Total Tayangan Halaman

Senin, 27 Januari 2025

DI ATAS ASAP BELERANG

 DI ATAS ASAP BELERANG 

Pak Tyqnue Azbynt 



Gigil pagi menyiksa raga kami saat deru Jeep Wrangler menggendong penumpang menuju Kawah Wurung, sebuah destinasi wisata di ketinggian kota kecil Bondowoso. Maklum saja suhunya begitu dingin karena berada pada 1500 MDPL apalagi di bulan Desember yang biasa bermain hujan. 


Malam-malam aku tiba disambut beberapa rekan penulis yang keesokan harinya meng-guide kami menuju Kawah Wurung dan berlanjut hingga ke Kawah Ijen justru menjadi penyihir sukma. Yang lebih memesonakanku bukan destinasi belaka tapi Miss Empang yang selalu menggelayut manja padaku. Dada berdegup kian kencang saat dia minta gendong menuju puncak. Beban berat tak terasa saat dia berbisik, "mas aku nyaman bersamamu". Sontak saja energiku kian bertambah kala dia membisikkan kekata mesra itu.


Tiba di puncak tampaklah kawah yang mendanau biru kehijauan penuh pesona,  walaupun kami tak bisa menikmati nyala api birunya karena siang hari. Pesonanya sungguh menjeratkan pada nuansa yang lain apalagi ditemani Miss. Empang yang manja. Asap sulphur mulai menyengat hidung, dan mata sedikit terasa perih. Pandanganku tertuju pada para pencari belerang yang memikul batu belerang kekuningan tampak dari kejauhan. Sialnya si Empang tak sadarkan diri gegara sesak oleh asap sulphur. Kami semua panik, apalagi aku. Mesranya berubah panik, hidungnya diberi inheler tidaklah pengaruh apa-apa. "Mungkin dengan napas buatan bisa mas Alee!" Tanpa babibu aku langsung ACC, namun baru kutempelkan bibirku, dia mendelik dan berucap, "Ye modus yaa?". Hah sial, pikirku, aku kena prank, tapi kenapa tak dibiarkan yaa? Bukankah dia tahu bahwa aku mencintainya? "Santai mas, momentnya jangn di sini" katanya sembari menyeringai bangga.

____

Bondowoso, 27 01 25

Minggu, 12 Januari 2025

NGEDAI BARENG POK LEHA

 NGEDAI BARENG POK LEHA

Pak Tyqnue Azbynt 




Laju kuda besi GSX-ku mulai oleng sejak memasuki Pal 9 Bondowoso. Tangan mulai kaku dan separuh tubuhku seperti mati rasa, oh aku kena hipotermia, begitu benakku. Mungkin gegara hujan yang sudah mulai menjajah tubuh ini sejak dari kota Proling yang lumayan deras dan tak jeda sekejap pun. Menunggangi GSX S touring memang terasa asik, handing yang enak, larinya yang stabil membuat keasyikan tersendiri. Namun raga yang terjajah hujan menjadikan aku tak bisa mengendalikan dengan nyaman. Dan benar saja di pertigaan menuju desa Locare aku terpelanting, motor masuk parit sedang aku tak bisa berdiri. Ngilu, nyeri dan pikiranenjadi kacau. 


Seorang wanita berpayung biru tosca menghampiri sembari membangunkanku, berat  dan kaku. Payung disingkirkan dan aku dipapahnya menuju gardu kecil pangkalan ojek yang saat itu tak ada sepotong manusia pun di sana. Rupanya wanita itu mengerti kalau aku mengalami hipotermia, ia segera berlari ke sebuah rumah dan membawaku handuk serta pakaian ganti. But how to wear it?. "Duh gimana dong masa mau ganti di sini?" Dia menarikku ke sebuah kedai di pinggir jalan itu yang sedang ada orang menyesap kopi bibir cangkir. Aku disorong ke bilik kecil di kedai itu tuk ganti pakaian. Jamper warna biru, kaos oblong, hot pant cewek dan celana cargo coklat susu. "Pakai saja gak usah ribet" sergahnya dari ruang depan kedai itu. Ya aku memakai pakaian cewek ne, hemm harum aroma fifth Evenue membuatku terasa nyaman, maklumlah pakaian cewek selalu perfect. Sontak saja nyeri dan kaku di tubuh seperti mulai tak terasa. Dan, eng ing eng, aku keluar ke ruang depan. Dia cekikikan melihatku. 


"Heh aneh?" Tanyaku asal saja. "Iya kakang jadi girly kek tante-tante komplek". Tapi tubuhku masih shaking hipo, walau sudah lumayan, namun terasa kaku jua. "Pok Leha, dia tuh masih kedinginan, kasih aja teh manis panas" kata lelaki itu. Teh panas masih belum juga ngaruh. " Keknya dia hipo berat, peluk saja agar bisa pulih" kata lelaki itu sambil menghisap rokonya dalam-dalam. "Aku ini guru olah raga, lakukan saja, " timpalnya. Dan wanita itu melakukannya walau semula malu-malu tapi dia melakukannya dengan perlahan. Sontak aliran hangat dara di tubuhku seperti menyeruak ke seluruh tubuh ini. Kaku mulai hilang perlahan. Anehnya tubuh Pok Leha juga mulai menghangat bahkan terasa panas bak demam saja. Rupanya ada hal lain yang menjajah rasa kami. "Makasih neng, aku sudah pulih," seruku sambil mencuri kesempatan mencium keningnya pura-pura terima kasih sepontan. Aku minta maaf dan ucapkan khilaf, padahal sengaja. "Oh ga papa kang, toh kakang menikmatinya", celetuknya sambil memungkasinya dengan senyum manis plus kerlingan manjanya. Selepas itu aku berbetah-betah duduk di kedai itu menunggu hujan reda. "Gimana dengan baju ini, kalau aku pulang?", "pakai saja biar kakang merasakan hangat tubuhku dari bajuku itu". 

---

Bondowoso, 12 1 25

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...