Total Tayangan Halaman

Selasa, 27 Desember 2022

Bu Pol

 


BU POL

Pak Tyqnue Azbynt


Susdah menjadi takdir jaman rekan ustazku harus lapor harian ke Polsek kota gegara dilaporkan wali murid bab pemukulan siswa. Sebenarnya pemukulan itu wajar menurutku karena dia si anak dipukul betisnya karena mengganggu temannya yang lagi shalat. Entah sudah pekan keberapa aku harus menjadi pengantar temanku yang tak biasa motoran itu.


Kali itu aku datang terlalu pagi, para anggota masih mengikuti apel pagi, sehingga aku harus menunggu di pos jaga. Isengku kumat pas melihat bekas kotak nasi. Kulukis seorang Polwan yang ada pada banner di sisi tembok pos jaga itu. Walaupun hanya menggunakan pensil 6B, rupanya lumayan jugahasil sketsaku. Dilalah justru yang giliran piket jaga adalah wanita yang kugambar tadi. 

"Eits...ini siapa yang mengambil wajahku tanpa permisi?", Tanyanya tegas.

" Hmmm saya Bu Pol, habisnya Bu polnya manis he he..", nekat.

" Cuih lelaki tak dimana pun Sam...ma", jawabnya sedikit ketus. Semula aku yang nekat bercanda nyaliku ciut seketika saat dia menegurku dengan tegas dan seperti emosi.


Telisik punya telisik ternyata si polwan yang biasa aku panggil Bu Pol itu seorang janda. Suaminya yang pengusaha lebih memilih anak kuliyahan yang lebih gemoy dan lebih bisa santuy. Di hari-hari berikutnya aku tak berani bercanda lagi dengannya bahkan demi bisa berani bicara lagi aku mulai selepas membaca hizib tashirulqulub bacaan tuk menaklukkan hatinya. Bacaan anak santri itu kulemparkan di langit kesadarannya. Lumayan dia tak galak lagi, but aku tetap saja tak mau bercanda lagi. Tapi nasip sial menimpaku. Remote motorku hilang, dan aku tak bisa kembali ke madrasah. Dilalah Bu Pol menawarkan bantuan tuk mengantarku. Karena hari itu adalah deadline pelaporan BOS terpaksalah aku mengikuti pinta Bu Pol itu. Aneh bin ajaib sebelum sampai di madrasah, Bu Pol masih mampir ke kedai bakso "Kangen Roso" dekat SMAN 2 di kotaku.  Aku tetap tak berani bercanda padanya lagi, tapi dia malah pura-pura tanya soal mahram. " Pak kalau bukan mahram boleh gak bersentuhan ?", Katanya. Kusampaikan bahwa tak boleh kalau sudah sama-sama dewasa. Tapi dia memaksa untuk berjabat tangan denganku. Aku tetap saja katakan bahwa sejatinya tak boleh kalau hanya untuk berpegangan tangan kecuali jabat tangan di tempat umum dan tanpa nafsu. Akhirnya dia pun memaksaku untuk berjabatan tangan alasannya mau meminta maaf atas sikapnya saat di pos pengamanan dulu.  Anehnya tanganku malah ditarik dan menempelkan di pipi kirinya. " Pak ijinkan aku menjadi makmummu..., Walaupun ini tabu aku pinta agar kau melamarku yang sudah janda ini". Keluhnya. " Jadi aku ditembak neh..?", Tanyaku. Anggukan dan senyumnya lah yang justru tembus ke relung hatiku yang terdalam. 

____

Kaki Argopuro, 27 12 22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...