R I O
Pak Tyqnue Azbynt
Tangis bahagia itu saat penasbihannya sebagai bintara polisi, betapa tidak keluarga orang tuanya yang pecah menjadikannya mutlak bak gudel yang ngekor pada induknya. Sang papa memilih hengkang dengan wanita pilihannya. Bukanlah alasan finansial bagi sang papa tak hirau padanya karena dia mapan dengan penghasilannya sebagai abdi negara. Sementara mamanya merangkak berjuang, hutang sana hutang sini, semua tanah garapan peninggalan embahnya dijual demi karier Rio yang ingin menjadi pemain bola nasional.
Kemana pun Rio berlaga dalam pertandingan bahkan lintas pulau sang mama selalu menyertainya. Wajarlah kalau kemudian hutang menumpuk. Kekata orang bahwa hartanya ludes sejak perceraian sang ortu diacuhkan saja walau sejatinya sesak di dada. Sukses sebagai pebola nasional, muncullah tekat untuk menjadi penopang dan pelindung mamanya. Dari kaki yang lihai mengocek bola itu, selalu dalam restu mama, dan dalam promosinya. Tak malu-malu disampaikan pada tokoh-tokoh di pemerintahan kabupaten tentang kelebihan anaknya. Wajar kalau kemudian banyak tokok publik mulai Wabup, ketua DPRD hingga terdengar di petinggi kepolisian. Ini adalah entry point untuk merambah pengabdian di dunia kepolisian.
Malam tasyakuran Bribda Rio Aldona Hari, menjadi tumpahan unek-uneknya selama dia dibersamai oleh mamanya si pejuang tangguh yang melebihi Cat Women saja. Satu persatu disebutkan jasa-jasa orang yang telah mengantarkan ke karirnya ini. Satu persatu didatanginya dengan pelukan haru dan tetes air mata bahagia. Dan yang mengejutkan halayak saat dia berucap, " terima kasih sedalam dalamnya untuk orang-orang yang care pada saya dan yang sangat khusus adalah pada Adel bidadari calon ibu dari anak-anakku", selorohnya. Sontak saja para hadirin bertepuk riuh kaget atas shock ending statement nya.
___
Bondowoso, 9 Juli 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar