PERAHU KERTAS
Pak Tyqnue Azbynt
Gemericik celoteh air di sungai kecil seberang jalan nyanyikan lagu damai. Agak ke hulu kulepas perahu kertas yang lambungnya bertuliskan namanya dan namaku. Entah apa yang mengilhamiku saat itu, tapi menyandingkan namanya dengan namaku ada kebahagiaan tersendiri. Saat dia menangkap perahu itu di hilir dia mempermainkannya hingga terjatuh ke dalam sungai saat mencoba berlari menghindariku. Saat dia terjatuh dan kebasahan, rintih memanja dan meraih tanganku, tapi ditariknya hingga kami basah berdua.
Byurrrr.. dia terjatuh dekat pacuran, basah? Yaa basah. Sembari merengek memanja dia menarikku agar sama-sama kebasahan, dan kami pun riang bermain air dan mengacuhkan dinginnya lantaran asyik masyuk bercengkrama di sungai nan bening itu.
Ada aliran darah mendesir hangat di sekujur tubuhku saat dia kugendong di punggungku. Berpadu dengan kecipak air dan alun arus dari pancuran, di dadaku ada detakan kencang berpacu. Yaa rasa itu masih terasa hingga kini jika aku mengenangnya. Saat usia SD saat dia menggelayut manja di punggungku. Walau berpuluh tahu sudah, kini saat kusebut perahu kertas padanya, pipinya kembali memerah apalagi saat kunakali dengan cubitan di pipi embemnya.
_____
Bondowoso, 2 11 21
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar