NEGERI SAKIT
Pak Tyqnue Azbynt
"Negeri ini sedang tidak baik-baik saja, negeri ini sakit," kata seorang suhu politik. Semula aku anggap itu jargon politik demi meraup atensi massa. Narasinya mematikan juang pemimpin sebelumnya yang bergerak dengan sahaja tanpa saling melindungi maling-maling negara. Kekata dia kalau negeri ini sedang sakit. Aku anggap tanpa makna.
Sosok Gus-gus muda mencoba memancangkan layar tuk mengarungi samudera politik, walaupun terlalu belia dan bahkan teramat belia. Bertarung dengan dikepung para suhu mencoba peruntungan demi membenahi bumi kelahirannya. Sebut saja mereka para semut yang hendak merobohkan sekawanan gajah. Terlalu sulit tapi bukan mustahil.
Pesantren-pesantren gurem yang ada di negeri ini seperti dicibirkan massa. Dianggap mengada ada dan haus kekuasaan. Semula aku pun beranggapan begitu. Tetapi setelah saya bertanya langsung pada salah seorang Gus yang notabene menjadi leader menghadapi massa rivalnya. "Mohon maaf pak, kekata suhu politik itu benar adanya, tapi justru mereka menjadi lingkaran setan di dalamnya. Para klebun sebagai pimpinan anak negeri bersembunyi di ketiak para politisi, dan politisinya meminta dukungan tuk mendapatkan atensi massa. Kecurangan-kecurangan itu tanpa disadari oleh para klebun itu. Finalnya rakyat bawah tak termakmurkan.
Ketika Gus Gus muda itu mendapat atensi massa, dan imbasnya sofa empuk mereka terancam keadaannya. Lalu, mencarilah sosok saingan yang dianggap trahnya lebih besar. Cilakanya rakyat tak tahu trik permainan mereka.
Demi meraup sejuta atensi, simbul dan institusi besar keagamaan dijadikan budak politik tapi dibingkai dengan perjuangan kesucian, padahal institusi ini dijadikan kuda tunggang belaka. Situasi ini serupa dengan penjajah Belanda yang mendatangkan orang-orang Yaman tuk mencekoki otak pribumi dengan dali manusia suci keturunan nabi. Lalu, perjuangan rakyat menjadi bias antara berjuang atau takut kualat.
"Ini bukan masalah singgasana raja, ini adalah jihad politik tuk membela rakyat, namun apalah daya otak rakyat sudah tercuci oleh doktrin manis mereka. Dan rakyat telah menggadaikan kedaulatannya kepada pendatang yang nantinya akan berimplikasi pada politik balas Budi. Kejahatan-kejahatan demokrasi akan kian berkarat di negeri ini".
Belum duduk di singgasana saja, rakyat-rakyat kecil tampak melampiaskan kegirangan sesaat yang implikasinya belum mereka sadari. Sebuah pesta pasti akan berakhir. Sebuah hidangan yang terlalu berlebihan rasa dan sajiannya justru akan mematikan kenikmatan rasanya. Kami dianggap sebagai ulat tak mengapa, sebab ulat di dalam buah halal dikonsumsi sesiapa, justru ulat yang dari luar haram dikonsumsinya walau dikemudian hari tampil memesona menjadi kupu-kupu.
Negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Penjajahan demokrasi kian menjadi-jadi. Cukong-cukong kekuasaan, bebas sebebas-bebasnya melintas di depan hidung rakyat kecil korbannya. Ini bukan soal kekuasaan, tapi masalah kedaulatan rakyat yang dijajah dengan cara menina-bobokkan dengan belaian pembawa mimpi.
____
Bondowoso, 1 12 2024