

Iiiih ngapusi.

Bener kok sayang, timbal wanita itu meyakinkannya.  

Dengan penuh harap, kupohonkan agar kesembuhan terjadi padanya, kembali pulih dan ceria seperti dulu lagi. Tetes demi tetes membanjiri pipi bening mamanya.

“Yah..., ini Ayesha mamaku yang tak pernah menjengukku di pesantren, hanya nenekku yang mengirimkan paket karena usianya yang sudah uzur taklah mungkin kalau ke pesantren yang harus siap antre menunggu waktu kunjungan tiba dan dibatasi waktu, celotehya panjang seakan tak merasakan siksa oleh penyakitnya. Dari penjelasannyalah aku baru tahu kalau dia memang membutuhkan tempat menyuarakan rindu, tempat bersandar dan mengadu. Wajarlah kalau dia memanggilku ayah semenjak aku sampaikan,kalian adalah anak-anakku. Pernyataan umum di kelas itu rupanya mengena khusus pada hati Hoffie.

          Tanpa aku sadari gadis itu telah menggamit tanganku, begitu juga pada tangan mamanya. Tangan kami disilih silangkan sembari berujar,Kalian yang aku punya, semoga selalu menjadi yang terbaik untukku. Kami berpagutan pandang, menelisik ke seluruh wajahnya, lalu mengarah ke wajah Hoffie. Dia mengerlingkan matanya sembari tersenyum.

Hups, bentar dulu, ini maksudnya apa, tanyaku sok pilon.

Ayah jadi papaku, mau kan?, hmmm nikah dengan mama, gimana?

Mamamu cantik kek gitu mana mau sama aku?

Maaaa, plis deh mau yaa?.Dia mengangguk tanda menyeujui pinta anaknya.

Tapi kalau karena alasan anaknya, saya pastikan saya menolaknya, karena itu bukan karena alasan sama cinta, jawabku sok jual mahal.

Tetiba saja Ayesha merapat ke sisiku, diciumnya punggung tanganku. Butiran air matanya membasahi tanganku. Kucium kening Hoffie smbari berucap, Ya sayang, di hadapanmu kupinang mamamu”

Maukah kalian bersumpah, pintanya.

Ya demi Tuhan aku bersumpah akan tunaikan janjiku.

Ya aku juga wallahi aku rela dipersunting pak guru ayahmu itu

Yeeee, aku sembuh daaaah, jawabnya. Bangun dari bed rest dan membuka peralatan medisnya dengan segera.

“Lho Dok, gimana ini , tanya Ayesha

Gak papa Bu, dia tak sakit kok, dia teman anakku di pesantren, mereka yang menyekenariokan ini semua.

Oh, Alhamdulillah, kataku

Alhamulillah gimana ne?, timpal Ayesha

Ya kita dikerjain, dan aku dapat wanita muda yang melebihi harapanku, Thanks nanda, jawabku.

Uh, kena prank, tapi gak pa, aku juga mau kok, imbuhnya sembari mencubit lengan anaknya.        

___________Bondowoso, 24 02 24_____________

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...