_pak_tyqnue_azbynt_
Usai subuh kudekati dia yang berkeringat dalam kedinginan. Sakit yang mendera memaksanya mendesis menahan nyeri. Pagi itu hari Rabu, 16 Januari 2003 saat anak sulung kami hendak menjenguk dunia.
Dengan motor butut kubonceng dia menuju rumah bersalin menembus kabut pagi yang menggoda. Sang bidan menyuguhkan mushaf Al Qur'an tuk kulantunkan sebagai dedoa pengharapan. Malang nian anak kami lahir sungsang sulang. Betapa perih yang dia rasa deras air matanya menyentuh relung kalbu ini. Sang bidan hampir menyerah, dan terpaksa menghubungi puskesmas kecamatan, tetapi hatiku begitu yakin akan kehadiran anak kami. Tawassul tuk kanjeng nabi dan para guru meluncur sederas air mata kami.
Kusandarkan dia di dadaku sembari kuciumi pipinya sebagai penyemangat bidadari titipan mertuaku. Aku acuhkan senyum sumbang orang-orang yang kebetulan juga ada di sekitar kami.
Jelang Dhuha tangisan itu kudengar nyaring dan kusambut dengan lelantun Azan di telinga kanan bayi kecil calon jagoan kami. Betapa bahagia saat Bu bidan berkata, ini mestinya sudah dilakukan tindakan bedah sesar, tapi karena melihat kami begitu mesra saling menyemangati, dan tak tega mencegah kemesraan itu.
___
Kaki Argopuro, 10 12 21
Asyeekkk... Gak jadi bedah secar... gara gara kemearaan itu
BalasHapusLewat di jalan yg benar
Hapus