SINGKONG DAN TOA MUSALA
Pak Tyqnue Azbynt
Hampir di tiap penjuru mata angin terdengar lantunan manusia mengaji. Sudah lazim selepas Salat Tarawih load speaker bersautan dengan ayat-ayat Al Qur'an, begitupun di musala RT ku yang pas di depan rumahku.
Para pelantun bergantian tadarus Al Qur'an agar tak terasa capai hingga jelang puku 24. Tapi kenapa hari itu Pak RT yang terbiasa memborong bacaan, malam itu justru tak ada. Tersisa si Imron yang terbiasa dibersamai Riyan justru ngajinya sendirian. Suara mengaji haruslah tetap tersuar seperti musala-musala lain di kampungku. Aku yang baru datang dan memang kebetulan sakit batuk taklah mungkin untuk menggantikannya, tapi Imron pasang cara untuk menjebak ku di depan mikrofon. Dia memohon pamit tuk ke kamar kecil dengan alasan hendak berwudhu. Benar saja dia mengelabuiku. Dia kabur dan tak kembali.
Tidaklah elok kalau batukku yang kebetulan lumayan parah harus di depan mikrofon. Akhirnya dengan modal googling di internet kuposting makan lezat. Aku tuliskan "Berkah Ramadhan, makanan melimpah di musala ". And satu persatu orang-orang pada berdatangan. Padahal di dalam Musala hanyalah singkong goreng rebus plus kopi kental buatan Bu. RT. Saat mikrofon diganti, kuikuti teorinya Imron tuk pura-pura berwudhu. And finally saya ikutan Pak RT nonton sepak bola di televisi.
___
Bondowoso, 5 April 2023
Singkong pun cukup enak bagiku
BalasHapusApalagi tambah keju
BalasHapus