RANTING RANTING RINDU DI KOTA MADIUN
Pak Tyqnue Azbynt
Dua hari menyusuri Gunung Wilis, dan beberapa tempat wisata sejarah di kota pecel itu badanku terasa begitu penatnya. Terakhir di perusahaan Kereta Api INKA sebagai bonus wisata kami.
Sejenak aku melapaskan diri dari komunitas kami demi merasakan sepiring nasi pecel yang berbeda dari tempat lain. Munculnya lempeng dan sayur kembang turi adalah menjadi pembedanya di samping rempahnya yang terasa yummy bagi para penikmat rasa. Di warung pojok nan asri itu tampak sesosok wanita yang sepertinya tak asing di benakku, namun aku masih ragu. Diakah orang yang pernah kukunal di komunitas literasi Nasional itu.
Aku pura-pura saja menjatuhkan sendok demi mendapatkan atensi darinya. Tapi tetap saja dia tak ambil peduli padaku, dan aku justru menjadi ragu tentang jati dirinya. Lantunan instrumental Kenny G menjadi tak romantis di telinga karena aku terlalu terabawa imaji-imaji tentangnya. Hanya asa terakhirlah kucoba untuk manggung photo booth di warung itu sembari memohon ijin untuk membaca puisi karya penulis asal Kota Brem itu. " Ranting-ranting Rindu", kubacakan dengan penuh pendalaman. Tetiba dari pojok warung itu aku dikejutkan oleh abruknya seorang wanita. Sari Ayu sang penulis itu ternyata telah ambruk saat kubacakan puisinya di tempat dia ada bersamaku. Dari sanalah aku tahu kalau tulisan itu benar-benar dari kedalaman hatinya. Semalat Ulang tahun sahabatku Sari Ayu, yang hari ini merayakan ultah kan di Warung itu yang kebetulan aku turut berada di tempat yang sama. "21 Februari dalam Ranting-ranting Rindu di Kota Madiun"
__
Nurul Hidayah Islamic Secondary School of Bondowoso, 22 2 23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar