Si PETOK dan Si EMPUS
Pak Tyqnue Azbynt
Wak Diman lelaki tua yang tinggal di Lembah Argopuro ternyata seorang pawang hewan. Tiupan serulingnya bisa meninabobokan, menggerakkan, marga satwa sesuai kehendak Wak Diman. Seruling itu kecil dan panjangnya hanya sejengkal.
Dari semua mahluk yang dihipnotisnya hanya ayam dan kucing yang lolos dari pengaruh tiupan serulingnya. Maka dipeliharalah dua hewan itu. Si Empus dan Si Petok begitulah penamaan oleh Wak Diman. Rupanya Wak Diman punya trik lain tuk menaklukkan 2 binatang itu. Ternyata seruling yang kecil itu merupakan pena yang sewaktu-waktu bisa menuliskan mantera, dengan mantera itu bisa dirapal olehnya, dan akhirnya sesiapa pun terjerat oleh pengaruh manteranya. Rupanya Si Empus dan si Petok tahu akan hal itu. Mereka pun menyusun rencana tuk merebut penanya demi memanterai si Empunya.
Selepas petang Wak Diman duduk di balai-balai tuk menunggu Maghrib tiba. Saat itulah kedua piaraannya itu menyusun niat jahatnya.
"Petok pas maghrib tiba, bebunyilah kau sekencangnya dan bikin gaduh suasana agar Wak Diman keluar. Saat itulah aku akan mengunci pintu, lalu mengambil seruling yang sejatinya adalah pena itu", pinta Si Empus.
" Oke, siap laksanakan bentar lagi", timpal si Petok. Dan benarlah saat Wak Diman keluar, si Empus mengunci pintu dan mengambil seruling nya. Sambil mengibas-ngibaskan ekornya si Empus bergumam sambil membaca mantera seperti apa yang dibaca Wak Diman, namun serulingnya itu berubah menjadi pena utuh tanpa lubang nada seperti biasanya. Baik si Empus maupun Di Petok tak bisa meniupnya tuk menghipnotis si empunya. Pada saat yang bersamaan Wak Diman menepuk tanah tiga kaki, dilalah _penanya terbang_ disertai angin ribut, hujan lebat dan petir yang menyambar dimana-mana.
_____
Bondowoso, 30 10 23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar