ZONA NYAMAN DI PARA JELATA
Pak Tyqnue Azbynt
Tetiba saja ada kring telepon dari orang inspektorat yang menyomasi kealpaan laporanku di SIHARKA. Tertanggal di akhir 2019 pelaporan dan selebihnya zonk. Teguran sopannya membuatku _cat_ malu-malu.
Sumpah demi senyum para bidadari kampung, aku tak tahu itu namanya Siharka, karena sejak dulu orang-orang UPTD yang selalu meminta berkas. Sejak peniadaan UPTD aku sama sekali buta tindakan apa yang mesti kuperbuat berkait dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan administrasi. Hal ini diperparah karena status kepegawaianku yang DPK ( dipekerjakan ) pada MTs yang notabene berada di bawah naungan Kemenag sedangkan pangkalan indukku di Dinas Pendidikan. Jangan tanya kapan ngurusi kenaikan pangkat dan lain-lain, semua kutinggalkan. Yang penting tunaikan tugas mengajar yang dalam sepekan hingga 58 Jam Tatap Muka. Berangkat pagi pulang petang bak bangau yang sedang melumpur di sawah. Bagiku gaji bulanan lancar cukup sudah.
Di lembagaku yang ada di lingkungan pesantren dengan kegiatan yang padat plus jumlah siswa yang tak sedikit telah menjeratku pada lingkungan kerja. Tak hanya itu, berbagai mata pelajaran pernah aku ampu. English, Tata Negara, Sejarah Nasional, Seni Budaya, Bahasa Indonesia, dan Sejarah Kebudayaan Islam yang sesuai dengan Program akademikku ( tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam ). Semua kesibukan itu telah menyandra waktuku hingga lupa laporan sebagai budak Negara. Apakah zona nyamanku sebagai manusia jelata ya? . Oh ya rupanya aku lupa bersyukur, hingga lupa tunaikan kewajiban administrasi. Hampunkeun hamba ini bapak ibu inspektorat. Percayalah hartaku tidak gendut, yang bongsor malah hutangku.
___
Bondowoso, 15 3 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar