GOMBALAN CINTA PALING PURBA YANG ROMANTIS
Pak Tyqnue Azbynt
Kabar bakalan hadir mahluk cantik di sekolah kami sudah aku dengar bocorannya dari Bapak Guru Bahasa Jerman. Beliau mengabarkan bahwa akan ada pesaing baru di madrasah kami.
Di madrasah kami ada dua jurusan yang saling bersaing hususnya bidang kebahasaan. Aku yang di progam A4 ( ilmu sosial / Sos /IPS ), selalu dianggap kelas gangster. Kelas urakan dan paling nyebelin para guru. Satu-satunya alasan kenapa para guru masih mentolerirnya karena kemampuan berbahasanya yang bagus. Musuh bebuyutan kami adalah kelas Jurusan Bahasa yang memang di zona nyamannya. Di Kelas Sosial hanya ada 4 Bahasa yakni, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, English, dan Deutsch. Di kelas Bahasa lebih banyak lagi bahasanya. Kehadiran murid cewek yang pindahan dari Sekolah Internasional di kelas Bahasa menjadi ancaman bagi kami, tapi tidak bagiku. Sosoknya yang imut, putih bening, dan bibir mungilnya menjadi penjajah sukmaku.
Baru 3 hari di madrasah kami semua mata telah menyorot padanya, tak hanya karena kepandaiannya tapi juga kecantikannya. Kelasku yang notabene kelas cowok tampaknya mulai ada pergerakan tuk tebar-tebar pesona khususnya Adrian sang ketua OSIS yang tajir dan tanpan itu. Para sultan dan cowok-cowok smart di madrasah kami sudah memasang trik dan intrik untuk bisa menggaetnya. Eits, kan madrasah masa ada pacaran? Secara teori tak boleh dan pasti sanksi pen-DO-an akan menjadi jawabannya. Tapi untuk yang satu ini tampaknya dewan guru sedikit longgar karena memang ada pesona yang sulit ditiadakan.
Aku tak punya harta tuk pamer-pamer, tak punya coolface. Artinya tak di atas standar tuk menggaet mahluk cantik itu. Mungkin satu-satunya hanya nyali nakalku. Lho kok? Habis apalagi? Niat bulus kusampaikan pada si Nina anak Seksi Literasi sepertiku di kepengurusan OSIS. Dilalah dianya mau dan justru penuh semangat karena si Ketua OSIS telah mengacuhkannya. Untuk bisa masuk ke area kelas putri tidaklah mudah. Akhirnya selama 2 bulan aku membuat planning Temu Penulis di Auditorium dengan menghadirkan Mas Golagong seorang novelis nasional. Program ini kami gagas untuk bisa bertemu dengan orang-orang di kelas bahasa hususnya Aleena si mahluk cantik madrasah kami.
Waktu 2 bulan kuforsir untuk menulis novelet atau setidaknya antologi cerpen. Semua cerpen di blogg kusatukan, kirim ke penerbit and cetak.
2 Mei 2023 hari eksekusi untuk Aleena. Pukul 08.00 auditorium mulai ramai. Sisi kiri cewek dan sisi kanan cowok. Saat seeprti itu adalah saat yang biasa ditunggu penduduk.sekolah. ya kapan lagi bisa bersua muka dengan lain jenis? Seksi Literasi, dan semua pengurus OSIS menjadi super sibuk, begitu juga dengan anak bahasa.
Ada 14 judul buku karyaku yang yang sudah terbit beberapa tahun sebelumnya juga 1 karya terbaruku sengaja aku bawa tuk memintakan tanda-tangan mas Golagong di covernya. Sesuai rencanaku dengan Nina agar kakiku sedikit disliding olehnya pas lewat depan Aleena yang dipastikan duduk bersebelahan dengannya. Benar saja, aku terjatuh dan buku berserakan. Kuharap Aleena turut mengambilkan bagai di drama-drama Romawi, lalu saling menatap saat ujung jari bersentuhan. Eh nyatanya dia cuek. Namun 1 buku diambil oleh Nina. " Mahluk Cantik di Madrasahku", begitu judulnya. Buku itu baru diterbitkan dan mau kukonsultasikan pada mas Golagong.
Saat usai pemaparan banyak hal tentang kepenulisan akhirnya masuk sesi tanya jawab.
Beberapa guru ikut bertanya sehingga kami para murid lebih memilih belakangan. Justru aku kebagian paling buntut. Aku nekat bawa 14 buku+1 yang baru release aku mintakan komentarnya pada beliau.
" Wah ini lumayan bagus, setting tempat, makanan lokal, serta budaya masuk semua ne, apiik... apiik. Pas saya baca di blurbnya saja dah kena. Ini seperti nyata. Penokohan Aleena bagus sekali pendeskripsiannya. Oh yaa ini bisa jadi rekomendasi sebagai bacaan remaja kekinian. Good job". Paparnya yang diikuti riuh tepukan guru dan teman-teman kami. " Apa yang melatar belakangi ide di novelet ini?" Tanyanya.
Dengan semangat dan tak pedulikan sanksi yang bisa menimpaku. Aku berjalan ke arah Aleena dan memberikan buku itu padanya. " Mahluk ini mas yang mengganggu tiap tidurku, dan buku ini memang saya dedikasikan padanya. Aku bukan siapa-siapa tapi aku punya nyali tuk menyatakan cinta he he. Tadi sudah kucoba pura-pura jatuh didepannya dengan harapan buku diambilkan lalu saling pandang, tersenyum dan berkenalan. Eh dianya cuek mas. Namun aku puas bisa menuliskan kata hatiku di buku ini". Mendadak saja auditorium ramai, terutama gengku di kelas Sos. Kenekatanku memberikan buku dan menjabat tangannya menjadi notula tersendiri di hatiku.
___
Bondowoso, 20 April 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar