Total Tayangan Halaman

Rabu, 15 Juni 2022

PERON STASIUN

 


PERON STASIUN

Pak Tyqnue Azbynt

          Kembali mengunjungi Sasiun Kereta Api Bondowoso adalah menguak kembali siksa lara sukmaku yang telah kukubur berpuluh tahun silam. Gadis imut yang manja dan angkuh itu telah mencabik-cabik hatiku, walau segenap cara nan tak biasa telah aku coba. Goresan-goresan di kertas sketch book yang kurasa cukup artistik dicampakkan belaka. Percuma saja teknik dan cara melukis di kertas itu betapapun apik hasilnya. Memang sedari semula sejak kubertemu dengannya tekadku telah melebihi tinggi ubun-ubunku. Aku harus mendapat fotonya sebagai mode blat tuk kulukis wajah imutnya itu. Berbekal keanggotaan FOKSIS ( Forum Komunikasi OSIS) akhirnya kudapatkan fotonya dari salah satu pengurus OSIS di sekolahya. Dia anak SPG Negeri Bondowoso sedangkan aku murid MAN Bondowoso.  Senyum manis di foto ukuran postcard itu telah menggangu nyenyak tidurku, hampir tiap malam aku memandanginya sembari mengembarakan berjuta angan. Juni Damayanti begitulah yang kutahu nama gadis itu. Dia dan teman-temannya selalu menumpang Kereta Api Argopuro jurusan Jember, itulah yang aku tahu. 

         Taklah banyak info tentang Juni, karena kami beda sekolah dan belum ada yang namanya perangkat media informasi seperti sekarang. Satu-satunya cara adalah harus bersua muka di stasiun dengan cara apapun. Pak Masinis maupun orang di sekitar stasiun itu hampir semuanya mengenalku sebagai pelukis jalanan, karena hampir tiap hari aku melukis, penjual tape khas Bondowoso, gerbong kereta, ataupun objek-objek lain yang ada di situ. Ini adalah satu-satunya cara agar aku bisa melihat senyum manis Juni bersama teman-temannya saat pulang ke Jember via- kereta api. Bibir tipis mata lentik dan tubuh mungilnya serta gaya manjanya telah benar-benar menjajah sukmaku. 

          Berbulan-bulan sudah aku hanya berani melihat Juni secara tak langsung karena belumlah berani aku menatapnya. Entah kenapa hari itu aku begitu PD-nya untuk menyapa, memperkenalkan diri sembari memberikan lukisan hitam putih ukuran A3 sketch book yang sudah kubingkai rapi. Walaupun beberapa pegawai PERUMKA banyak menawarnya kuacuhkan saja, karena bukan finansial yang kumau. Lukisanku harus sampai ke tangannya, pikirku.  Begitu kuserahkan lukisan itu, hatiku bak terhantam godam yang teramat berat, napasku tersengal, tangan dan kakiku gemetar tak tahan menerima kenyataan. Lukisan itu dilemparnya ke kepala loko hingga kacanya pecah berkeping-keping, sedang kertas lukisnya digilas roda kereta tanpa ampun.

         21- 22 Mei 2022 teman-teman penulis di Kota Tape mengundangku tuk ikutan kongkow bareng Mas Eko Pimmred Media Guru tuk ke beberapa spot destinasi wisata kotaku sekaligus travel writing.  Bergerak dari Astana Kironggo, Monomen Gerbong Maut dan berakhir di Musium Kereta Api yang dulu pernah menjadi black memory-ku. Dari semula hatiku sudah berkata bahwa acara ini hanya akan membuatku bad mood saja, karena hatiku terlanjur perih jika melihat kereta api dan semua yang berhubungan dengannya. 

          Spot terakhir adalah di Stasiun Kereta api Bondowoso yang kini sudah mejadi Museum Kereta Api. Walaupun aktifitasnya tak sepeti dulu lagi, tapi kenangannya telah benar-benar menjadikanku K A fobia. Saat kutiba kupilih rehat saja di peron sebelah selatan gate area di mana dulu aku sering melukis objek dan selalu mengusili gadis kecil si penjual tape manis itu. Mengingat keusilanku membuat sedikit enjoy dari pada terkenang pada si Juni.  Sembari ber- Ome TV dengan teman-teman dari Kazaktan dan Russia, tetiba aku dikejutkan oleh pegangan manja di bahu kananku

  Mas  masih marah gak padaku?, sapa seseorang di belakangku. Aku hanya menoleh tampak celana Blue Jeans dan sepatu ket warna putih. Aku tak berkata apapun karena sedang asik ngobrol di Ome Tv. Tetiba dia mengecup keningku sembari berujar, Mas ....maafin aku yaaa?....aku Juni yang dulu pernah melemparkan lukisanmu itu, sebenarnya aku malu sama te,man-teman karena dibully gengku pada saat itu.....padahal aku sangat suka pada lukisan itu. Masnya tahu gak padahal sore harinya aku kembali ke stasiun itu untuk mengambilnya. Demi bertemu denganmu aku bela-belain lho ikutan event ini..... cerocosnya sembari memohon-mohon agar aku memaafkannya. 

 Yaa deh aku maafin, jawabku sekenanya. 

Ya Allah y Kariem...., dia malah memelukku dari belakang merasa kegirangan.

 Alhamdulillah tertuntaskan sudah bebanku sejak berpuluh tahun silam, sambungnya sembari menarik jaketku tuk dijadikan kenangan katanya.

_________________

Bondowoso, 30 Mei 2022









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...